Jumat, 29 April 2011

Menilik Prestasi Murid SMA Negeri 1 Gedangan : Budayakan Fobia Beras Raih Juara 1



Memiliki murid yang kaya prestasi adalah dambaan semua guru dan sekolah. Tak terkecuali SMA Negeri 1 Gedangan dalam kepemimpinan Dra. Hj. Sri Mudjajanti, M.Pd., siswa-siswinya seringkali menorehkan tinta emas prestasinya dalam berbagai bidang.
Salah satunya dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Bidang Ketahanan dan Keamanan Pangan bagi siswa SMA se-Jawa Timur di Universitas Brawijaya (UB) Malang medio Maret lalu, siswa SMA Negeri 1 Gedangan berhasil meraih dua juara sekaligus yakni juara 1 dan 2.
Dalam lomba yang terselenggara atas kerja sama Universitas Brawijaya Malang dengan Bank Dunia dalam proyek Higher Education Institution Implementing Unit (HEI-IU) Indonesia – Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) ini, SMA Negeri 1 Gedangan mengirimkan tiga karya tulis dari tiga tim. Masing-masing tim beranggotakan tiga orang.
Tim pertama judul karya tulisnya Budayakan Fobia Beras (Puspita Ratnasari, Rani Purwati, Aprilia), tim kedua judul karya tulisnya Jadikan Sumber Daya Lokal Penguatan Ketahanan Pangan (Nuril Trisnawati, Junis Ulva Intyas, Mahardika Rahmawati) dan tim ketiga dengan judul karya tulis Budidaya Ikan Patin Menggunakan Pakan Buatan Berbasis Lemna Minor (M.Maulidi Ulil Fadli, Cita Mahardika Haryono, Chintya Rahma).
Dibimbing oleh dua guru biologi, Wiwik Kurniawati, S.Pd., dan Ali Mahfud, S.Pd.,M.Pd., ketiga karya tulis ini dinilai layak dalam tahap presentasi hingga hasil akhirnya karya tulis Budayakan Fobia Beras meraih juara 1 dan karya tulis Jadikan Sumber Daya Lokal Penguatan Ketahanan Pangan tampil sebagai juara 2.
Para juara selain pulang dengan membawa uang pembinaan, tropi juga sertifikat. “Bahkan menurut Pembantu Rektor I UB, pemenang pertama berhak masuk UB tanpa jalur tes, tentu ini sangat membanggakan bagi kami dan kebetulan tim pertama ini berkeinginan kuliah di UB,” ujar salah seorang pembina, Ali Mahfud, S.Pd.,M.Pd pada PENA.
Selama proses menyiapkan karya tulis ini, peran pembimbing hanya sebatas memberi literature dan mengoreksi tata bahasanya. “Hingga pemilihan judulpun demikian, kami tidak turut campur dan terus terang kami terkejut ketika anak-anak ini mengajukan judul Budayakan Fobia Beras, sungguh ini diluar pemikiran kami,” tutur Ali Mahfud bangga atas kreatifitas anak bimbingannya.
“Sebelum berangkat final, bimbingan diintensifkan yakni dengan memberi prediksi pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan juri serta memotivasi mereka agar tidak lemah semangat ketika menghadapi dewan juri,” lanjut Ali Mahfud.
Diakui Wiwik Kurniawati, S.Pd,,pembimbing LKTI yang lain, ketika mempersiapkan karya tulis ini, anak bimbingannya sedang melaksanakan Ujian Akhir Semester 1. “Rupanya ini juga yang menjadikan motivasi bagi anak-anak untuk bisa membagi waktu guna meraih juara,” kata Wiwik Kurniawati, S.Pd.
Beri Reward
Untuk usaha keras yang dilakukan siswa guna mengharumkan nama sekolah dengan meraih berbagai bidang kejuaraan, pihak sekolah memberi penghargaan. “Reward yang diberikan pihak sekolah ini disesuaikan dengan tingkatannya. Soal nominal atau apapun bentuknya memang tidak bisa disamakan dengan besarnya pengorbanan yang mereka berikan ke sekolah. Tapi setidaknya dengan adanya reward ini kami memberikan perhatian lebih bagi yang berprestasi,” tegas Dra. Ristiwi Peni, selaku Waka Kurikulum.
Kebahagiaan serta rasa syukur atas prestasi ini begitu mendalam bagi keluarga besar SMA Negeri 1 Gedangan. “Karena hampir empat tahun ini kami sepi dari prestasi di bidang akademis terutama yang berkaitan dengan karya ilmiah. Kalau untuk prestasi bidang akademis lainnya serta non akademis, prestasi kami masih boleh dibandingkan dengan sekolah lainnya,” urai Dra. Hj. Sri Mudjajanti, M.Pd, selaku Kepala SMA Negeri 1Gedangan tanpa maksud menyombongkan diri.
Sepinya prestasi bukan karena ketidakmampuan guru pembimbing dan siswa dalam mengikuti lomba karya tulis melainkan sepinya lomba semacam ini di Sidoarjo. “Kami berharap pihak Dispendik Sidoarjo agar senantiasa dan secara berkelanjutan mengadakan lomba karya tulis atau setidaknya memberikan bimbingan pembuatan karya tulis baik bagi guru maupun siswa. Yang nantinya sewaktu-waktu ada lomba karya tulis akan siap mengikutinya,” harap Ali Mahfud menutup pembicaraan dengan PENA. YUS

