Rabu, 28 Maret 2012

Berita PENA April


Drs. H. Panoyo, M.Pd., Kepala SMAN 1 Taman:
Sama-sama Mau Berkorban

Menorehkan prestasi bagi pelajar tentu saja bukan hanya membanggakan bagi sang siswa dan orang-orang terdekatnya, namun juga tentu saja pihak sekolah. Terlepas dari kemampuan sang siswa meraih prestasi tersebut, kontribusi berupa dukungan dari berbagai pihak termasuk sekolah tentu saja memegang peranan penting sebagai salah satu kunci keberhasilannya. Nah, kontribusi yang diberikan oleh pihak sekolah ini tentu tergantung pada kondisi dan kebijakan sekolah masing-masing. Bentuknya pun bermacam-macam, mulai dari dukungan moril yang sangat penting, sampai bantuan dana.
Pihak sekolah memberikan jalan seluas-luasnya bagi para siswa untuk mengikuti berbagai macam lomba dan mengeksplorasi bakat siswa. Misalnya, tidak mempersulit siswa dalam mendapatkan izin untuk tidak mengikuti beberapa jam pelajaran guna mengikuti lomba. Selain itu, guru-guru juga selalu memberikan dukungan moril yang besar.
Seberapa besar dukungan sekolah bagi siswa yang akan mengikuti lomba memang tentunya cukup berpengaruh secara signifikan bagi sang siswa. Baik secara psikologis maupun teknis.
Secara psikologis, dengan dukungan dari pihak guru-guru misalnya, maupun teman-teman sekolah yang selalu memberikan semangat, maka sang siswa pun tentunya akan lebih termotivasi dalam memberikan usaha ynag terbaik agar dapat mencapai hasil maksimal dalam mengikuti sebuah perlombaan. 
Secara teknis, mengikui lomba kadang memang bukan sebuah perkara mudah. Apalagi jika lombanya diadakan pada jam sekolah. Tentu saja, sang siswa membutuhkan izin dari sekolah untuk tidak mengikuti beberapa jam pelajaran. Nah, disinilah peran dukungan pihak sekolah untuk memudahkan siswa agar bisa mengikuti lomba, tentu saja dengan keterangan resmi bahwa siswa yang bersangkutan sedang mewakili sekolah dalam sebuah perlombaan.
Dukungan sekolah sangat besar. Apalagi support moril. Merupakan kewajiban bagi pihak sekolah termasuk guru-guru untuk menghadiri setiap perlombaan yang diikuti oleh siswanya dalam membawa nama sekolah. Dalam hal ini guru pendamping ataupun pembimbingnya.
kalaupun ada pihak sekolah yang tidak member dukungan kepada siswa saat mengikuti perlombaan, mungkin saja ada pertimbangan tersendiri yang dipegang sekolah. Misalnya, perlombaan yang diikuti siswa tidak atas nama sekolah melainkan atas nama klub. Atau karena factor lainnya.
Siswa bertanding atas nama sekolah maka kewajiban sekolah bukan sekedar dukungan moriil saja melainkan juga soal pendanaan,walau besarnya tidak seberapa tapi ini harus diberikan ke siswa yang bersangkutan.
Juga kepada siswa ketika bertanding dan bersamaan dengan ujian sekolah maka siswa ini harus mau mengikuti ujian susulan, ini konsekuensinya. Jadi antara sekolah dan siswa juga harus sama-sama berkorban yang muaranya untuk kesuksesan siswa baik bidang akademis maupun prestasi non akademisnya.
Penghargaan dari sekolah kepada siswa yang berprestasi memang harus ada walau itu berupa uang yang tak seberapa besar ataupun pemberian piagam atau sertifikat dari sekolah. Berbagai bentuk dukungan ini sangat penting.
Dukungan ini merupakan salah satu bentuk penghargaan pihak sekolah terhadap siswanya yang berprestasi dan telah membawa nama baik sekolah dalam berbagai bidang perlombaan. Selain itu, apabila sang siswa berhasil menyabet gelar juara, kebanggaan pun akan menjadi sebuah kepuasan tersendiri baik bagi sang siswa, keluarga dan pihak sekolah. YUS

Herry Supriyanto, S.Si., Kepala SMP Al Falah Tropodo Waru:
Mengkodusifkan Siswa Siap UNAS

