Selasa, 29 Maret 2011

Laput : Drs. H. M. Subqi Manan, M.Si, Kepala SMPN 1 Waru: Memunculkan Sekolah SSN Inovasi



Keberadaan RSBI dan SBI yang dalam beberapa waktu terakhir menjadi polemik antara langsung dihapuskan atau dikaji ulang terlebih dahulu, sangat menarik untuk dibahas. Secara ideal, RSBI itu harus ada di tiap daerah dengan catatan jumlahnya dibatasi.
Jumlah yang dibatasi ini agar hasilnya kredibel, tentu saja ini semua disesuaikan dengan system yang berlaku di daerah tersebut. Juga adanya perekrutan SDM yang dimasukkan dalam RSBI, bukan hanya siswanya tapi kepala sekolah, guru dan karyawan semuanya harus levelnya global.
Apa jadinya kalau siswanya sudah pandai berbahasa Inggris sedangkan gurunya masih berwawasan lokal? Pertama kali memasuki sekolah RSBI nuansanya sudah global ini harus kentara sekali.
Untuk itulah diperlukan seleksi khusus bagi kepala sekolah, guru, karyawan dan siswa yang akan masuk di RSBI ini. Syarat ini harus dipenuhi agar tidak terjadi pengeluaran yang tidak seimbang dengan hasil yang dimunculkan.
Andaikata sekolah belum memenuhi kriteria untuk sekolah RSBI maka sekolah yang SSN ini harus benar-benar mengadakan inovasi dalam segala hal. Seperti yang dilakukan di SMPN 1 Waru dengan membuka kelas bilingual sebanyak tiga lokal. Di kelas ini nuansanya sudah mendekati global dan jauh-jauh hari yang namanya tutor sebaya sudah dilaksanakan.
Siswa sudah diajarkan untuk saling memberi informasi tentang pelajaran mana yang mengalami kesulitan. Tidak diajarkan sifat egois tapi kooperatif, karena mereka saling berinteraksi satu sama lainnya. Bila mengalami titik buntu maka peran guru sebagai pembimbing dimaksimalkan.
Sekolah SSN dengan nilai plus juga diterapkan melalui pembiasaan-pembiasaan siswa setelah jam belajar sekolah selesai. Yakni berupa kegiatan pengembangan diri. Misalnya ada waktu untuk mempelajari jurnalistik, KIR, hingga kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh siswa. Hasil yang didapat dari kegiatan ini, baik atau tidaknya, masayarakat yang menilai. Siswa ada kemajuan yang berarti atau tidak sebelum dan sesudah melakukan pembiasaan ini. Dengan kata lain, sekolah dikatakan punya nilai plus apabila hasilnya bisa dirasakan masyarakat dan masyarakatlah yang menilainya.
Selain siswa, guru juga melakukan pembiasaan yang dilakukan setiap hari Sabtu. Setelah senam pagi hari, lalu diadakan MGMPS, ada rapat dinas, hingga pelatihan pengembangan IT. Jadi untuk menuju sekolah yang punya nilai plus, keterkaitan semua pihak, kepala sekolah, guru, karyawan dan siswa harus ada dan semua harus berjalan seiring sejalan.
Caption: Drs. H. M. Subqi Manan, M.Si (foto:YUS)

Senin, 28 Maret 2011

Budaya: Geguritan dan Parikan Oleh: Yupiter Sulifan, Guru BK SMAN I Taman

Pengantar redaksi: Disela melaksanakan tugas dan tanggungjawab sebagai seorang guru pembimbing di SMA Negeri 1 Taman, Yupiter Sulifan masih menyempatkan menggoreskan pena untuk membuat puisi bahasa Jawa.
Diakui sendiri walau goresannya ini masih jauh dari yang namanya geguritan Jawa yang sesungguhnya, setidaknya Yupiter sudah berusaha mencoba melestarikan warisan budaya nenek moyangnya. “Jangan sampai warisan budaya ini diaku-aku oleh Negara lain sebagai miliknya. Walau kenyataannya masih banyak generasi muda yang asing dengan geguritan Jawa namun bukan berarti hal ini sebagai kendala untuk mengenalkannya pada mereka. “Yo, sak isok-isok-e nggurit penting ora lali marang kabudayan leluhur kang adi luhung,” ujar guru yang berdomisili di kawasan pertambakan Waru.
Kenyataan, salah satu karya Yupiter pada tahun 2010 lalu tepatnya saat peringatan HUT kabupaten Sidoarjo, yang berupa parikan/kidungan meraih juara 2 di lomba Kidung Jula Juli HUT Sidoarjo 2010 di Dispora Sidoarjo. Berikut ini beberapa karya Yupiter Sulifan :

1. Kidungan Jula Juli Sidoarjo-an

Suroboyo kutho pahlawan
Sidoarjo daerah pertambak-an
Dadi pelajar ojok seneng tawuran
Mergo tawuran iku koncone setan.
Setan mono panggone neroko.
Tuku rambutan rasane manis
Sing parikan rupane manis.