Caption:
1. Foto bersama Kepala sekolah, guru pembimbing dan siswa beserta tropi juara kebanggaan di depan kampus UB. (foto besar dan untuk cover bulan Juni)
2. Sesaat setelah pengumuman juara Lomba Karya Tulis Ilmiah di UB Malang. (foto:istimewa)
3. Dra. Hj. Sri Mudjajanti, M.Pd, Kepala SMA Negeri 1Gedangan (kiri) dan Dra. Aslich Fauziati, guru bahasa Jerman (kanan) bersama siswa berprestasi dalam Olimpiade Bahasa Jerman. (foto:YUS)
4. Wahyu Iqbal Trianto (juara 2 Bulu Tangkis POPDA Jatim) disanding Drs. Sartono, guru Penjaskes/Waka Kesiswaan (kiri) dan Dra. Hj. Sri Mudjajanti, M.Pd, Kepala SMA Negeri 1Gedangan. (foto:YUS)

Dra. Hj. Sri Mudjajanti, M.Pd, Kepala SMA Negeri 1Gedangan:
Gali Potensi Siswa

Sekolah selalu memberi stimulasi pada siswa agar semua bakat yang dimiliki siswa yang selama ini belum muncul bisa mereka aktualisasikan. Untuk itulah sekolah menyediakan sekitar 21 macam kegiatan ekstrakurikuler bagi siswanya.
Ada bidang olah raga, seni hingga yang berkenaan dengan kegiatan ilmiah, KIR misalnya. Diakui untuk memunculkan bakat dan potensi siswa tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh waktu yang relative lama untuk mengasilkan sesuatu yang bagus, prestasi. Untuk itulah dibutuhkan guru pembimbing yang senantiasa memberikan stimulus-stimulus agar potensi yang dimiliki siswanya bisa teraktualisasi.
Peranan reward juga berpengaruh dan ini bias menambah motivasi siswa dalam meraih impian terbaiknya. YUS

