Selasa, 28 Desember 2010

UKS: UKS SD Hang Tuah 10 Sedati: Sukses Kembangkan Warung UKS




Bicara tentang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) selalu pikiran kita tertuju pada sebuah ruang yang didalamnya ada tempat tidur berkelambu serta dilengkapi kotak P3K dengan aroma khas minyak kayu putih atau bau obat-obatan yang menyengat hidung.
Tapi hal ini tidak berlaku di SD Hang Tuah 10 Sedati, sekolah yang berada dikawasan basis TNI Angkatan Laut Juanda ini hampir seluruh kawasan yang ada disekolah ini merupakan lahan untuk UKS. Betapa tidak, kesan ramah lingkungan sudah diciptakan semenjak kita memasuki gerbang sekolah dan di pintu gerbang terdapat tulisan Harap Matikan Mesin!
Kesan asri dan hijau juga terlihat di halaman sekolah yang terdapat 30 ruang kelas ini. “Kenyamanan dalam menuntut ilmu benar-benar kami utamakan karena dengan nyaman maka peserta didik bisa menyerap ilmu yang didapat dari guru-gurunya lebih mudah dan enak,” kata Marsudi, S.Pd.,MM., Kepala SD Hang Tuah 10 Sedati kepada PENA.
Keasrian lingkungan sangat terasa ketika kita memasuki halaman dalam sekolah yang mempunyai luas lahan sekitar 1,6 Ha yakni hampir disetiap depan kelas ditumbuhi pohon sono kembang yang rindang. Dibawahnya terdapat taman dengan aneka warna bunga dan tanaman hias lainnya.
Tempat sampah terdapat disetiap kelas dan di teras kelas terdapat rak sepatu siswa terbuat dari kayu yang berpelitur. “Keberadaan rak-rak sepatu di tiap-tiap kelas ini bukan sekolah yang mengusahakan melainkan atas inisiatif dan peran serta dari orang tua siswa. Terutama orang tua siswa yang ekonominya tergolong mampu. Ini sebenarnya sebagian kecil dari peran serta orang tua siswa karena ada empat kelas yang kami namakan kelas plus dan pembiayaannya ditanggung orang tua siswa yang mampu,” urai kepala sekolah yang membawahi 71 orang tenaga pendidik dan kependidikan di SD Hang Tuah 10 ini.
Kelas plus yang dimaksud adalah masing-masing kelas sudah terdapat AC, LCD, wifi, ada 4 laptop, bahasa pengantarnya menggunakan bahasa Inggris dan Indonesia bahkan disainnya dari orang tua siswa. “Bisa dibilang kelas plus ini adalah kelas mandiri karena semua pirantinya dari orang tua siswa hingga tagihan rekening listrik, orang tua yang nanggung. Laiknya hotel bintang lima, keempat kelas plus ini,” kata Marsudi penuh bangga.
Kebanggaan keluarga besar sekolah ini makin bertambah dengan diadakannya program sister school dengan negara Jepang, Jerman dan Australia sejak tiga bulan yang lalu. “Setiap dua minggu sekali kami mengadakan percakapan jarak jauh dengan sekolah di Jepang. Seringkali kami ditanya tentang cara membuat topi dari kertas yang sedang dipakai anak-anak saat tele conference dan sebaliknya kita tanya proses pembuatan samurai. Dari tele conference ini kami akhirnya mengetahui kalau masalah UKS di Jepang itu kurang mendapat perhatian di sekolah. Bukan karena mereka tidak tahu melainkan setiap sekolah yang dibangun pemerintah sudah sangat lengkap. Bukan kuantitas gedung sekolah yang dibangun melainkan kualitasnya yang diperhatikan pemerintah Jepang. Hal-hal semacam inilah yang kami jadikan bahan masukan yang berharga untuk peningkatan mutu pendidikan di sekolah kami,” urai Marsudi yang juga dosen tamu di UNIPA Surabaya untuk mata kuliah Manajemen Pendidikan.
Walau menggunakan pengantar bahasa Inggris dalam kesehariannya, namun khusus di hari Sabtu semua warga sekolah diwajibkan menggunakan bahasa Jawa kromo inggil. “Ini sebagai wujud pembentukan watak kepribadian yang luhur dan pendidikan berkarakter dengan langsung praktek berbahasa Jawa. Mengingat lewat berbahasa Jawa inilah tuntutan sopan santun secara langsung terpraktekkan,” lanjut Marsudi.
Warung UKS
Ada satu program UKS dari SD Hang Tuah 10 Sedati ini yang tergolong masih langkah yakni dengan diadakannya Kantin UKS. Mengapa dinamakan Kantin UKS? Karena semua yang ada didalamnya sudah sesuai dan berstandart serta bersertifikasi dari POM dan Puskesmas. Beberapa syarat Kantin UKS diantaranya setiap makanan/minuman yang dijual harus disertakan tabel kandungan vitamin, kalori serta zat gizi lainnya.
“Selain keadaan Kantin UKS yang bersertifikat, para pengelolanya juga mendapatkan sertifikat pengelola Kantin UKS dari badan POM dan Puskesmas. Jangan heran bila Anda mampir ke kantin ini keadaannya mirip di cafĂ© atau restoran hotel berbintang walaupun yang mengelola sudah sepuh-sepuh,” kelakar Marsudi.
Kantin UKS yang jauh dari zat pewarna, pengawet makanan dan bisa digunakan sebagai pusat pembelajaran, misalnya matematika ataupun ilmu social lainnya. Tak berlebihan kiranya kalau sekolah ini melahirkan juara I Dokter Kecil Jawa Timur 2009, juara IV kader Tiwi Sada tingkat Nasional 2009 dan juara I Kader Tiwi Sada tingkat Sidoarjo tahun 2010.
Sebagai titik puncak, pada 3-4 Desember 2010 lalu, SD Hang Tuah 10 Sedati sebagai tuan rumah Jambore UKS Jawa Timur sekaligus mewakili Sidoarjo dalam lomba UKS di Jawa Timur. “Hasil akhir dari lomba tadi, sekolah kami meraih juara I walau dengan catatan dan sebelum bulan Mei catatan ini sudah kami selesaikan sehingga bisa mewakili Jawa Timur di tingkat nasional pertengahan tahun ini,” tutur Marsudi. YUS
Caption:
1. Tatkala pembukaan Jambore UKS Jatim, Desember lalu.(foto:repro)
2. Marsudi, S.Pd.,MM, Kepala SD Hang Tuah 10 Sedati. (foto: YUS)