Sistem Penerimaan Siswa Baru (PSB) di Kabupaten Sidoarjo  untuk tahun  ajaran 2011/2012 dengan menerapkan sistem baru yang disebut PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru). Sistem ini tidak lagi menggunakan testing tetapi berdasarkan Nilai Ujian Nasional (NUN).
Kebijakan baru ini akan mengubah kebijakan lama,  sebelumnya penerimaan siswa baru menggabungkan nilai ujian nasional dan hasil tes. Namun sudah dua tahun ini, hanya mengandalkan nilai NUN (Nilai Ujian Nasional) saja.  
Dengan perubahan sistem ini, maka anak didik harus berjuang maksimal agar nilai NUN-nya  baik.  Nilai NUN ini akan menjadi tolak ukur jika mereka hendak masuk ke sekolah favorit di Sidoarjo. Mereka tak lagi harus di tes ulang untuk bisa masuk ke sekolah negeri favorit, namun cukup dengan bersaing nilai tertinggi dari hasil NUN.
Tak mengherankan kalau banyak sekolah yang berlomba untuk meraih nilai tertinggi bagi muridnya. Tentu saja penerapan cara ini ada plus minusnya. Segi positif PPDB yang memakai tes adalah bisa memetakan kemampuan yang dimiliki siswa secara nyata. Bila siswa ini tergolong mampu kemampuannya maka dia berhak mendapatkan sekolah favorit yang diinginkannya. Segi negatifnya, bila dalam pelaksanaan tes penyaringan ini terjadi ‘permainan’ maka akan memupuskan harapan siswa yang benar-benar berkemampuan untuk menikmati sekolah favorit.
PPDB yang memakai nilai UN saja segi positifnya adalah mengkondusifkan siswa untuk benar-benar menyiapkan diri menghadapi UN. Juga memberikan waktu istirahat yang cukup kepada siswa bahwa ujian tidak berakali-kali melainkan cukup sekali dan ini untuk dua peristiwa, UN dan PPDB. Karena mengandalkan nilai NUN murni, diharapkan pelaksanaan UN diawasi secara ketat.
Segi negatifnya juga ada terutama bila proses selama menuju nilai akhir ini diwarnai dengan ‘kecurangan’ yakni saat UN maka akan kesulitan untuk memetakan kemampuan siswa yang sebenarnya. Sistem ini tidak akan mampu menutup kecurangan. Sekolah SD dan SMP dengan berbagai cara akan berlomba untuk mendongkrak NUN siswanya.
Bila NUN siswa rata-rata tinggi itu akan dapat mengangkat reputasi sekolahnya karena banyak diterima masuk sekolah negeri/sekolah favorit. Para guru tersebut tidak peduli lagi terhadap dampak psikologi terhadap siswa yang kelak tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolahan yang  baru nanti.
Guna menyongsong UN berhiaskan kejujuran serta PPDB yang hanya menggunakan NUN, pihak sekolah sudah mempersiapkan muridnya jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan UN. Diantaranya dengan melakukan penelusuran modalitas belajar siswa yakni dengan mengetahui learning style (gaya belajar), kecerdasan  majemuk (multiple intelligences) dan tipologi kepribadian.
Adanya penetapan target prestasi pribadi siswa yakni siswa menentukan target nilai yang harus dicapai setiap bulan pada setiap bidang studi utamanya bidang studi UN. Serta mengadakan bimbingan belajar atau klinik mata pelajaran UN.
Ada tiga hal yang menjadi perhatian utama pihak sekolah yakni kemampuana dasar siswa, keterampilan belajar dan motivasi belajar dan berprestasi. Kemampuan dasar siswa ini dengan mengelompokkan kemampuan siswa yaitu kelompok C (bagi siswa yang rata-rata atas), B (bagi siswa yang rata-rata menengah) dan A (bagi siswa yang kurang). Dan pelaksanaannya dilakukan tiga kali dalam seminggu dalam program regular dan dilanjutkan setiap hari Sabtu ada try out/pembahasan satu bidang studi UN serta pemberian reward bagi siswa yang berprestasi/terbaik nilai rata-rata try outnya.
Program intensif diantaranya merubah jadwal dengan cara menambah jam pelajaran UN, mengikuti ujian pra UNAS di berbagai tempat. Dan program super intensif, ini akan  dilaksanakan bila PPDB menggunakan system tes masuk.
Guna meningkatkan ketrampilan belajar siswa yakni dengan mind mapping, super memori, menulis efektif serta menghafal kreatif. Serta memberikan motivasi belajar serta hidup bagi siswa melalui program AMT (Achievement Motivation Training) dan Jalasah Ruhiyah. Semua dilakukan sekolah dalam rangka membekali muridnya untuk lebih siap dalam menghadapi UNAS maupun PPDB tahun ini. YUS