Sidoarjo, nduweni julukan kota Delta
Deltane kali Brantas
Tanah-e subur, makmur loh jinawi
Toto tentrem kerto raharjo.

Asile pertanian, akeh macem-e
Onok pari, onok tebune
Asile tambak ugo akeh jenise
Urang windu, bandeng iku unggulane.

Sejene iku ugo akeh pabrik-e
Ojok lali karo lumpur panas-e.
Senajan sedih tapi onok hikmah-e
Saiki rame dadi obyek wisata-e.

Mulane dulur podho gedhe syukur-e
Ojok sedih opo sumpek pikir-e
Kerja keras ojok lali dongane
Supoyo Gusti nambahi rejekine.

“Monggo parikan dangdutan parikeno, tariiik Guuk!”

Telu siji wulane Januari
Tanggal Masehi aku gak bakal lali
Tanggal kramat Sidoarjo berhikmad
Monggo dulur ayo bersemangat.

Semangat, semangat empat lima
Kanggo mbangun kabupaten tercinta
Warga Delta kabeh jangan lupa
Mbayar pajek kanggo kota tercinta.

Cinta, cinta setengah mati
Cinta kota koyok cinta kekasih
Kekasih ilang ati menjadi sedih
Adipura ilang bikin malu diri.

Diri, diri awakku dhewe
Wong sik enom senengane main gaple
Main gaple sinambi mangan dele
Koncoku nangis mergo tak cokot anune.

“Sik! ojok ngeres, dulur, iku lho udele duduk anune liyane, mulo dulur ojok tiru kelakuanku iki sing senengane main gaple. Mending sing kecokot udele lha nek kecekel pulisi, tambah ngisin-ngisini ae..Guk!”

Yuk Painten ngeloni ulo
Cekap semanten kidungan kulo.

(Waru lingsir wengi, 2010)
(Kidungan/parikan ini meraih juara 2 dalam lomba Kidung Jula Juli HUT Sidoarjo 2010 di Dispora Sidoarjo)


2. Geguritan: Harga Diri

Ajining diri manungsa,
Tan gumantung saka kapribadianne.
Andhap asor, jujur lan tutur luhur,
Iku kang utama.
Dudu banda donya,
Opo emas picis mahewu-ewu,
Nalikane memelas,
Manungsa hamung bisa lungkrah,
Duh! Gusti,
Yen mati mung tilar nami.

(Kedungrejo Waru, 2008)


3. Geguritan: Critane Manuk Grejo

Ono manuk grejo sajodho,
Andhum katresnan sadhuwure joglo.

Mabur mangulon,
Mung tinemu paralon.
Mabur mangetan,
Ora ono tanduran pari ketan.
Mabur ngidul,
Jebul hutane wis gundul.
Mabur ngalor,
Ora katon wit kelor.

Ono manuk grejo sajodho,

Menclok nang jagrak,
Malah nemu karak.
Mergo weteng kaliren,
Karak meksa mlebu weteng.
Weteng durung kebak,
Dumadakan sing nduwe ngoyak.
Menyang sawah ono pari,
Sih sedela nyisili pari,
Banjur diusir pak tani.

Manuk grejo sajodho bisane mlongo,
Eling susuhe ing wit sono.

Arep mabur, mak plak!
Pungkasane manuk grejo sajodho neblak.
Dudu kena peluru pemburu,
Opo dibedhil pak polisi,
Nanging mati mergo asap polusi.

Manuk grejo sajodho,
Mung ninggal susuh ing wit sono.

(Tambaksumur-Waru, Maret 2011)

Lensa PENA: Meniti Sekolah



Pemandangan seperti sudah biasa terjadi di SMAN 1 Taman, setiap selesai hujan dipastikan air meluber hingga ke ruang-ruang kelas dan ruang guru. Walau hanya tingginya 15 cm masih tetap namanya banjir dan untuk menuju ruang kelas, guru dan siswa harus meniti jembatan bata. Pindah atau ‘tenggelam’? (foto: Yupiter Sulifan)