Profesi: Arief S, Ahli Pagar Besi Galvanum: Bosan Jadi Pegawai



Judul tulisan ini memang mirip dengan acara di salah satu stasiun teve swasta nasional. Ya memang ada kesamaan isi antara acara teve dengan kisah wiraswasta berikut ini.
Adalah Arief, diawal kariernya dia menjadi mekanik las di sebuah bengkel las di kawasan Pondok Candra Waru. Kariernya ini dilakoni Arief dengan sangat tekun. “Maklumlah untuk biaya hidup saya harus giat bekerja dan keahlihan saya ya bisa ngelas ini,” ujar pria berambut cepak kepada PENA.
Bengkel tempatnya bekerja kala itu menerima order aneka barang yang membutuhkan las mulai matras hingga mobil mainan anak-anak. Order ngelas talang juga pernah diterimanya hanya saja kalau mengerjakan talang harus dengan hati-hati agar tidak malah lubang.
Hampir belasan tahun Arief kerja ikut orang, dengan pengahsilan yang cukup untuk memenuhi biaya hidup. Keinginan untuk mandiri atau bosan jadi pegawai muncul tatkala pemilik bengkel las tempat dia bekerja sedang gulung tikar. “Ini kesempatan saya untuk mandiri karena sebenarnya sejak lama saya ingin mandiri tapi karena sungkan dengan pak Yusuf (nama pemilik bengkel las waktu itu) saya pendam keinginan ini. Begitu bengkel lasnya tutup saya mencoba mandiri,”kata Arief menguraikan kisah hidupnya.
Pertama kali mandiri Arief mengalami banyak cobaan. “Terutama bahan baku yang menjadi kendala saya. Awalnya saya dikirimi orang bahan baku misalnya besi atau plat, selain harganya mahal juga kualitasnya saya belum tahu,” tutur pria yang murah senyum ini.
Ketika berusaha sendiri Arief lebih mengkhususkan ke pembuatan pagar besi. “Sebenarnya kemampuan saya banyak tapi lebih banyak saya mendapat order pesanan pagar besi terutama di perumahan-perumahan serta rumah-rumah yang baru saja dibangun, tentu mereka membutuhkan pagar,” urai Arief.
Kepuasaan konsumen adalah hal paling diutamakan Arief, ini dimulai dari hal terkecil. Misalnya, walau dia sudah menyebarkan banyak kartu nama tapi Arief masih sering terjun kelapangan untuk mencari konsumen yakni dengan cara mendatangi rumah yang sedang dibangun dan menawarkannya langsung kepada sang pemilik rumah.
“Hal ini memang butuh kesabaran karena tidak sekali saya harus datang ke tempatnya hingga ketemu dengan sang pemilik rumah baru saya lega. Ini pun kalau mereka mau pesan kalau tidak ya tidak masalah,” jelas Arief yang selalu meletakkan kartu namanya ke rumah yang sedang direnovasi.
Sebelum konsumen setuju, mau pasang atau tidak, Arief menjelaskan jenis bahan besi yang digunakan untuk pagar. “Seringkali teman-teman seprofesi saya ini menipu konsumen dengan memberikan contoh besi yang baik tapi saat pengerjaan memberinya besi yang kurang baik. besi yang terbuat dari plat drum ini kualitasnya agak jelek karena cepat karatan walau dilapisi cat. Dan besi yang dari galvanum inilah yang paling baik dan tahan lama untuk karatannya,” aku Arief.
Soal harga, Arief juga bedakan bahan dari plat drum jauh lebih murah dari besi galvanum. Mengapa? “Karena besi dari galvanum ini ada lapisannya timah mirip pipa ledeng jadi tahan lama sedangkan plat drum ini dari drum oli yang diluruskan jadi lebih mudah karatan makanya harganya murah,” urai Arief.
Bisa Nyicil
Setelah dijelaskan bahannya, Arief juga menjelaskan harganya ini disesuaikan dengan panjangnya lokasi yang akan diberi pagar. “Untuk kepuasan konsumen saya ukur kebutuhan pagarnya lalu saya hitungkan biaya biaya keseluruhan yang harus ditanggung oleh si pemilik rumah. Jadi atau tidak, bagi saya ndak masalah yang penting saya sudah memberikan gambaran total biaya yang dibutuhkan,” lanjut Arief.
Misalnya panjang pekarangan 11 meter bagi Arief hanya butuh dua minggu untuk mengerjakan sekaligus memasang pagar. “Saya akui agak lama sedikit karena semuanya saya kerjakan sendiri ya untuk menjaga kualitas pagar hingga pemasangannya smeua saya kerjakan sendiri,” tutur Arief yang memiliki lokasi bengkel las di kawasan Sedati Agung.
Ada satu layanan Arief kepada konsumennya yakni tanpa uang muka pagar langsung dikerjakan. “Bahkan soal pembayarannya saya bisa memberi jalan nyicil dua hingga tiga kali, ya saya kerja ini sama-sama percayalah,” sergah Arief.
Dengan cara seperti ini, konsumen Arief semakin banyak dan dia bisa meningkatkan pelayanan kepada konsumennya tanpa ada beban bagi kedua belah pihak. Walau sudah jadi bos bagi dirinya sendiri Arief masih saja turun lapangan untuk mencari konsumen sekaligus bahan baku yang terbaik untuk konsumennya. YUS
Caption: Contoh pagar galvanum hasil karya Arief yang sudah bosan jadi pegawai. (foto: YUS)

Senin, 27 Desember 2010

Komentar: Hj. Retno Untari HP, S.Pd., Kepala SMPN 3 Taman: BOS Telat, Salah Sekolah