Lensa PENA
Tari Topeng

Pelestarian tari topeng dilakukan oleh Museum Mpu Tantular Sidoarjo, 25 Maret 2012 dengan mengadakan pergelaran tari topeng dari Malang dengan mengambil lakon Jenggolo Mbangun Candi yang menampilkan kelompok tari topeng Asmoro Bangun dari Malang. (Yupiter Sulifan)


Sosok
Djumingan dan Arif, Duo ‘Polisi Cepek’ dari MI Ma’arif Taman:
Mengharap Pengertian Pemakai Jalan


Pagi, tatkala kabut dan embun masih menari-nari diangkasa raya, dua sosok pria ini memanggul bendera warna merah berdiri tegar di pinggir jalan raya Taman, depan SPBU Taman Sepanjang. Sambil menggenggam peluit kuning dengan gantungan ekor domba, sesekali cengkrama mereka meledakkan tawa riang, ya Djumingan dan Arif, dua sosok pria yang setiap harinya bekerja sebagai petugas penyeberang anak-anak sekolah.
MI Ma’arif Taman Sepanjang adalah institusi yang menaungi kerja mereka. “Kalau ditanya mulai kapan saya kerja di madrasah ini, wah saya sampai lupa karena sudah sangat lama sekali saya kerja disini,” ujar Djumingan, pria berusia 71 tahun ini. Bapak seorang anak dan dua cucu ini masih terlihat tegar dan cekatan tatkala membantu murid MI Ma’arif Taman menyeberang jalan Surabaya-Krian dan sebaliknya jalan Krian-Surabaya.
Ruas jalan yang tergolong jalur luar kota ini tidak bisa dibilang sepi kendaraan,hamper tiap detik puluhan kendaraan yang didominasi bus luar kota dan trek besar lalu lalang disini. “Kami berdua mencari sela dari kendaraan yang melintas, bila ada kosong kendaraan kami secepatnya menyeberangkan anak-anak,” tutur Arif, pria mitra kerja Djumingan yang berusia 44 tahun kepada PENA disela-sela aktifitas kerjanya pagi itu.
Arif, bapak berputra dua orang ini bercerita panjang lebar tentang profesi ‘polisi cepek’ yang telah bertahun-tahun dijalaninya ini. Soal jam kerja, kalau pagi mulai jam 06.00 hingga 07.00 dan siang hari jam 12.30 hingga 13.00.
“Tak peduli bila ada satu anak yang akan menyeberang ya kami akan menyeberangkannya, pokoknya berapapun yang ada kami akan antar hingga seberang sana,” kata Djumingan sambil menunjuk sebuah mulut gang yang didalamnya terletak gedung MI Ma’arif Taman. Masih menurut Djumingan, sebenarnya yang ada di gang itu hanya murid kelas 5 dan 6 sedangkan siswa kelas 1 hingga 4 ada di gedung sekolah yang lain gang. “karena di gedung sekolah yang lainnya itu masih dibangun jadi dua kelas dipindah sementara kesini. Tapi sampai kapan disini,ya semua nunggu dana untuk menyelesaikan pembangunan di gedung yang utama sana,” urai Djumingan tentang madrasah tempatnya bekerja.
Bekerja dengan Senyum
Selama bekerja sebagai polisi cepek ini, baik Djumingan maupun Arif mengaku tidak pernah mengalami masalah. “Alhamdulillah, selama kami disini tidak pernah terjadi tabrakan atau hal-hal gak enak lainnya. Ini yang selalu kami syukuri, meskipun ada kata-kata kotor atau umpatan dari pengemudi kendaraan yang diarahkan kepada kami, kami tetap menanggapinya dengan senyum. Tujuan kami cuma membantu anak-anak menyeberang jalan sehingga sekolahnya tidak terlambat dan selamat, itu saja,” ungkap Arif sembari tertawa kecil dan diikuti anggukan kepala Djumingan.
Mereka berdua sebenarnya sangat berharap para pengemudi ini mengerti kalau ada murid sekolah yang akan menyeberang dan mengurangi kecepatan kendaraannya. “Bila pagi hari ya seperti ini, berapapun ada murid yang mau menyeberang ya kami seberangkan. Beda dengan siang hari, mereka sudah bergerombol jadi sekali menyeberangkan, selesai sudah. Apapun keadaannya kami siap menunaikan tugas ini dengan sebaik-baiknya,” kata Arif.
Ketika disinggung soal honor, mereka berdua malah menjawab dengan senyuman. “Alhamdulillah, lumayan dan cukup untuk membiayai kehidupan kami sekeluarga,” tutur Djumingan dan diamini Arif.
Disela antara pagi hingga siang, Djumingan masih menyempatkan diri menjadi pengurus masjid Jami’ Taman. Dan sepulang jadi polisi cepek, Djumingan dan Arif bekerja sebagai tukang bangunan untuk merenovasi gedung madrasah ini.
Djumingan dan Arif, dua sosok yang mengabdi pada dunia pendidikan, hanya saja peran mereka tersamar dan jarang yang memberikan perhatian.
Narasi dan foto-foto:Yupiter Sulifan
Caption:
1 – 3. Sembari menunggu sepinya kendaraan yang lalu lalang juga menunggu berkumpulnya murid yang akan menyeberang. Disela kendaraan yang melaju, Djumingan dan Arif bergegas menyeberangkan murid madrasah hingga seberang jalan.
4. Walau hanya seorang anak, Arif dengan sabar dan telaten membantu menyeberangkan.
5. Djumingan dengan ‘senjata andalannya’ peluit warna kuning dan bendera merah dipanggul mengamati sepinya kendaraan yang lewat.
6. Arif dengan memanggul bendera merahnya berniat menyeberang.
7. Djuminagn dan Arif, duo polisi cepek yang terlupakan dari perhatian kita.