Dinamika: SMPN 2 Taman Jawara OSN



Sudah menjadi tekad dikalangan pendidik SMPN 2 Taman bahwa prestasi siswa baik akademis maupun non akademis harus ditingkatkan. Segala potensi yang ada pada diri siswa terus digali dan dikembangkan.
Berbagai usaha dilakukan untuk mengantarkan siswanya sukses. Hasil yang dicapai pun sangat memuaskan. Terutama di bidang sains, sekolah yang berada di kawasan Jemundo Taman ini bisa dibilang jawara Olimpiade Sains Nasional (OSN).
Sejak tahun 2007 hingga 2011, siswanya selalu meraih juara dalam setiap olimpiade sains yang diadakan berbagai lembaga. Tahun 2007 juara 1Olimpiade Fisika se-Sidoarjo, tahun 2008 juara 2 Olimpiade Fisika se-Sidoarjo, dikejuaraan yang sama tahun 2009 sekolah ini memborong juara 1, 2 dan 3.
Juara 3 Olimpiade Fisika se-Jawa di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dan juara 3 kuis fisika se-Jawa Timur di Unair tahun 2009. Juara 1 Olimpiade Biologi se-kabupaten Sidoarjo sejak 2008 hingga 2009. Juara 1 Olimpiade Matematika se – Sidoarjo 2009 dan juara 1 Olimpiade Sains dan Matematika 2009.
Prestasi yang baru saja diukir pada 27 Februari 2011 sebagai juara umum yakni; juara 1, 2 dan 3 di Olimpiade Sains dan Matematika tingkat Sidoarjo, Surabaya dan Gresik yang diadakan di SMA Wachid Hasyim Taman.
“Semua ini berkat minat dan kesungguhan siswa dalam menekuni pelajaran sains dan matematika tanpa itu saya rasa mustahil anak-anak bisa mencapai prestasi seperti ini,” ujar Drs. U. Syaiful Amien selaku Pembina OSN dan Kaur Kesiswaan SMPN 2 Taman. Selain itu juga hasil dari bimbingan guru yang diadakan pembinaan tiga kali selama seminggu.
Melihat anak didiknya berprestasi serta minta yang besar di berbagai bidang ilmu, Drs. H. Achmad Zainul Afani, M.Pd., Kepala SMPN 2 Taman sangat bangga. Kebanggaan ini diwujudkannya dengan memberikan akses internet gratis, melengkapi sarana prasarana yang dibutuhkan siswa serta memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada guru untuk menimba ilmu, menambah wawasan melalui seminar, workshop, ataupun pelatihan-pelatihan. YUS
Caption: Drs. U. Syaiful Amien, Pembina OSN SMPN 2 Taman diantara jawara OSN hasil binaannya. (foto:YUS)

Dinamika: Revolusi Belajar dan Motivation Training



Dihadiri sekitar 300 siswa dari berbagai sekolah menengah atas negeri dan swasta di Sidoarjo, seminar tentang Revolusi Belajar dan Motivation Training berlangsung semarak. Bertempat di gedung serba guna Rahmatul Ummah An-Nahdliyah Sidoarjo tanggal 27 Maret 2011, seminar yang membahas tentang trik-trik belajar cepat dan tepat ini menghadirkan pembicara tunggal Ir. Elbisker, MM.,MBA., pakar pendidikan nasional dan praktisi pembelajaran menggunakan otak kanan.
Dalam materinya, Elbisker menyampaikan bahwa selama ini banyak pelajar yang belajar hanya memanfaatkan otak kiri. “Padahal fungsi otak kanan itu untuk menyimpan ingatan dalam jangka panjang tapi kalau otak kiri hanya untuk ingatan jangka pendek. Tak heran kalau bertemu dengan teman lama, kita ingat wajah tapi lupa nama. Mengapa hal ini tidak diterapkan dalam hal belajar?” papar Elbisker yang juga seorang motivator ini pada peserta seminar yang didominasi pelajar kelas XI SMA ini.
Seminar yang diadakan oleh pusat bimbingan belajar Ganesa Operation ini diakhir acara memberikan buku kumpulan soal dan pembahasan UN serta doorprize handphone kepada setiap peserta yang hadir. YUS
Caption: Ir. Elbisker, MM., MBA., ketika menyampaikan materi seminar dihadapan peserta yang hadir. (foto: YUS)

