Minggu, 30 Januari 2011

Dinamika: Workshop dan Outbond SMANITA di Trawas




Peningkatan mutu pembelajaran guru harus terus ditingkatkan, inilah yang mendasari SMAN 1 Taman untuk mengadakan workshop dan outbond bagi guru dan karyawannya. Bertempat di Trawas, Workshop Aplikasi Pembelajaran dan Outbond berlangsung pada tanggal 29-30 Januari 2011.
Pada hari pertama, workshop tentang mengaplikasikan pembelajarann yang efektif dan efisien bagi siswa ini menghadirkan nara sumber dari LPMP Jawa Timur, Dr. Ilham. Dalam paparannya, Dr. Ilham memberikan enam model pembelajaran yang efektif serta efisien. “Efektif dan efisien ini tergantung dari situasi dan kondisi guru mengajar. Jadi tidak semua model pembelajaran cocok diterapkan pada satu bahasan tertentu harus dilihat karakteristiknya,” papar Dr. Ilham.
Selain itu, peserta workshop juga mengikuti outbond pada hari kedua. Setidaknya ada 11 jenis permain outbond yang dilakukan dengan dipandu trainer outbond Idola dari Surabaya. Gelak canda tawa, tegang, emosi, semua bercampur dalam kegiatan yang berlokasi di halaman belakang hotel Vanda Trawas.
Ada kegiatan mengisi pipa paralon yang didalamnya terdapat bola pingpong dan diisi dengan air, egrang, lempar botol diatas baki, main buldoser, hingga lempar bola tenis. “Kegiatan workshop dan outbond ini selain untuk memberikan pengalaman baru baru guru dan karyawan juga sebagai ajang keakraban. Diharapkan, sesampai disekolah bisa meningkatkan pelayanan pendidikannya bagi siswa serta masyarakat,” ujar Drs. H.Panoyo,M.Pd., selaku Kepala SMAN 1 Taman kepada PENA. YUS

Dinamika: Parenting Educational di SMPN 3 Taman



Keberhasilan pendidikan merupakan sinergi antara guru, siswa dan orang tua. Bila selama ini guru sudah mulai meningkatkan profesionalisme melalui sertifikasi dan siswa sudah digembleng dengan berbagai macam ilmu maka orang tua juga harus mengimbangi kemampuannya.
Salah satu cara yang ditempuh dengan diadakannya Parenting Educational. Semisal yang diadakan pihak SMPN 3 Taman beserta komite sekolah mengadakan acara Sosialisasi Komite dan Parenting Educational pada tanggal 29 Januari 2011 bertempat di halaman sekolah. Acara yang dihadiri sekitar 219 orang tua/wali murid kelas VII ini selain bertujuan mensosialisasikan program kerja komite juga dalam upaya membentuk siswa berkarakter dengan landasan iman dan takwa.
“Kami mencoba mensinergikan antara sekolah, siswa dan orang tua demi keberhasilan siswa di masa yang akan datang. Untuk itulah pihak orang tua juga harus diberi pengetahuan agar lebih terbuka wawasannya serta lebih termotivasi dalam mendidik anaknya,” ujar H. Al Hadi,S.Ag selaku Ketua Pelaksana acara ini kepada PENA.
Untuk itulah orang tua juga diberi motivasi dalam mendidik anak-anaknya dan di acara ini didatangkan pembicara Drs. Suhadi Fadjaray,M.Pd., Master Trainer dan Konsultan Pendidikan VCE dan IBO. Kata-kata motivasi yang diselingi dengan guyonan dari Suhadi cukup memukau undangan yang hadir.
“Sebagai bentuk sinergi sekolah dan keluarga dalam upaya pendidikan karakter agar anak cerdas lagi mulia, kami memulai acara ini dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Biar ada rasa kebanggaan terhadap bangsa dan Negara Indonesia di kalangan orang tua,” tutur Al Hadi yang juga Waka SMPN 3 Taman.
“Dengan terbentuknya karakter yang kuat pada diri anak diharapkan akan bisa meraih prestasi puncak, untuk itulah kami mendidik dengan hati, mengoptimalkan potensi dan prestasi,” urai Hj. Retno Utari HP, S.Pd., Kepala SMPN 3 Taman. YUS