COVER

Foto-foto diambil ketika ujian akhir sekolah di SMAN 1 Taman.

Sabtu, 24 Maret 2012

DUNIA MILIK BERDUA

mulanya hanya berdekatan

lalu bercengkrama dan kehadiran burung lain diabaikannya

selanjutnya mereka asyik memadu kasih hingga sayappun dikepakkannya...

Kamis, 22 Maret 2012

Berjuang atau Mati

Dalam hidup,seringkali menghadapi pilihan terus berjuang atau pilih mati!
Mengamati calon mangsa

Mulai mendekati mangsa

Lalu...dilahaplah si mangsa

Rabu, 21 Maret 2012

Desain Pelatihan Psikologi Meningkatkan Kepercayaan Diri pada Remaja


Latar Belakang
Pada kehidupan remaja, kom­petensi sosial selain merupakan indeks dan prediktor bagi penyesuaian diri yang sehat, juga me-rupakan suatu dimensi dari evaluasi diri (Allen dkk, 1989). Kom­petensi sosial adalah suatu kemam­puan atau kecakapan seseorang untuk ber­hubungan dengan orang lain dan untuk ter­libat dalam situasi – situasi sosial dengan memuaskan (Hurlock, 2000). Kompetensi so­sial merupakan suatu sarana untuk dapat di­terima dalam masyarakat.
De­ngan me­miliki kom­petensi sosial seseorang men­jadi peka terhadap berbagai situasi sosial yang dihadapi. Remaja akhir yang berhasil menghadapi tiap-tiap permasalahan sehubungan dengan tugas-tugas perkembangan, tuntutan ma­syarakat dan kejadian-kejadian hidup yang dialaminya, dengan cara-cara yang kom­peten akan meng­hasilkan bentuk pe­nyelesaian masalah atau tingkah laku koping matang yang akan mem­berikan konsekuensi untuk seluruh ke­hidupan­nya ke­lak setelah dewasa, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang­-orang di de­katnya (Allen dkk, 1989). Hal ini sangat penting dan menentukan sekali bagi tercapainya ke­puasan dan kebahagiaan hidup seseorang dan orang -orang di­sekitarnya. Dalam kehidupan sehari-hari se­ring dijumpai bahwa orang-orang yang mem­punyai kompetensi sosial yang baik akan cen­derung mempunyai penyesuaian diri yang baik pula.
Dalam suatu penelitiannya, Tentra­wanti (1989), mengemukakan bah­wa sese­orang yang mem­punyai kom­petensi sosial ada­lah orang – orang yang mampu melakukan dua hal, yaitu: (1). Mampu menghadapi kondisi – kondisi yang penuh dengan ketegangan, dan (2). Mampu menarik dan mem-pertahankan du-kungan sosial. Selanjutnya dalam su-atu penelitiannya, Tentrawati (1989), juga menge­mukakan bahwa se-seorang yang berkompetisi sosial, memiliki ciri – ciri: (a) Pengetahuan sosial, yaitu pengetahuan mengenai keadaan emosi yang memadai de­ngan konteks sosial tertentu, (b) Ke­percayaan diri untuk memulai suatu tin­dakan dan adanya usaha untuk me­mecahkan masalah sendiri, (c) Empati, yaitu kemam­puan meng-hargai perasaan orang lain sekalipun orang ter­sebut tidak dikenalnya atau tidak ada hubungan de­ngannya, juga mampu memberikan respon-respon emosional, mampu mengen­dalikan emosi dan tulus dalam men­jalin hubungan dengan orang – orang yang ber­masalah, (d) Sensitivitas sosial, yaitu kemam­puan emosional untuk menangkap ke­butuhan – kebutuhan ling­kungannya.
Kepercayaan diri atau keyakinan diri diartikan sebagai suatu kepercayaan terhadap diri sendiri yang dimiliki setiap in­dividu dalam kehidupannya, serta ba­gaimana individu ter­sebut memandang dirinya secara utuh dengan meng­acu pada konsep diri (Rakhmat, 2000). Lauster (da­lam Fasikhah, 1994), menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan diri sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan-tindakan­nya, dapat merasa bebas untuk melakukan hal – hal yang di­sukainya dan bertanggung jawab atas per­buatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi de­ngan orang lain, dapat mene­rima dan meng­hargai orang lain, memiliki do­ro­ngan untuk berprestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangannya.
Menurut Lauster (dalam Fasikhah, 1994), terdapat beberapa karakteristik untuk menilai kepercayaan diri individu, diantara­nya: (a) Percaya kepada ke­mampuan sendiri, yaitu suatu keyakinan atas diri sendiri terhadap segala fenomena yang terjadi yang ber­hubungan de­ngan kemampuan individu untuk mengevaluasi serta mengatasi fenomena yang terjadi tersebut, (b) Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, yaitu dapat ber­tindak dalam meng­ambil keputusan ter­hadap apa yang dilakukan se­cara mandiri tan­pa adanya keterlibatan orang lain. Se­lain itu, mempunyai kemampuan untuk me­­yakini tindakan yang diambilnya ter­sebut, (c) Memiliki konsep diri yang positif, yaitu adanya penilaian yang baik dari dalam diri sendiri, baik dari pan­dangan maupun tindakan yang dilaku­kan yang menim­bulkan rasa positif terhadap diri sendiri, (d). Berani mengungkapkan pendapat, yaitu ada­nya suatu sikap untuk mampu meng­utarakan sesuatu dalam diri yang ingin diung­kap­kan kepada orang lain tanpa adanya paksaan atau hal yang dapat menghambat pengungkapan pera­saan ter­sebut.