Prestasi Olah Raga: Panji ‘Pendekar’ SMPN 2 Waru: Jadi TNI Ingin Bela Negara



Sepintas melihat sosok remaja yang satu ini kita tak bakal menyangka kalau dia adalah ‘pendekar’ karate tingkat nasional. Adalah Panji Ari Prayogo, cowok kelahiran Blitar tepatnya 30 Juli 1996 lalu ini sejak SD kelas 5 menekuni seni beladiri karate. “Waktu itu ayah mendaftarkan saya untuk ikut latihan karate di Surabaya, katanya untuk jaga diri belajar karate ini,” tutur Panji, sapaan akrabnya saat diwawancarai PENA didampingi Kaur Kesiswaan SMPN 2 Waru, Sugiyono, S.Pd.
Panji yang sekarang ini kelas IX G di SMPN 2 Waru adalah putra ke dua dari tiga bersaudara terlahir dari ayah Sumari dan ibu Yuni Arihayati. Dalam seminggu Panji berlatih karate selama tiga kali di Dojo Forki Kertajaya Surabaya. Dari hasil berlatih kerasnya ini, tak berlebihan kalau Panji berhasil meraih puluhan juara dalam berbagai pertandingan.
Juara I kumite perorangan putra O2SN tingkat kabupaten 2010, juara I kumite perorangan cadet putra piala Walikota Kediri tingkat provinsi 2010. Juara 2 kumite perseorangan 45 kg putra piala DanMenbanpur 1 Marinir 2010, juara 2 kata perseorangan putra O2SN tingkat kabupaten, juara 2 kata perseorangan putra O2SN tingkat provinsi 2010. Juara 3 kumite perseorangan cadet 52 kg putra tingkat se-Jawa Bali piala Kapolres Tuban 2010 dan juara 3 POPDA tingkat kabupaten Sidoarjo kata perseorangan 2010.
Ketika ditanya cita-cita cowok yang bermukim di gang Abdul Karim RT01 RW08 Tambakrejo Waru ini dengan lugas menjawab,”Jadi TNI!” Mengapa? “Saya ingin membela bangsa dan Negara Indonesia tercinta bila terancam bahaya,”jawabnya singkat. “Setiap siswa kami yang berprestasi ataupun yang belum, selalu kami dukung sepenuhnya untuk kemajuan dan kesuksesan mereka,” ujar Drs. H. Hariono,MM., selaku kepala SMPN 2 Waru pada PENA. YUS
Caption: Drs. H. Hariono, MM., Kepala SMPN 2 Waru (kiri) dan Sugiyono, S.Pd., Kaur Kesiswaan (kanan) mendampingi Panji Ari Prayogo. (foto:YUS)

Komentar: Drs. Hamzah, M.Pd., MM., Tim Litbang SMAN 1 Taman : Wujudkan Generasi Ahsani Taqwim



Adanya sembilan pilar karakter pendidikan yang digagas dalam Rembuk Nasional Pendidikan (RNP) diantaranya, cinta Tuhan dan ciptaan-Nya, tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian, kejujuran, amanah dan diplomatis, hormat dan santun, kasih sayang, kepedulian dan kerja sama memang sangat baik yang masih perlu dipertahankan dan harus diusahakan.
Karena, dengan karakter-karakter tersebut dapat diciptakan atau dimungkinkan terwujudnya generasi yang utuh dan baik (Ahsani taqwim) dan ini merupakan tujuan pendidikan nasional. Namun, kalau ditinjau dari keberhasilannya masih jauh. Andaikan kita mau jujur dan andaikan kita mau pula sepintas menggunakan asumsi sekilas analisis SWOT maka keberhasilan itu atau karakter yang diinginkan tersebut hanya tercapai pada angka enam.
Dan ini sudah berjalan sejak lama yaitu ketika pergantian beberapa presiden dan menteri hingga saat ini yang mulai diwacanakan serta dikembangkan lagi. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan pendidikan di Indonesia hanya berjalan di tempat serta belum dapat menghasilkan generasi penerus bangsa yang handal dan berakhlaq mulia.
Bila kondisi pendidikan di Indonesia masih seperti ini maka tidak akan pernah menjadi bangsa yang besar dan dapat diperhitungkan lagi diakui dunia. Selain itu kita tidak akan memiliki jati diri bangsa sebagaimana layaknya karakter dan budaya bangsa.
Masa depan keunggulan dan kemajuan dunia ini hanya dapat diwujudkan oleh bangsa-bangsa yang memiliki, memegang teguh karakter dan budaya masing-masing. Kondisi pengembangan karakter bangsa sampai saat ini bagaikan mengambil mutiara dalam lumpur, mengapa demikian? Karena langkah awal bangsa Indonesia didalam mengembangkan kebijakan dalam pendidikan masih tataran operasional. Kebijakan yang diambil seringkali kurang tepat dan kebijakannya seringkali hasil dari kebijakan masa lalu.
Namun bagi kita sebagai bangsa yang ingin maju, tidak ada kata terlambat dalam berusaha untuk tetap membangun bangsa Indonesia walaupun kiamat kurang satu hari. Dalam pemikiran saya, ada beberapa langkah taktis yang harus dilakukan untuk memperkokoh sembilan pilar karakter pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan nasional, diantaranya: diadakan sistem dan kebijakan, perlunya perubahan birokrasi dalam pendidikan, terus mengembangkan SDM, selalu meningkatkan kesejahtraan guru, seleksi budaya dari luar negeri serta mempertahankan karakter dan budaya bangsa melalui pemantapan pelajaran agama/budi pekerti, PKn, serta hukum sejak dini.
Niscaya kalau hal ini dilakukan akan tercipta kemajuan pendidikan yang gemilang. YUS
Caption: Drs. Hamzah, M.Pd., MM. (foto:YUS)

Selasa, 01 Maret 2011

Laput: Achmad Farich, ST., M.Pd., Kepala SMK YPM 1 Taman: Sinkronisasi Kurikulum dengan Dunia Usaha/Industri