Caption: Drs, Suhadi Fadjaray, M.Pd., saat memberikan motivasi kepada peserta Parenting Educational di SMPN 3 Taman. (foto-foto:YUS)

Dinamika: AMT Bagi Siswa Berprestasi



Sebagai bentuk penghargaan sekolah kepada siswanya yang berprestasi, pihak SMK YPM 1 Taman memberikan pelatihan motivasi. Pelatihan yang diadakan selama dua hari, 28-29 Januari 2011 ini mengambil tema Achievement Motivation Training (AMT) khusus diberikan gratis kepada siswa yang berprestasi.
Sebagai motivatornya Drs. Kisyanto,SE.,MM., dan Ach. Farich, ST., M.Pd. Selain sebagai reward bagi siswa berprestasi juga untuk membekali lulusan YPM dengan ketrampilan, wawasan dan karakter yang luhur. “Selain materi yang bersifat umum, kami juga memberikan penanaman karakter muslim terutama NU yang kuat kepada siswa kelas XII yang berprestasi ini. Agar nantinya mereka benar-benar siap kerja dan bersaing dengan lulusan sekolah lainnya,” kata Ach. Farich, ST., M.Pd., yang juga Kepala SMK YPM 1 Taman kepada PENA.
Mengingat begitu penting dan bermanfaatnya kegiatan semacam ini dijadikan agenda rutin tahunan, terutama untuk membekali siswa yang berprestasi. YUS
Caption: Drs. Kisyanto,SE.MM sedang memberikan motivasi kepada siswa-siswa berprestasi dalam acara AMT di SMK YPM 1 Taman. (foto-foto:YUS)

Dinamika: Pelatihan Guru Bahasa Inggris oleh Dubes AS di SMK YPM 1 Taman



Guna meningkatkan profesionalisme guru bahasa Inggris di lingkungan Yayasan Pendidikan Ma’arif Sidoarjo, pada tanggal 17 Januari 2011 diadakan pelatihan tentang strategi mengajar. Bertempat di gedung serba guna SMK YPM 1 Taman, acara yang bertema Supporting the Vision of Creative Classrooms ini diikuti sekitar 48 guru bahasa Inggris SMP hingga SMK YPM.
Adapun nara sumber yang hadir yakni Robert Burgess (Master ELF Tasikmalaya) dibantu tiga asistennya yakni Mary Martin (ETA Bandung), Heather Halk (ETA Bandung) dan Mark Sueyoshi (ETA Parung). Keempat nara sumber ini membagi ilmunya tentang bahasa Inggris kepada guru-guru bahasa Inggris YPM.
“Pelatihan ini merupakan kerja sama SMK YPM 1 Taman dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta. Lewat perantara RELO (Regional English Language Office) maka pelatihan ini bisa terselenggara,” ujar Fakhrul Ulum, S.Pd., selaku koordinator acara.
RELO memberikan 11 macam perangkat/media pembelajaran, diantaranya majalah FORUM, media News For You, CD lagu anak-anak, dan CD pengajaran Bahasa Inggris sebagai bahasa asing.
“Dari kelima media pembelajaran tadi, setelah kami terapkan di kelas ternyata sangat efektif. Artinya siswa tidak jenuh dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran bahasa Inggris. Dan harapan kami, kegiatan semacam ini bisa dilaksanakan setiap tahun agar guru bahasa Inggris semakin terasah kemampuannya,” tutur Achmad Farich, ST., M.Pd selaku Kepala SMK YPM 1 Taman kepada PENA.
Caption: Salah seorang pembicara, Mark Sueyoshi mengadakan dialog dengan peserta pelatihan. (foto-foto:istimewa)