Drs. Hamid, Sekretaris 2 Pengurus PGRI Taman: Banyak Teori Kurang Praktek



Diantara korban kecelakaan lalu lintas hampir sebagian besar adalah pelajar. Bila ditelisik lebih jauh, akibat kecelakaan ini karena pelajar yang bersangkutan tidak atau kurang mengetahui peraturan lalu lintas yang ada.
Mereka masih banyak yang buta akan rambu-rambu lalu lintas apalagi peraturan lalin. Sungguh sangat tepat bila etika berlalu lintas untuk saat ini mulai dimasukkan dalam kurikulum sekolah yakni melalui mata pelajaran PKn.
Dalam mapel PKn inilah nilai-nilai dan tata aturan lalu lintas bisa disampaikan ke anak didik. Anak didik sudah terbiasa menerima materi pelajaran semacam ini. Sehingga sangat tepat dan baik sekali kalau etika berlalu lintas dimasukkan dalam mapel PKn.
Ada tiga hal yang patut dicermati soal masuknya etika berlalu lintas dalam mapel PKn, pertama berkenaan dengan karakter orang Indonesia yang lebih suka ngomong atau berteori tetapi enggan untuk melaksanakan atau mengaplikasikannya. Jangan sampai peraturan lalu lintas ini hanya menjadi omongan dalam kelas dan sangat berat untuk mengaplikasikannya.
Kedua, persoalan manajemen waktu. Kemacetan yang berujung pada kecelakaan lalu lintas ini sebagai akibat dari kurang bisa mengatur waktu. Berangkat kerja atau sekolah yang terlalu mepet dengan jam masuk ini akan berisiko mengakibatkan kecelakaan.
Ketiga, birokrasi yang berbelit lagi hipokrit. Terlalu mudahnya mendapatkan SIM juga sebagai pemicu orang melanggar aturan lalu lintas. Bila mendapatkan SIM itu benar-benar sesuai dengan aturan yang berlaku maka hanya pengendara kendaraana bermotor yang benar-benar paham dan mengerti peraturan lalu lintaslah yang mendapatkan SIM.
Faktanya, untuk mendapatkan SIM dengan mudah dan tanpa melalui birokrasi. Tak salah kalau ada yang mengatakan kalau birokrasi masih banyak yang mencla-mencle.
Hal inilah yang dikhawatirkan ketika etika berlalu lintas ini masuk dalam kurikulum sekolah. Yang diperbanyak hanya teori sedangkan pelaksanaanya tidak sama sekali. Disamping itu, materi etika berlalu lintas harus dipilih dan disesuaikan dengan keadaan siswa. Bukan malah dipaksakan siswa harus memahami tata aturan yang sebegitu banyaknya. YUS

Fajar Nugraha, S.Pd., S.Psi,: Guru BK SMP Dharma Wanita 8 Waru: Bukan Polisi Sekolah