Kabar tentang keinginan pemerintah akan menyederhanakan penyaluran dana pendidikan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) mulai 2011 sehingga birokrasinya tidak terlalu panjang dibanding periode 2005-2010 ini cukup menggembirakan kalangan pendidik.
Mulai 2011 aliran dana BOS tidak lagi melalui Kementerian Pendidikan Nasional tapi jalurnya adalah dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) disalurkan langsung ke pemerintah kabupaten/kota dan selanjutnya ke sekolah.
Seperti yang dikatakan mendiknas, M. Nuh, kalau dulu dana BOS melalui Kemenkeu lalu ke Kemendiknas dan disalurkan ke pemerintah kabupaten/kota dan ke sekolah. Jadi intinya mulai tahun depan Kemendiknas tidak lagi memegang dana BOS.
Penyederhanaan ini sebagai upaya pemerintah untuk mempercepat penerimaan dana BOS di sekolah, sehingga bisa segera digunakan untuk kepentingan anak-anak sekolah. Dengan harapan penyederhanaan ini, ke depan sudah tidak ada lagi kabar ada sekolah yang menerima dana BOS terlambat.
Mengingat keberadaan BOS, diakui atau tidak sangat membantu perkembangan sekolah. Terutama kegiatan-kegiatan yang menunjang proses belajar mengajar di sekolah. Terlebih pada sekolah standar nasional yang memiliki cost minimal.
Kalaupun dana BOS lancar diterima sekolah, inipun sebenarnya masih jauh dari cukup untuk membiayai proses pendidikan di sekolah dengan mutu yang ideal. Sehingga seringkali pihak sekolah ‘sambat’ ke wali murid akan keadaan dana untuk pendidikan di sekolah.
‘Sambat’nya sekolah ini mempunyai maksud agar orang tua murid memahami kondisi keuangan sekolah sehingga kalau ada kekurangan pelayanan pendidikan dari sekolah ke murid-muridnya, orang tua bisa memakluminya.
Sangat beruntung di SMPN 3 Taman ini, orang tua sangat peduli dengan pendidikan anak-anaknya. Tatkala sekolah ‘nyambat’ tentang kondisi keuangan dengan rencana yang akan dilaksanakan sekolah untuk kemajuan anak didiknya, orang tua langsung merespon positif. Bentuknya, mereka bersepakat untuk menyumbang sejumlah uang dengan besarnya disesuaikan dengan kondisi keuangan orang tua siswa. Besar kecilnya ini orang tua yang menentukan, sekolah tidak memaksa.
Bagaimana dengan orang tua yang memang tidak mampu untuk membayar uang sumbangan sukarela ini? Kebijaksanaan sekolah dengan mempersilahkan orang tua murid ini menghadap kepala sekolah tentang ketidaksanggupan membayar uang sumbangan ini dan akhirnya orang tua yang tidak mampu dibebaskan untuk tidak membayar uang sumbangan. Ini akan berlaku istilahnya subsidi silang.
Kepedulian orang tua ini ternyata bukan hanya berupa sumbangan uang melainkan juga barang-barang yang berkaitan dengan pendidikan. Setidaknya ada enam kelas yang sudah multimedia dan kesemuanya ini berkat sumbangan orang tua. Ada yang menyumbang kipas angin, LCD, microphone hingga perbaikan orang tua masih peduli juga. Bahkan pihak instansi swasta juga turut peduli dengan pendidikan di SMPN 3 Taman, ada pabrik kaca yang membantu lima anak untuk sekolah.
Dana partisipasi orang tua dan lingkungan sekitar sekolah selain untuk menunjang proses belajar mengajar juga bisa untuk memberi uang transport kepada 18 siswa yang besarnya Rp 5.000,00 perhari tiap siswa.
Kunci sukses pendayagunaan dana BOS terletak pada laporan akuntabilitas yang bagus. Laporan keuangan beres, ada keterbukaan dan tanggung jawab maka orang tua, lingkungan sekitar sekolah yang peduli dengan pendidikan di sekolah ini juga akan puas dan semakin peduli.
Laporan keuangan yang bagus bila dipegang oleh orang yang amanah dan pelaksana yang epnuh tanggung jawab. Dan kalau ada dana BOS yang terlambat, sebenarnya itu salah pihak sekolahnya sendiri yang tidak segera membuat laporan keuangan. Andai ada keterlambatan dana BOS cair, bagaimana solusinya? Dengan seijin orang tua dalam hal ini komite sekolah, pihak sekolah akan menggunakan dana tabungan siswa terlebih dahulu. Bila dana BOS cair segera mengembalikan uang tabungan yang dipinjam tadi. Dengan cara seperti ini, walau dana BOS macet atau telat kegiatan belajar mengajar di sekolah masih terus berlangsung dan berjalan lancar. YUS