Beberapa sekolah kejuruan yang menerapkan pola tiga tahun teori plus satu tahun praktek di dunia usaha atau dunia industry merupakan upaya untuk mempersiapkan lulusan SMK ke dunia usaha/industry.
Hanya saja harus diperhatikan secara serius tiga pilar untuk menunjang program tersebut. Pilar pertama, keberhasilan program ini tergantung dari kondisi dunia usaha dan industry (DUDI) yang dijadikan praktek siswa. Bila kondisi HRDnya baik, isntrukturya cakap, sarana prasarananya menunjang maka ketika siswa praktek kerja akan didapatkan hasil yang baik. Bagaimana bisa mendidik siswa praktek dengan baik kalau keadaannya tidak standart? Yang pada gilirannya ini akan bertolak belakang dengan kompetensi siswa yang didapat dibangku sekolah.
Pilar kedua yang bisa menunjang keberhasilan program ini adalah adanya kepedulian DUDI terhadap kemajuan pendidikan siswa di sekolah. Kalau selama ini DUDI itu profit oriented maka harus ada keseimbangannya yakni adanya orientasi pada keberhasilan pendidikan di sekolah. Kalau orientasi pada dunia pendidikan ada maka semangat untuk membantu siswa praktek juga sangat baik.
Pilar ketiga yakni adanya sinkronisasi antara dunia pendidikan dalam hal ini kurikulum dengan DUDI. Kesiapan sekolah dengan memberlakukan/membuat kurikulum dengan baik ini juga menunjang terealisasinya program magang di DUDI. Dengan kata lain antara kurikulum sekolah dengan DUDI harus seiring sejalan. Dipilar ini, keterbukaan dari DUDI juga harus ada, bukan membatasi siswa yang praktek untuk mengetahui ilmu/pengetahuan tentang industry. Terkecuali soal rahasia perusahaan pasti harus dilindungi.
Andai kesemuanya ini belum siap maka pemerintah setidaknya harus lebih memperhatikan sekaligus melengkapi perlengkapan praktek di sekolah. Serta dengan meningkatkan kompetensi di sekolah.
Pihak sekolah juga harus melaksanakan survey pasar artinya kebutuhan pasar harus terpenuhi sehingga kurikulum yang berlangsung akan sejalan. Disamping itu, pihak sekolah harus membekali siswanya dengan kecerdasan moral/spiritual mengingat budaya kerja di DUDI seringkali bertentangan dengan keadaan siswa. (YUS)

Komentar: Drs. Witjahjono,MM., Ketua MGBK Sidoarjo: Pemerataan Pendidikan untuk Siswa



Meningkatnya jumlah calon mahasiswa lewat program BIDIK MISI setiap tahun di setiap perguruan tinggi negeri merupakan angin segar bagi siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu secara ekonomi.
Dalam rangka memperluas jangkauan peserta didik yang kurang mampu secara ekonomis dapat menggapai masa depan, pemerintah dari tahun ke tahun melalui anggaran pendidikan, Kemendiknas lewat jalur SNMPTN 2011 ini memberikan kesempatan dalam penerimaan mahasiswa pada program BIDIK MISI.
Sesuai peruntukannya, program ini dikhususkan bagi calon mahasiswa berprestasi yang berasal dari keluarga tidak mampu dengan diketahui surat keterangan tidak mampu dari kelurahan. Mengapa hal ini dilakukan? Mengingat bagi calon mahasiswa yang diterima berhak mendapat bantuan biaya pendidikan sampai dengan lulus sesuai dengan kurikulum dan bantuan biaya hidup selama menempuh studi.
Setiap tahun penerimaan calon mahasiswa dari program ini terus mengalami penambahan, hal ini menunjukkan bahwa pemerintah memberikan perhatian khusus lagi serius dan berusaha mencerdaskan kehidupan bangsa yang nanti pada gilirannya bisa meningkatkan taraf kesejahtraan masyarakat yang kurang mampu.
Bagi orang tua, tentu hal ini sangat membantu meringankan biaya dan beban hidup keluarga sehingga bisa mewujudkan cita-cita anak-anaknya.
Disisi lain peran guru BK melalui layanan bimbingan karir adalah menunjang siswa yang berprestasi secara akademik dan non akademik dari keluarga yang kurang mampu, sekaligus memberikan motivasi, agar siswa selalu optimis dan mempunyai idealisme dalam meniti sukses dimasa depan. Bukankah pendidikan tinggi adalah milik semua warga Negara Indonesia?
Hanya saja dalam prakteknya, ada saja keluarga yang curang dalam arti kata mereka memberikan data yang tidak benar kepada sekolah. Secara nyata, keluarga ini sebenarnya mampu secara ekonomis bahkan bisa dibilang kaya tetapi lebih memilih ‘memiskinkan diri’ dan memakasa untuk mengikuti program BIDIK MISI.
Perlu diingat bila sampai memaksakan diri ikut program BIDIK MISI padahal bukan termasuk keluarga miskin berarti secara tidak langsung mendoakan dirinya miskin dan ini Tuhan akan mengabulkannya. (YUS)