Tujuan Pelatihan
Pelatihan ini bertujuan untuk:
  1. Melatih remaja untuk menimbulkan konsep diri yang positif terhadap diri sendiri.
  2. Melatih remaja untuk berani mengungkapkan pendapatnya.
  3. Melatih remaja untuk percaya pada kemampuan diri sendiri.
  4. Melatih remaja untuk bertindak mandiri dalam mengambil keputusan.

Sasaran Pelatihan
  1. Remaja menyadari bahwa kemampuan dirinya tidak kalah dengan kemampuan orang lain.
  2. Remaja menyadari pentingnya konsep diri yang positif dalam berkomunikasi dengan orang lain.
  3. Remaja mampu bertindak sendiri dalam mengambil keputusan.
  4. Remaja tidak segan dalam mengungkapkan pendapatnya ketika berada dalam lingkungan social.

Peserta Pelatihan
Peserta pelatihan ini adalah siswa SMA (laki-laki dan perempuan dengan rentang umur 15-17 tahun) dengan jumlah peserta 36 orang.

Waktu dan Materi Pelatihan
Pelatihan dilaksanakan pada hari Sabtu (5 Mei 2012) di lingkungan SMAN 1 Taman Sidoarjo, dan jadwal tertera pada tabel berikut ini:
No
Pukul 
Materi Pelatihan
1
08.00-08.30
Opening seremonial
2
08.30-09.30
Perkenalan trainer dengan peserta pelatihan
3
09.30-13.30
Games/outbond
4


















Metode Pelatihan
  1. Ceramah, diskusi, dan games in door  
  2. Games (outbond) yang diadakan di luar ruangan dengan games terlampir.

Peralatan
Peralatan yang digunakan selama pelatihan adalah:
Peralatan yang digunakan pada materi in door:
  1. Spidol, papan tulis, penghapus
  2. Laptop, LCD, layar LCD
  3. Peralatan tulis (bolpoin/pensil dan kertas)
Peralatan yang digunakan pada materi out door:
  1. …..