Selasa, 21 Desember 2010

Laput: Terlanjur Fokus Mata Pelajaran UN, Gendrayani, Pelajar SMAN I Taman




Perubahan pola UN 2011 yang nantinya ditiadakan ujian ulang akan menimbulkan kekhawatiran dikalangan siswa. Paling tidak ada pro kontra tentang kebijakan pemerintah yang baru ini tentang UN 2011.
Disatu sisi, jika siswa memperoleh nilai yang kurang atau dibawah standart kelulusan UN maka akan sangat menyusahkan atau merugikan siswa karena tidak adanya ujian ulang. Dan jika sebaliknya, ujian ulang diselenggarakan maka kerisauan hati siswa bila nilainya rendah atau dibawah standart bisa teratasi.
Namun jika dikaji, UN bukanlah 100 persen penentu kelulusan siswa. Sebagian dari nilai UN akan dijadikan tambahan sedangkan sisanya dari nilai siswa yang didapat dari ujian sekolah. Jika saja pemerintah menjadikan UN dengan meniadakan ujian ulang yang notabene sebagai syarat kecil penentu kelulusan siswa, apabila keadaannya seperti demikian pemerintah seharusnya langsung saja meniadakan UN. Dengan begitu siswa dapat lebih focus terhadap nilai penentu kelulusan siswa, misalnya ujian sekolah saja.
Dari pengalaman yang saya alami terhadap teman-teman yang saat ini akan mengikuti UN terus terang 82 persen menolak diadakannya UN. Selain kesiapan materi dan mental yang harus dipersiapkan, kebanyakan siswa tidak akan memiliki kesiapan lagi untuk ujian sekolah. Disinilah 82 persen kelemahan yang biasanya terjadi pada siswa yang menjalani UN dan sisanya akan sebaliknya.
Menurut saya, apabila pemerintah hendak mengambil keputusan baik secara mikro maupun makro dalam kebijakan pendidikan lakukanlah pengkajian ulang secara lebih mendalam atau mungkin saja bisa melalui pengkajian pada siswa secara langsung. Misalnya dengan mengadakan jajak pendapat tentang bagaimana baiknya melaksanakan ujian akhir sekolah untuk menentukan kelulusan siswa. Sehingga hasil yang didapat tadi tidak akan ada pihak yang dirugikan seperti saat ini yakni pihak siswa. Yang tadinya UN bukan penentu lalu ada kebijakan UN jadi penentu kelulusan dan sekarang ada kebijakan baru UN ulang ditiadakan. Tentu ini semua adalah merugikan siswa.
Siswa sudah terfokus pada mata pelajaran UN dan sedikit meremehkan pelajaran non-UN. Tapi akhirnya pemerintah meniadakan UN ulang dan kelulusan tahun ini akan ditentukan oleh nilai ujian sekolah. Kerancuan ini semoga ada kebijaksanaan dari pihak pemerintah ataupun sekolah untuk menentukan syarat kelulusan siswa tahun ini. YUS
Caption: Gendrayani, siswa kelas XII IPS 1 SMAN I Taman

Minggu, 19 Desember 2010

Budaya:Ziarah Maraton di Acara Bersih Desa Tambaksumur Waru (2)




Kaum muda yag mulai gandrung dengan musik patrol dan mereka kombinasi dengan aneka alat-alat musik sehingga menghasilkan alunan nada yang mempesona.
Siraman rohani dari Dr.KH. abdul Ghofur, pengasuh pondok pesantren Sunan Drajat Lamongan menghipnotis para jemaah di masjid Da'watul Fallah.