Selama ini keberadaan guru bimbingan konseling (BK) di sekolah-sekolah seringkali diidentikkan dengan guru yang tugasnya hanya memberi hukuman pada siswa yang melanggar peraturan sekolah.
Guru BK tak ubahnya seperti polisi sekolah yang kerjanya hanya memberi hukuman siswa yang melanggar peraturan. Apalagi ruang BK adalah tempat untuk mengeksekusi siswa yang bermasalah. Ini sudah umum dimasyarakat kita menyoroti keberadaan guru BK di sekolah.
Sejatinya, guru BK itu adalah sahabat siswa di sekolah. Artinya, selain ada orang tua di sekolah (dalam hal ini wali kelas) siswa punya sahabat untuk berbagi cerita yakni guru BK. Suka duka serta berbagai pengalaman sebaiknya dibagi ceritanya kepada guru BK. Kenapa? Terutama untuk masalah-masalah yang sifatnya pribadi dan penuh rahasia. Berbagi cerita kepada guru BK ini akan sangat terjamin kerahasiaannya mengingat guru BK sebagai tenaga professional sudah terikat oleh kode etik profesi konselornya.
Selain bertanggung jawab kepada atasan juga terpenting bertanggung jawab pada Tuhan. Ini tanggung jawab moral yang tidak bisa dibilang ringan bagi seorang guru BK.
Secara professional, tugas dan fungsi guru BK itu membantu guru bidang studi lain, terutama membantu tugas kesiswaan dan kurikulum. Membantu tugas kesiswaan yakni menjadi mitra bagian tata tertib. Dengan kata lain, bila ada siswa yang melanggar peraturan sekolah maka yang memberi sangsi adalah bagian tata tertib, guru BK hanya mendampingi siswa yang bermasalah tadi.
Faktanya, selama ini yang menangkap bagian tata tertib tapi untuk penanganan lebih lanjut yakni pemberian sangsi diserahkan ke guru BK. Ini sungguh suatu kesalahan besar! Yang memberi sangsi sekaligus point kesalahan ya bagian tata tertib. Guru BK sekedar mendampingi dan memberikan bimbingan agar siswa yang bersangkutan tidak melanggar tata tertib sekolah lagi.
Yang berikutnya adalah membantu kerja kurikulum. Ini berupa pemberian informasi tentang penjurusan di kelas XI serta bakat minat siswa kelas XII. Member informasi tentang seluk beluk jurusan sekolah serta prospek kerjanya. Membantu siswa kelas XII dalam menentukan pilihan, kerja atau kuliah. Ataupun membantu siswa yang ikut PMDK ataupun jenis-jenis penerimaan mahasiswa baru yang lainnya.
Bimbingan dan konseling yang diberikan ini sifatnya pribadi ataupun kelompok. Dan hasil bimbingan dan konseling ini setiap bulan dibuatkan laporan untuk dilaporkan ke Kepala Sekolah. Soal administrasi guru BK itu tidaklah seringan yang dituduhkan selama ini. Ada laporan harian, mingguan hingga tahunan, semua dirinci jumlah bimbingan/konseling pribadi dan kelompok. Sehingga nada minor yang ditimpakan ke pundak guru BK, yang disebut tidak banyak kerjalah, kerjanya hanya duduk sajalah, kini bisa dengan gambling dilihat bahwa sesungguhnya kerja guru BK tidak sedikit!
Pada akhirnya citra guru BK dimata masyarakat akan terbentuk sesuai dengan tugas dan wewenang guru BK yang sesungguhnya. YUS