Desain Materi/Games

Materi I
Materi
Remaja dan Pembentukan percaya diri akan kemampuan
Tujuan
Untuk meningkatkan rasa percaya diri akan kemampuan yang dimiliki remaja. Meminimalisir rasa ragu-ragu ketika akan bertindak atau memutuskan sesuatu.
Jumlah peserta
36 orang
Waktu
1 jam
Tempat
Out door (lapangan basket sekolah)
Alat dan bahan
Sound
Langkah-langkah pelaksanaan
Materi diberikan di ruang terbuka/lapangan. Peserta berpasangan (2 orang)  berdiri seperti posisi berbaris dan menghadapa depan semua (depan belakang). Peserta yang didepan, merentangkan kedua lengan tangan ke depan dan posisi kedua telapak tangan menghadap luar. Lalu telapak tangan ini disilangkan/saling menggenggam. Genggaman tangan ini ditarik dan ditempel erat-erat ke dada. Dengan posisi tubuh terbujur kaku, peserta yang didepan menjatuhkan diri (dengan syarat kedua kaki tidak boleh menekuk) ke peserta yang ada di belakangnya. Dan tugas peserta belakang adalah menahan jatuhnya peserta depan dengan posisi 30° selama 5 menit. Hal ini dilakukan secara bergantian, peserta yang tadinya posisi depan bertukar tempat di belakang. 

Didesain: Yupiter Sulifan
Peserta depan menjatuhkan diri kebelakang dan peserta dibelakang menahannya. (foto:Yupiter)

Cara Berjalan dan Kepribadian Manusia


Banyak cara untuk mengungkap kepribadian seseorang. Salah satu cara yang paling praktis dan mudah diamati adalah dari gaya berjalan. Anda bisa menebak kepribadian seseorang dengan hanya mengamatinya dari jauh. Ini adalah cara praktis yang membutuhkan keahlian, ketelitian dan kejelian. Hasil yang didapat, memang terkadang eror, sehingga perlu kroscek dengan alat ungkap kepribadian yang lain untuk dicompare (pembanding).
Karaktersitik kepribadian yang dapat diungkap melalui cara berjalan antara lain, posisi badan pada saat berjalan, posisi tangan, pandangan/sorot mata dan lain-lain.
Orang perfect
Cara berjalan cepat, padangan tertuju kedepan dan tidak menghiraukan keadaan disamping kiri atau kanan. Biasanya orang seperti ini adalah orang-orang yang dikejar-kejar waktu, sibuk dengan jadwal yang harus diikuti, dan kurang ada waktu untuk bercanda dijalan jika ketemu dengan teman atau kenalan.
Orang santai, tidak ada tekanan
Cara berjalan kadang lambat, mudah teralihkan perhatiannya kesamping pada saat berjalan, sangat antusias jika ketemu teman atau kenalan dijalan. Biasanya orang seperti ini, tidak ada waktu yang mengikat untuk dipenuhi segera.
Orang dalam keadaan ada masalah atau tidak PD (pecaya diri)
Hal ini bisa terbaca dari gerakan dan ayunan tangan orang yang sedang berjalan. Jika posisi tangan berada dibelakang atau dimasukkan dalam saku celana atau jaket, maka kemungkinan orang tersebut adalah orang yang tidak PD (tidak percaya diri), sedang ada masalah yang mengancam atau ada masalah yang membuatnya tidak tenang. Orang seperti ini biasanya orang yang bersifat pemalu, kurang percaya diri tampil didepan umum, dan kadang dengan gaya bicara yang kurang meyakinkan.
Orang optimis
Jika ayunan tangan berada disamping dan sesekali lengan diangkat kedepan, menandakan bahwa orang tersebut adalah orang optimis. Badan sedikit dibungkukkan kedepan, menandalan bahwa seseorang optimis dengan tujuan. Gaya berjalan juga cepat, disertai sorot/padangan mata yang mantap dan tajam.(sumber:psychologimania)