Dinamika: Konfercab PGRI Taman



Kepengurusan PGRI kecamatan Taman masa bhakti 2005-2010 sudah berakhir dan pada tanggal 26 Januari 2011 diadakan Konferensi Cabang PGRI Kecamatan Taman bertempat di gedung SDN Ketegan 1.
Hadir dalam konfercab ini, 131 guru utusan dari SD hingga SMA/SMK negeri/swasta, Kepala UPTD Cabdin Taman, beserta Forum Pimpinan Kecamatan Taman juga ketua PGRI kabupaten Sidoarjo.
Tema yang diusung dalam Konfercab tahun ini adalah Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui Guru Profesional, Sejahtera dan Terlindungi. Disamping agenda utama pemilihan ketua PGRI kecamatan Taman masa bhakti 2010-2015 juga dihadirkan paduan suara, konser seruling, pembacaan puisi dan karaoke yang dilakukan oleh anggota PGRI kecamatan Taman.
Setelah diadakan pemilihan maka yang terpilih sebagai ketua yakni Didik Subroto dari SMPN 3 Taman dengan suara 58, sebagai wakil Slamet Wahyudi dari SMPN 3 Taman dengan mendapat suara 35 serta Nur Kholifah dari SDN Ngelom sebagai sekretaris dengan meraih 37 suara. “Semoga ketua terpilih bisa mengemban amanat teman-teman guru Taman terutama untuk peningkatan kesejahtraan guru baik negeri maupun swasta,” harap Drs. Hamid, selaku ketua panitia konfercab kepada PENA. YUS
Caption: Penampilan grup paduan suara PGRI Taman saat menyanyikan lagu Hymne Guru. (foto-foto:YUS)

Senin, 10 Januari 2011

Opini:Refleksi Hari Pers Nasional, 9 Februari 2011: Urun Rembug Keberadaan Pers Sekolah


Oleh: Yupiter Sulifan, Pembimbing Jurnalistik SMAN 1 Taman

Istilah pers sekolah memang belum sepopuler istilah pers kampus. Kepopuleran pers kampus karena terkenal ‘garang’. Seperti yang sering kita nikmati lewat media massa, kegarangan pers kampus ini hingga bisa menurunkan seseorang dari jabatan dekan disebuah universitas.
Dengan cerdas dan lugas, insan pers kampus menyajikan banyak fakta dan bukti tentang penyelewengan yang dilakukan oknum dekan ini hingga akhirnya pihak rektorat mencopotnya dari jabatan dekan.
Apakah pers sekolah juga harus se-garang ini bila ingin populer? Buru-buru isinya dicap garang,, untuk terbit saja dananya tak ada, kalaupun ada dana, materi isinya ‘datar-datar’ saja. Memang itulah sekelumit dari banyak hal yang menyebabkan pers sekolah tidak sepopuler pers kampus. Pembimbing yang kurang kompeten di bidang jurnalistik hingga ‘pesan-pesan sponsor’ dari sekolah banyak yang mendominasi tampilan pers sekolah. Pers sekolah yang berwujud mading kelas, mading sekolah, majalah, bulletin, tabloid hingga radio FM sekolah seringkali memendam banyak masalah.
Potensi masalah yang menggantung dan tak terselesaikan inilah yang menyebabkan pers sekolah seolah menjadi ‘pelengkap penderita’ dalam satu komunitas sekolah. Apalagi menjelang akreditasi sekolah ataupun penilaian lainnya, pers sekolah ini pasti menjadi sasaran tembak dadakan. Akibatnya wajah pers sekolah hanya ‘syukur terbit’.

Dikebiri
Menilik salah satu fungsi pers adalah sebagai alat untuk control social, pers sekolah masih jauh api dari panggang. Artinya, control social yang kerap dilakukan insan pers sekolah malah dilarang oleh pihak sekolah (baca: guru). Tatkala pers sekolah menyoroti tentang keadaan kamar mandi/wc murid yang kotor dan tak terawat, bukan rasa terima kasih atas kritikan atau koreksi dari pihak guru yang diterima malah dampratan bahkan ancaman untuk tidak naik kelas ataupun dikeluarkan dari sekolah yang mereka dapatkan.
Kalau kita mau berfikir secara jernih, pihak sekolah justru malah berterima kasih karena sudah diingatkan akan kekurangan yang ada. Bukankah pers sekolah dalam menulis suatu fenomena masalah di sekolah selalu dibarengi dengan solusinya? Bukankah ini sudah merupakan berita yang berimbang dan layak untuk dipublikasikan?
Pembatasan isi mengakibatkan pers sekolah tak ubahnya sebagai corong bagi sekolah tersebut. Walaupun sebenarnya ini salah satu fungsi dari pers sekolah yang merupakan media komunitas. Alangkah hambarnya bila dalam sebuah majalah sekolah isinya hanya didominasi berita tentang prestasi serta pembangunan sekolah. Akibatnya, majalah sekolah tak ubahnya seperti brosur yang berlembar-lembar jumlah halamannya!