Profesi: Balada Pencari Kristal



Nama kroto bagi penggemar burung berkicau, sudah bukan barang baru lagi. Kroto adalah telur semut rangrang untuk makanan burung berkicau yang warnanya putih mengkilap laiknya sebuah kristal. Keberadaan kroto ini terdapat pada daun-daun pepohonan yang tinggi.
Dedaunan ini merupakan tempat bersarangnya semut rangrang yang membentuk sebuah koloni. Dengan perekat khusus, beberapa helai daun disatukan hingga membentuk sebuah ruangan yang cukup besar dan didalam ruangan inilah semut rangrang menjaga semua telur-telurnya.
Dan bukan rahasia lagi kalau untuk mengambilnya butuh perjuangan ekstra keras mengingat semut rangrang akan melawan dengan gigitannya.
Namun hal ini tidak berlaku bagi Mat Yasin, bujangan umur 39 tahun ini sudah hampir 15 tahun menggeluti dunia kroto. Benar, dia berprofesi sebagai pencari kroto. Pagi hari sebelum pukul 07.00, Yasin, begitu dia disapa, sudah mulai bergegas dari rumahnya yang ada di Desa Kedungrejo Waru. Dengan mengendarai sepeda pancal serta membawa galah panjang yang diujungnya terdapat kantong kain, dia mulai mencari pohon-pohon yang menjulang tinggi.
Ditelusurinya setiap jalanan mulai ia berangkat hingga ke desa tetangga. Tak jarang pepohonan yang ada di halaman rumah tetangga menjadi sasarannya. Sesekali dia menengadah keatas melihat disetiap pucuk daun untuk memastikan apakah ada geromboan semut di sana.
Setelah dipastikan ada, Yasin pun mulai mempersiapkan peralatannya yang diletakkan di sepedanya. Sebuah galah sepanjang tiga meter disandarkan ke sebuah pohon mangga. Di ujung galah, terdapat jala terbuat dari kain yang halus.
Jala tersebut berfungsi untuk tempat kroto atau telur induk semut rangrang yang terjebak Ia lalu mengeluarkan sebuah saringan terbuat dari bambu berdiameter 30 sentimeter. Galah pun diangkat untuk mengenai dedaunan.
Tidak beberapa lama, ratusan koloni semut merah pun mulai keluar dari sarangnya. Tak beberapa lama, ratusan kroto mulai jatuh tepat mengenai jala. Merasa sudah mendapatkan buruannya, Yasin kembali mengoyang-goyangkan galah yang dipegangnya dengan sasaran pucuk daun yang berbeda. Mengapa harus memakai galah?
“Biasanya kroto itu adanya dipucuk pohon yang tinggi jadi tidak mungkin kalau dipanjat. Juga untuk menghindari serangan semut rangrang berupa gigitan yang terasa panas,” ujar Yasin pada PENA.
Harus Niteni
Rata-rata dalam sehari Yasin bisa mendapatkan kroto sebanyak 2,5 kilogram. Ini kalau lagi musim kemarau, tetapi kalau musim hujan seperti saat ini, Yasin sering juga mendapat kroto hanya 1 kilogram. “Bulan-bulan hujan kayak gini ini, semut rangrang jarang bertelur, mungkin kalau bertelur akan rusak kena terpaan air hujan,” tutur pria tamatan SD ini.
Setiap hari dalam mencari kroto tak jarang hingga menjelang Mahgrib dia baru pulang. Kroto yang didapat dijual pada penjual burung dibeberapa tempat di kawasan Waru dan Sedati. “Perkilonya saya jual dengan harga Rp 30 ribu ini kalau musim hujan sedangkan musim kemarau biasanya turun jadi Rp 25 ribu perkilo. Hasilnya, lumayanlah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,” kisah Yasin.
Kalau stok kroto dipepohonan tetangga habis, Yasin akhirnya mencari ‘kristal’ ini hingga daerah pertambakan dikawasan Sedati. Diantara dedaunan bakau, semut rangrang banyak meletakkan telur-telurnya. “Kalau kroto tambak itu besar-besar tapi ya risikonya semutnya juga lebih kereng kalau menggigit,” aku Yasin yang pernah digigit puluhan semut rangrang di tambak hingga badannya bentol-bentol dan memerah lagi panas.
Berburu kroto ternyata tidaklah mudah. Agar tidak digigit rangrang, Yasin mengaku memiliki teknik sendiri menghalaunya. Teknik yang dimaksud, kata Yasin, yakni tidak sekali-kali melawan angin saat hendak memetik sarang rangrang. Jika tetap melawan angin, alamat bukan hasil yang didapat tersebut, melainkan rasa sakit dan kerja yang sia-sia.
“Ada lagi yang sering juga saya lakukan untuk mengusir semut rangrang dari sarangnya yakni dengan memberinya tulang yang sudah dibakar, diletakkan menggantung disamping sarangnya. Tak lama, semut akan mengerubuti tulang ini ketika sudah banyak maka saya ambil tulang ini dan saya jauhkan dari pohonnya maka terbebaslah dari serangan semut,” urai Yasin.
Masih menurut Yasin, seorang pencari kroto harus memiliki ingatan yang kuat. “Harus niteni sarang semut yang sudah bertelur dan yang belum juga pohonnya. Setidaknya, panen kroto dari satu pohon ke pohon lain dapat dilakukan setengah bulan sekali,” katanya.
Pasalnya, menurutnya, rangrang memiliki kebiasaan membuat sarang dan bertelur setelah sarang lama hilang. Umumnya pemburu rangrang paham betul kebiasaan ini. Sebab itu, setiap mengambil sarang rangrang di sebuah pohon, pengambilan kembali mereka lakukan kembali pada setengah bulan kemudian. ’’Hasilnya banyak dan kualitasnya juga bagus,’’ kata Yasin. Sebelum dijual ke penjual pakan burung, kroto dibersihkan dari dedaunan ataupun kotoran lain karena ini akan berpengaruh pada harga kroto. (YUS)