Budaya:Ziarah Maraton di Acara Bersih Desa Tambaksumur Waru







Kalau acara bersih desa dilain tempat sering kita ketahui selalu diisi dengan acara wayangan semalam suntuk. Tapi acara bersih desa yang dilakukan di desa Tambaksumur kecamatan Waru lain, selama satu hari yakni tanggal 12 Desember acara bersih desa dilakukan secara marathon. Dan acara bersih desa disini diberi nama Haul Sesepuh Desa Tambaksumur.
Acara bersih desa Tambaksumur ini diisi dengan ziarah makam sesepuh desa yang jumlahnya ada lima lokasi makam. Acara ziarah makam dimulai pukul 05.30 yang diikuti sekitar 200 warga desa dengan dipimpin, KH. Alawy, pemuka agama setempat.
Dari pemberangkatan yakni di masjid desa Da’watul Fallah menuju ke komplek makam mbah Zainal Abidin. Setelah membaca tahlil dan doa, rombongan peziarah melanjutkan ke makam mbah Kenduruan yang letaknya di depan komplek makam Mbah Zainal Abidin. Ziarah dilanjutkan ke makam mbah Imam Marhaban yang letaknya disebelah timur kantor desa Tambaksumur.
Komplek makam Syekh Jamaluddin berada di belakang masjid Da’watul Fallah dan terakhir rombongan peziarah mendatangi komplek makam Mbah Moncol. “Kesemua sesepuh desa ini dulunya selain membabat alas sini juga sebagai penyebar agama Islam di Waru dan sekitarnya,” ujar KH. Alawy kepada PENA. Tak sedikit warga dari luar desa yang berziarah ke makam sesepuh desa yang berada paling timur kecamatan Waru ini. Diakhir ziarah marathon ini diadakan makan bersama bertempat di gedung MI.
Rangkaian peringatan Haul sesepuh desa berlanjut, siang hari sekitar jam 14.00 diadakan pawai ta’aruf yang diikuti kurang lebih 700 santri dari sembilan TPQ yang ada di desa Tambaksumur serta diikuti enam grup patrol.
Selepas sholat Isya’ diadakan istigotsah kubro yang diikuti seluruh warga desa Tambaksumur dan acara dilanjutkan dengan siraman rohani yang disampaikan oleh Dr. KH. Abdul Ghofur, Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Drajat, Lamongan Jawa Timur.
“Bersih desa yang kami lakukan berbeda dengan desa lainnya, kami lebih menitik beratkan pada acara tahlil dan kirim doa kepada sesepuh desa Tambaksumur yang telah berjasa besar dalam keberadaan desa ini. Dan ini sudah jadi agenda rutin tiap tahun bagi kami,” urai H. Maslihan, S.Ag., selaku ketua panitia kepada PENA. YUS

Caption:
1. Warga bersama-sama dari masjid Da’watul Fallah menuju komplek makam Mbah Zainal Abidin untuk tahlil.
2. Suasana komplek makam Mbah Zainal Abidin.
3. Tahlil dimakam Mbah Imam Marhaban, khusyuk.
4. Jamaah tahlil di makam Syeikh Jamaluddin.
5. Peserta pawai ta’aruf dari santri-santri TPQ se Tambaksumur.
6. Grup music patrol yang penuh inovatif, digemari kaum muda Tambaksumur.
7. Dr. KH. Abdul Ghofur ketika memberikan siraman rohani.
Foto-foto:YUS

Sabtu, 11 Desember 2010

Dinamika: Pelatihan Robotik di SMPN 3 Taman




Istilah pelatihan seringkali diidentikkan dengan guru tapi untuk pelatihan yang satu ini beda. Bedanya, walau namanya pelatihan tapi pesertanya siswa SMP dan materi pelatihannya tentang pembuatan robot.