Jumat, 09 Maret 2012

Batik Gentongan Tanjungbumi, Bangkalan: Secuil Kreatifitas dari Tanah Madura


Siapa menyangka kalau di pulau Madura yang lebih dikenal orang sebagai pulau yang bertanah tandus bisa memunculkan satu kreatifitas yang spektakuler? Terlebih setelah keberadaan jembatan Suramadu, hasil kreatifitas ini semakin menjadi cirri khas Madura.  Batik Gentongan, salah satu ide kreatifitas masyarakat Madura dalam hal seni budayanya.
Ide kreatifitas ini lahir di kecamatan Tanjungbumi berjarak 50 kilometer ke utara dari kota Bangkalan. Tepatnya didaerah Peseseh, daerah pesisir pantai dan memiliki pelabuhan tempo dulu. Menemui pengusaha batik yang telah dirintis empat generasi, Zulfa batik. Wuri dan Alim suaminya, meneruskan usaha batik dari ibunda Wuri, Bu Hajjah Zulfa. Sebagai keluarga pembatik, Wuri ingin juga melestarikan budaya batik Tanjungbumi yang terkenal itu.
Tanjungbumi daerah pesisir pantai, memiliki riwayat tersendiri dengan batiknya. Dahulu batik menjadi pekerjaan perempuan di daerah itu untuk mengisi waktu luang menunggu suami mereka yang bekerja sebagai pelaut pergi ke daerah yang jauh, seperti ke pulau Kalimantan dan Sulawesi.
Bagi perempuan Tanjungbumi, menunggu kedatangan suami merupakan saat-saat paling panjang dan menegangkan. Mereka selalu gelisah apakah suaminya bisa pulang kembali dengan selamat dan bisa membawa uang untuk menghidupi rumah tangganya. Untuk mengurangi rasa gelisah tersebut, akhirnya mereka mulai belajar membatik. Namun, hingga kini belum ada yang dapat memastikan kapan para istri itu mulai membatik.
Selain itu masyarakat disana juga memiliki budaya, batik digunakan untuk simpanan. Yang diperlakukan sebagai emas atau tabungan. Atau disimpan untuk diserahkan kepada anak dan cucu, sebagai tanda kasih dan cinta ibu. Terutama bagi yang memiliki anak perawan, batik simpanan ini akan diberikan maanakala mereka mulai berumah tangga. “Mungkin sebagai kenang-kenangan dari orang tua kepada anak-anaknya,” tutur Alim. Batik menjadi salah satu sumber kekayaan dan kebanggaan mereka. Tak heran mereka melakukannya dengan sepenuh hati.
Nilai ini semakin bergeser karena zaman, membatik bukan lagi sebagai tanda kasih dan cinta ibu, namun semata-mata untuk mencari uang. Nilai komersial ini menjadi salah satu sebab mengapa hasil penggarapan batik tidak lagi sebagus yang dahulu?
Kegiatan yang dilakukan untuk membunuh waktu itu sekarang menjadi industri rakyat yang cukup besar. Tanjungbumi menjadi kecamatan terbesar di Madura yang memproduksi batik. Popularitas mulai dikenal penggemar batik tanah air.
Sekarang di Tanjungbumi ada 530 unit usaha batik dengan 1.000-an perajin. Jumlah tersebut belum termasuk para perajin yang mengerjakan secara perorangan yang sifatnya hanya sekadar kerajinan tangan saja. Unit-unit perbatikan itu tersebar di Desa Macajah, Desa Telaga Biru, Desa Paseseh dan Desa Bume Anyar.
Pada zaman dahulu, membatik menghabiskan waktu berbulan-bulan bahkan untuk batik gentongan bisa mencapai satu tahun proses hanya untuk sepotong batik. Hal ini karena motif yang sangat rumit dan detil. Luar biasa. Benar-benar sebuah mahakarya.
Tak salah jika sepotong batik gentongan Tanjungbumi ini berharga antara 2,5 juta hingga 5 juta rupiah bahkan lebih. Lebih mahal daripada emas. Bahkan untuk batik sutra, karena batik gentongan atau tulis yang halus, gambar motifnya bolak-balik/dua sisi, sedangkan pada sutra hanya satu sisi saja.
Batik gentongan merupakan batik khas Tanjungbumi, bercirikan warna yang berani (colour full) dan pengerjaan yang halus. Motif-motifnya beragam, namun tidak dapat diketahui secara pasti apakah yang menjadi motif klasik batik gentongan. Seperti yang kebanyakan, motif kembang randu, burung hong, sik melaya, ola-ola dan banyak lagi.
Bagaimanakah membedakan batik gentongan (memiliki warna biru dengan pewarna alami) dan batik biasa yang memiliki warna biru dongker dari bahan kimia? Ternyata menurut Wuri, sangat sulit membedakannya, kecuali pembatiknya sendiri. Ini tergantung dari kejujuran penjual batik kepada pembeli. Namun jika beruntung, batik gentongan ada yang masih memiliki aroma rempah-rempah karena perendaman.
Meski kekuatan warna gentongan dan batik halus pewarna sintesis sama, namun batik gentongan makin lama warnanya makin cemerlang meski kainnya telah rapuh.
Wuri kemudian menunjukkan batik gentongan miliknya yang sangat indah, bermotif til cantil. Batik dengan motif tersebut digunakan untuk kain gendongan anak bangsawan pada zaman lampau. Dan telah dihargai 5 juta rupiah namun Wuri belum ingin melepasnya. Menurutnya, batik tersebut langka karena pengerjaan yang halus dan motifnya sangat indah.
“Batik gentongan kami memang mahal, tapi kami menjual kualitas. Seperti batik ini sangat halus dan sudah ditawar 5 juta rupiah tapi saya belum ingin melepasnya. Karena motifnya indah dan pengerjaannya halus,” urai Wuri.
Biasanya pembeli langsung membeli jika ada batik dengan motif bagus, karena untuk memesan jarang bisa mendapatkan motif yang benar-benar sesuai dengan yang diinginkan.