Dinamika: SMP Yayasan Taman Gelar Sepak Bola Mini


Dalam rangka Dies Natalis ke-53 SMP Yayasan Taman mengadakan lomba sepak bola mini tingkat sekolah dasar. Llomba yang diadakan tanggal 10-12 Februari ini diikuti tidak kurang dari 20 tim yang berasal dari 17 sekolah dasar yang tersebar di kawedanan Taman.
“Dengan lomba ini kami ingin menggali potensi siswa SD dalam bidang olah raga khususnya mencari bibit pemain sepak bola tangguh, yang kedepannya bisa membawa Indonesia ke ajang sepak bola internasional,” ujar Drs. Hari Purwanto, MM., selaku Kepala SMP Yayasan Taman pada PENA.
Lomba sepak bola mini yang dihelat sekolah yang sudah menyelenggarakan kelas unggulan sejak 2009-2010 lalu ini memperebutkan gelar juara 1 hingga 4. Pelaksanaannya yang dilakukan di lapangan Ketegan ini sangat meriah dan selalu dijubeli penonton. Maklum saja, pendaftarannya gratis sehingga banyak sekolah dasar yang mengikutinya.
Hasil akhir dari pertandingan ini adalah juara I direbut SDN Tawangsari, juara II SDN Wage 2, juara III SDN Ketegan 3 dan juara IV MI Al-Qodir. Selain mendapatkan tropy juga mendapat uang pembinaan dan diserahkan langsung oleh Drs. Hari Purwanto, MM., selaku Kepala SMP Yayasan Taman.
“Kami ingin menyelenggarakan lomba semacam ini secara rutin tiap tahun. Agar regenerasi pemain sepak bola terus berlangsung dan berkesinambungan,” kata Drs. Hari Purwanto mengakhiri wawancara dengan PENA. (YUS)

Dinamika: Workshop Character Building Guru BK di Jombang


Tegang, lucu dan menyenangkan itulah suasana yang terjadi dalam Workshop Pembentukan Caracter Building pada Siswa Menuju Perkembang yang Optimal di bumi perkemahan Sumber Boto Jombang. Workshop yang digelar atas kerjasama MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan Konseling) Sidoarjo dengan STIE Perbanas Surabaya ini berlangsung selama dua hari, 18-19 Februari dan diikuti sekitar 50 guru BK dari sekolah negeri dan swasta.
“Acara ini merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas layanan yang dilakukan oleh guru pembimbing atau guru BK di Sidoarjo, menambah wawasan serta ketrampilan guru BK dalam memberikan layanan konseling kepada siswa asuhnya,” tutur Drs. Witjahjono,MM., ketua MGBK Sidoarjo pada PENA.
Workshop yang biasanya dilakukan hanya didalam gedung, untuk kali ini dipadukan dengan outbond. Materi-materi yang disajikan pun dikombinasi dengan antara pelatihan dan outbond. “Jadi selain pandai secara intelegensi juga trampil motoriknya. Dan diharapkan guru BK semakin professional dalam memberikan layanan ke siswa asuhnya,” ujar Drs. Witjahjono yang juga guru BK SMAN I Sidoarjo.
Acara ini merupakan agenda rutin bagi MGBK Sidoarjo yang selalu bekerja sama dengan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. (YUS)

Cover: Salah Satu Atraksi dalam Tari Barong


Salah satu atraksi dalam Tari barong yang berlangsung di gedung Putra Barong Gianyar Bali