Setidaknya ini terjadi di SMPN 3 Taman, selama dua hari, 10-11 Desember 2010 sekitar 36 siswanya mengikuti pelatihan pembuatan robot. Bertempat di ruang ketrampilan SMPN 3 Taman, pelatihan kali ini dibimbing oleh mahasiswa jurusan D4 Elektronika PENS ITS Surabaya.
“Kami ingin mendarma bhaktikan ilmu yang kami dapat dari bangku kuliah ke adik-adik SMP. Senyampang mereka masih mudah setidaknya sudah mempunyai bekal pengetahuan dan ketrampilan tentang dasar-dasar robot,” ujar Eko Budi Utomo, selaku ketua pembimbing robotik dari PENS ITS kepada PENA.
Pelatihan robotic ini sebagai tindak lanjut dari mata pelajaran ketrampilan elektronika di SMPN 3 Taman. “Karena jam ketrampilan hanya dua jam dalam seminggu ini dirasa sangat kurang bagi siswa untuk lebih bisa mendalami dunia elektronika. Untuk itulah diadakan pelatihan khusus pembuatan robot. Walau hanya konsep dasar robot ini akan sangat berguna bagi siswa di kelak kemudian hari,” tutur Drs. H. Endik Prasetya,M.Pd., guru ketrampilan elektronika tatkala mendampingi siswanya mengikuti pelatihan.
Dalam pelatihan ini siswa dibagi menjadi delapan kelompok yang msing-masing kelompok terdiri dari empat orang dan dibimbing oleh seorang mahasiswa PENS ITS. Selain teori tentang cara kerja robot juga diadakan pembuatan robot yang bisa membedakan warna putih dan hitam. Masing-masing kelompok membuat robot yang bentuknya seperti mobil hanya saja jalannya sesuai dengan jalur warna yang diprogramkan. “Robot pendeteksi warna ini bisa diaplikasikan di bidang militer yakni untuk mendeteksi ranjau serta bisa digunakan di pabrik sebagai alat bantu sortir barang,” lanjut Eko Budi yang pernah menjuarai kompetisi roket Indonesia 2010 di Yogyakarta sebagai juara I.
Menurut catatan PENA di Sidoarjo baru ada dua SMP negeri yang minat di dunia robot yakni SMPN 1 Sidoarjo dan SMPN 3 Taman. Khusus di SMPN 3 Taman, pelaksanaan pelatihan robotic ini sebagai pengembangan dari mata pelajaran ketrampilan elektronika. “Di pelajaran elektronika mereka sudah memiliki bekal pengetahuan dan ketrampilan untuk itulah sebagai jawaban atas tantangan jaman yang semakin canggih sekolah memfasilitasinya dengan mengajak kerja sama PENS ITS Surabaya dalam memberikan pelatihan robotic bagi siswa kami,” kata Hj. Retno Utari HP, S.Pd, Kepala SMPN 3 Taman. Selain siswa, pihak orang tua sangat mendukung kegiatan semacam ini, untuk itu sekolah akan menjalin kerja sama dengan PENS ITS untuk kelanjutan pelatihan tentang pembuatan robot ini.
“Jadi kedepan, diharapkan siswa bisa membuat robot yang lebih canggih lagi serta aplikatif dan kami menginginkan siswa yang minat di dunia robot ini nantinya bisa menuai prestasi di setiap ajang lomba cipta kreasi robot,” harap Hj, Retno yang pernah menjadi guru berprestasi juara I Sidoarjo tahun 2004 lalu. YUS
Caption: 1. Siswa SMPN 3 Taman sedang merakit robot.
2. Peserta pelatihan robotic dengan robot pendeteksi warna hasil kreasinya. (foto-foto:YUS)