Proses Pembatikan
Perlakuan pertama dari proses batik Jawa Timur sedikit berbeda, yaitu adanya proses perendaman kain mori menggunakan minyak nyamplong dan abu sisa pembakaran kayu dari tungku. Setelah itu baru kain di beri gambar motif (direngreng) pada kedua sisinya. Lalu diberi malam. Dan proses pewarnaan. Proses ini merupakan proses paling penting karena pada batik Jawa Timuran memiliki banyak warna. Warna yang dihasilkan adalah ukuran berhasil tidaknya proses pembatikan yang dilakukan.
Seperti pada batik gentongan, lamanya perendaman batik dalam gentong juga menentukan warna biru yang dikehendaki. Atau pewarnaan dengan warna lain yang direndam dengan warna tertentu lalu disikat hingga berulang-ulang agar didapat warna yang dikehendaki.
Setelah didapatkan warna yang dikehendaki maka dilakukan proses lorotan yaitu melorotkan atau meluruhkan lilin atau malam dengan air mendidih. Baru kemudian dijemur dipanas matahari.

Mitos Gentongan
Dalam pemrosesan batik gentongan, dihentikan jika ada tetangga yang meninggal hingga tujuh harinya. Semasa penyimpanan dalam gentong, setiap hari dilakukan proses pengangkatan dan kain diangin-anginkan. Jika ada yang meninggal proses ini dihentikan. Jika dipaksakan maka menghasilkan warna yang pudar.
Menurut Abdulrahman, masyarakat perajin batik gentongan masih meletakkan sajen setiap tujuh bulan sekali. Dengan harapan agar batik gentongan hasilnya sesuai yang diinginkan.

Mengapa hanya di Tanjungbumi?
Batik gentong hanya ada di Tanjungbumi, Madura, belum ditemukan dibuat di daerah lain. Ini dikarenakan air yang ada di pulau Madura. Air yang berkadar kapur tinggi sangat menguntungkan untuk proses pewarnaan. Warna menjadi lebih cemerlang. Sedangkan didaerah lain warnaya tidak dapat sebagus di Tanjungbumi.
Khusus batik gentongan memakai pewarna alami atau soga alam. Warna merah bisa diambil dari kulit mengkudu, warna hijau dari kulit mundu dicampur tawas, biru dari daun tarum. Kepekaan warna dicapai dari lamanya waktu merendam. Pewarna alam lainnya yang kerap dipakai, baik untuk gentongan maupun jenis batik lainnya antara lain kulit buah jelawe, kayu jambal, dan lainnya.
Kebanyakan batik Madura memilih warna terang, merah, kuning, hijau. Namun, batik gentongan memiliki warna yang beragam. Motif tarpoteh (latar belakang poteh/putih) misalnya, mencitrakan warna yang elegan, seperti hitam dan coklat pada motif-motifnya

Masa depan
Tanjungbumi sebagai sentral dari batik Madura, telah memiliki trademark tersendiri untuk batik Jawa Timur, mengharapkan pada waktu dekat akan memiliki kelompok perajin batik Tanjungbumi sendiri untuk mengembangkan produksi mereka.
Perajin mendapat kesempatan lebih untuk memperkenalkan lebih luas batik Madura khas Tanjungbumi. Keunikan dan karakter tersendiri dari batik gentongan.
Perajin batik masih didominasi oleh kaum perempuan, jika pemasaran batik lebih meluas maka produksinya meningkat. Tentu hal ini akan lebih memberdayakan perajin dan meningkatakan taraf hidup mereka yang konon Tanjungbumi banyak perempuannya berstatus janda.
Menurut Alim untuk meningkatkan taraf hidup perajin dan batik khususnya Tanjungbumi adalah dengan menjual batik dengan harga yang tinggi dan memberikan upah pada perajin dengan tinggi. Hal ini juga dapat tetap melestarikan batik Tanjungbumi yang mulai banyak ditinggalkan karena banyaknya pekerjaan lain yang lebih menjanjikan. Yupiter Sulifan