Asal Comot
Seringkali kita temui pers sekolah yang dibimbing oleh orang yang tidak kompeten, orang yang tidak tahu seluk beluk jurnalistik. Terkadang dari guru mata pelajaran tertentu yang dijadikan pembimbing jurnalistik. Dengan dalih untuk memenuhi jam mengajar 24 jam akhirnya guru yang jam mengajarnya sedikit diberi tugas menjadi pembimbing jurnalistik. Ibarat sebuah kapal yang berlayar di tengah samudra yang dikemudikan bukan oleh nahkoda melainkan kusir! Sungguh hal ini akan menyesatkan lagi mencelakakan orang lain.
Tak beda dengan pembimbing pers sekolah yang diserahkan bukan pada orang semestinya, isinya akan ‘tak berdaya’ dan terkesan ‘wis pokoke terbit!’. Apalagi moment-moment menjelang tahun ajaran baru atau membagikan raport. Yang nota bene kedua moment ini merupakan ajang unjuk gigi sekolah yang bersangkutan dihadapan wali murid ataupun masyarakat luas.

Suntikan Dana
Jangankan pers sekolah yang membutuhkan dana relatif sedikit, perusahaan pers besar juga pontang panting bila kucuran dana dari sang pemodal macet. Kembali ke pers sekolah, soal pengadaan dana untuk menerbitkan majalah sekolah misalnya, ada banyak sekolah yang menerapkan penarikan dana ini dijadikan satu dengan biaya daftar ulang bagi siswa baru dan siswa yang naik kelas.
Hal ini sangat membantu kelancaran terbitnya majalah sekolah karena siswa tidak diribetkan dengan penggalian dana untuk proses produksi majalah melainkan siswa bisa konsentrasi pada isi serta penampilan majalah semenarik mungkin. Mengingat, ada sekolah yang enggan menarik dana majalah sekolah diawal (daftar ulang) dengan dalih administrasinya kacaulah, ribet pengalokasiannya-lah. Sehingga bila akan terbit, maka insan pers sekolah (dalam hal ini siswa) yang harus menggali dana sendiri sekaligus menerbitkannya. Dampaknya, majalah yang dihasilkan jauh dari selayaknya majalah sekolah!
Ada solusi untuk sekolah model begini, soal penggalian dana bisa dilakukan setiap hari dan dilakukan di tiap-tiap kelas di jam pelajaran pertama. Jimpitan sukarela siswa, nama solusinya. Konkretnya, beri satu kaleng untuk tiap-tiap kelas dan mereka bisa menyumbang/menyisihkan sedikit (namanya saja jimpitan tentu tidak besar) dari uang sakunya untuk program jimpitan sularela ini. Berapapun besar uang yang diberikan siswa, sekolah tidak menentukan. Setiap hari, misalnya saat pulang sekolah ada pengumuman yang diletakkan di tempat strategis tentang jumlah uang yang terkumpul dari masing-masing kelas pada hari itu. Jadi akuntanbilitasnya jelas!
Dan seminggu sekali ada laporan tentang aliran dana jimpitan ini. Entah untuk kegiatan keagamaan, class meeting, dan tentunya bisa digunakan untuk membiayai terbitnya majalah sekolah secara rutin. Dari siswa, oleh siswa dan untuk siswa. Tentunya semua ini sudah dimusyawarahkan dan mendapat persetujuan dari pihak komite sekolah.
Bagaimanapun keberadaan pers sekolah menguntungkan banyak pihak. Bagi sekolah, bisa memanfaatkannya sebagai media untuk promosi tentang prestasi dan bukti pada masyarakat tentang keunggulannya.
Bagi siswa merupakan wahana untuk mengaktualisasikan segala potensi yang dimilikinya sekaligus media pembelajaran di bidang jurnalistik. Bagi guru juga demikian, pers sekolah bisa menjadi sarana untuk menuangkan ide dan gagasan karya tulisnya.
Dengan kata lain, keberadaan pers sekolah membawa manfaat bukan hanya bagi siswa, guru melainkan juga kepada sskolah secara umum. Lantas, masihkah kita mempersulit lagi menghambat berkembangnya pers sekolah di lingkungan sekolah kita?