Dinamika: Diklat Jurnalistik di SMANITA



Bertempat di laboratorium biologi, diklat jurnalistik SMAN I Taman berlangsung lancar dan sukses. Tak kurang dari 53 pelajar Smanita mendapat materi tentang jurnalistik serta pengalaman membuat majalah mini.
Acara yang dibuka oleh Drs. H.Panoyo, M.Pd., selaku Kepala SMAN I Taman ini berlangsung tanggal 1 Desember 2010. Dalam sambutan pembukaan Drs. H.Panoyo,M.Pd., menjelaskan bahwa ketrampilan jurnalistik dan menulis yang didapat siswa setelah mengikuti diklat ini hendaknya dikembangkan sendiri. “Mengingat kemajuan informasi saat ini begitu cepat apalagi informasi di internet begitu cepat dan sangat lengkap. Jadikan ini sebagai titik tolak untuk bisa lebih professional. Selamat, kalian tidak salah memilih kegiatan ini karena kedepannya bisa dijadikan sandaran hidup,” urai Drs. Panoyo.
Pemateri dalam diklat kali ini dari tabloid PENA yakni Yupiter Sulifan. “Secara umum, ilmu jurnalistik bukan sekedar mengajarkan kita cara menulis berita dan menerbitkan media cetak melainkan banyak ilmu yang didapat disini. Salah satunya bisa menambah rasa percaya diri bagi yang melakukannya,” ujar Yupiter.
Materi yang disampaikan dalam diklat jurnalistik ini adalah mengenal ilmu jurnalistik secara dasar, teknik menulis berita, opini dan artikel hingga cara menerbitkan majalah. “Semoga anak-anak yang ikut diklat kali ini bisa menerapkannya dalam berbagai bidang kehidupan. Terutama kecepatan tanggap terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan sekolahnya. Anak-anak akan lebih kritis dan solutif dalam menghadapi setiap permasalahan yang ada,” terang H. Maryoto,M.Pd, Waka Kesiswaan.
Diharapkan, peserta diklat jurnalistik kali ini siap untuk menjadi kru redaksi majalah siswa Smanita GENTA yang direncanakan terbit dua kali dalam satu tahun, yakni terbit bulan Januari dan Juli 2011. YUS
Caption: 1. Siswa Smanita sedang mencari bahan untuk membuat majalah mini.
2. Peserta diklat jurnalistik, calon kru redaksi majalah siswa GENTA.