Dinamika: Study Wisata Smanita ke Pasuruan dan Bali



Salah satu program sekolah yang wajib dilaksanakan oleh siswa kelas XI adalah mengikuti study wisata. Untuk tahun ini study wisata bagi siswa kelas XI SMAN I Taman dilaksanakan di Pasuruan dan Bali.
Berlangsung selama tiga hari, 24-26 Februari karya wisata dilaksanakan di empat perusahaan yang ada di Pasuruan yakni Pocari Sweat, Indo Food, Chiel Jedang dan Sari Roti. Diikuti sekitar 287 siswa kelas XI jurusan IPA dan IPS dengan guru pendamping sebanyak 19 orang.
“Siswa diharapkan lebih kritis dalam mengadakan study perusahaan ini sekaligus sebagai pengembangan ilmu yang selama ini didapat di sekolah yang nantinya mereka akan lebih terbuka wawasan keilmuannya tentang proses produksi sebuah produk,” ujar Nanik Mudjiastutik,M.Pd., selaku ketua panitia study wisata pada PENA.
Sesaat setelah mengadakan penelitian di perusahaan, seluruh rombongan melanjutkan study wisata ke pulau dewata, Bali. Disini siswa diberi tugas untuk mengamati bentang alam pulau Bali terutama pada obyek wisata yang dikunjungi Tanah Lot, Tanjung Benoa, Pantai Drean Land, Pantai Kuta hingga Danau Bratan atau Bedugul.
“Study wisata ke Bali merupakan pilihan dan kemauan siswa, sekolah hanya mengikuti sekaligus mengantarkannya. Disini mereka tidak hanya bersenang-senang saja melainkan juga membuat deskripsi tentang keadaan alamnya mulai dari pantai hingga danau yang dikunjungi,” kata H. Maryoto, M.Pd., selaku Waka Kesiswaan.
Tindak lanjut dari study wisata ini, siswa diwajibkan membuat laporan berkelompok yang selanjutnya hasil laporan ini akan didokumentasikan di perpustakaan sekolah. (YUS)
caption foto: Peserta study wisata beserta guru pendamping di perusahaan Pocari Sweat Pasuruan. (foto:YUS)

Dinamika: Menciptakan Remaja Unggul Melalui Facebook




“Maraknya penggunaan facebook dikalangan remaja khususnya pelajar, ibarat menggunakan mata pisau yang tajam,” kata Samsul Arifin, Kepala cabang LP3i Sidoarjo dalam sambutan pembukaan Seminar Menciptakan Remaja Unggul & Berprestasi melalui Internet & Jejaring Sosial (Facebook, Twitter & Blogger) di Museum Mpu Tantular, Minggu, 13 Februari 2011.
Masih menurut Samsul, bila pisau digunakan untuk masak maka akan menghasilkan masakan yang lezat tapi bila digunakan untuk kejahatan maka akan merugikan orang lain. Begitu juga dengan facebook, bila penggunaannya tepat maka banyak manfaat yang didapat dan sebaliknya bila digunakan dengan sembarangan maka celaka yang datang.
Seminar yang terselenggara atas kerja sama LP3i Sidoarjo dengan Diknas Sidoarjo ini diikuti tak kurang dari 250 peserta yang terdiri dari guru BK dan wali kelas XII se-Sidoarjo. Sebagai pembicara tunggal yakni Soffy Balgies, M.Psi., Psikolog sekaligus dosen Psikologi IAIN Sunan Ampel Surabaya yang juga penulis buku Memahami Remaja Sepenuh Hati.
Sebelum memberikan materi seminar, Soffy mengajak peserta yang hadir untuk melakukan senam otak yang tujuannya untuk melatih konsentrasi. “Bila konsentrasi sudah ada maka saya bisa memulai menyampaikan materi seminar,” ujar Soffy yang disambut tawa peserta.
“Pendampingan dan bimbingan dari guru terutama guru BK ketika remaja selancar di alam maya ini akan bias mengurangi damapak negative internet bagi perkembangan prestasi mereka. Terjalinnya komunikasi yang intens dengan remaja akan bisa menumbuhkan kedekatan sehingga kita bisa mengetahui sekaligus mengendalikan perilaku negative yang mereka tunjukkan,” tutur Soffy.
Seminar yang berakhir jam 11 siang ini merupakan agenda tahunan LP3i Sidoarjo. “Ini merupakan bentuk rasa terima kasih kami kepada Bapak Ibu guru BK di Sidoarjo yang selama ini membantu kami dalam mencerdaskan sekaligus membekali siswa guna memasuki dunia kerja,” pungkas Samsul Arifin kepada PENA. (YUS)
Caption foto: Suasana seminar Menciptakan Remaja Unggul di Museum Mpu Tantular, 13 Februari 2011. (foto:YUS)