Selasa, 26 April 2011

Profesi Nonot Sukrasmono: Ya Guru Ya Seniman




Pertama kali bertemu dengan pria yang satu ini, kesan yang muncul adalah orang yang nyentrik. Betapa tidak, dengan memakai udeng Bali padu padan dengan baju batik motif parang curigo, celana jeans, Nonot Sukrasmono tampil dengan penuh percaya diri.
“Saya tidak mau neko-neko tapi kalau ada orang yang menyebut saya neko-neko, berarti orang itu yang neko-neko,” seloroh Nonot saat berjumpa dengan PENA.
Pria berkumis yang memiliki tanggal lahir 16 Desember 1966 ini, bisa dibilang tipe pria P4, pergi pagi pulang petang. “Seringkali pulang hingga larut malam bahkan tidak pulang, eh maksudnya kerja lembur gitu,” ujar arek Suroboyo asli ini sembari guyonan.
Maklumlah, suami Novita Mardiana ini mempunyai seabrek profesi dan kegiatan. Selain menjadi pendidik (seni rupa) di SMAN 9 Surabaya dan SMAN 1 Taman, Ketua Lesbumi NU Jawa Timur (2007-2012), Ketua Komite Seni Rupa Dewan Kesenian Jawa Timur (2008-2012), dosen LB Seni Rupa di Fakultas Bahasa dan Seni UNIPA Surabaya, tenaga Supervisor pada PT. Cahaya Bintang Sembilan dan disainer gardening.
Sebagai seorang pendidik, lebih akrab dipanggil Pak Nonot ini begitu dekat dengan murid-muridnya. Terlihat dari teman-teman di laman jejaring sosialnya, yang mayoritas murid-muridnya. Hampir setiap saat Nonot berkomunikasi dengan murid-muridnya ini.
Selain seabrek profesi, Nonot yang alumni IKIP PGRI Surabaya 1994 jurusan seni rupa ini juga aktif diberbagai bidang kegiatan, utamanya dibidang pameran lukisan yang jumlahnya mencapai puluhan bahkan ratusan kali. Pameran lukisan baik tunggal maupun bersama dilakukan Nonot sejak tahun 1986 hingga kini. Diantaranya, pameran Festival Kesenian Rakyat Jawa Timur di Balai Pemuda Surabaya 2006, Pameran Lukisan Kaligrafi”Lintas Budaya” LESBUMI NU JAWA TIMUR di TBJT 2006, Pameran Tunggal ” Sketsa & Drawing ” di FIB UNAIR Surabaya 2009, dan Pameran Bersama" Cross Culture Calligraphy Exebition '10 di UPT TBJT 2010.
Berjibun kegiatan dan profesi yang dijalani Nonot ternyata tidak mempengaruhi komunikasinya dengan keluarga, baik istri maupun anak-anaknya. “Bagi saya, keluarga yang nomor satu. Kalaupun saya banyak aktif diluar rumah ini karena semuanya bermuara ya untuk kesejahtraan bersama keluarga. Dan, keluarga yang mendukung semua kegiatan saya,” kata illustrator di tabloid ‘AREK’.
Industri Kreatif
Walau sibuk, bersama istri, Nonot mendirikan industry kreatif dan salah satu jenis usahanya yakni otak-otak bandeng. “Akan kami kembangkan menjadi usaha bandeng olahan sebagai ciri khas Sidoarjo,” lanjut mahasiswa Pascasarjana Teknologi Pendidikan UNIPA Surabaya.
Di komunitas seniman, baik Surabaya maupun Sidoarjo, nama Nonot sudah tidak asing lagi. Apapun jenis kegiatan yang berkaitan dengan seni, Nonot selalu hadir disana. Pameran lukisan, bincang santai budaya, seminar, workshop, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan seni adalah sisi lain hidup Nonot.
Fotografi, salah satu hobi Nonot yang lain. Hobi ini selain menghasilkan karya foto yang artistic lagi humanis juga bisa menghasilkan materi. “Memang semua kepuasan batin itu tidak bisa dengan begitu saja dinilai dengan materi. Kepuasan batin sudah sangat berarti bagi saya,” ujar Nonot berfilsafat.
Bapak berputra empat ini dalam mengarungi hidup memiliki semboyan Berani hidup tak takut mati, Takut mati jangan hidup, Takut hidup mati saja! “Hidup jalani apa adanya, syukuri yang ada dan selalu semangat!” tutur penyuka musik Klasic, Jazz, Blues, Dangdut dan Reggae. YUS
Caption:
1. Nonot bersama keluarga besarnya.
2. Foto bersama hasil karya lukisannya. (foto:YUS)

Minggu, 24 April 2011

Dinamika : Lomba Opini Sidoarjo Light On Polres Sidoarjo


Seolah tidak pernah habis program Polres Sidoarjo untuk menjaga keselamatan pengguna jalan. Selain kalangan masyarakat umum juga diutamakan dikalangan pelajar diharapkan bisa berkendara secara baik dan benar.
Untuk mencapai maksud tersebut Satlantas Polres Sidoarjo menggelar lomba opini dan karya tulis yang bertema Sidoarjo Light On, See Me Save Me bagi masyarakat umum dan pelajar. Lomba yang disebarluaskan lewat media facebook selama bulan Maret ini diikuti lebih dari 200 peserta dari seluruh Jawa Timur.
Setelah melalui penjurian yang dilakukan oleh pihak Satlantas Polres Sidoarjo didapatkan hasil akhir Kategori Pelajar :
1. Juara I -> Rochmad Wahyu Ilahi (Pelajar SMA Al-Islam Krian)
2. Juara II -> Ellayin Farida (Pelajar SMA Muhammadiyah 1 Taman)
3. Juara III -> Ajeng Ayu Solechah (Pelajar SMK 10 November Buduran)
Kategori Nettism (via Facebook) :
1. Ranny Setya Rizkita ( Pelajar SMAN 1 TAMAN, Sidoarjo )
2. Dwi Aprilianty Handayani (karyawati)
3. Bobby Irawan (mahasiswa)
Masing-masing pemenang mendapatkan tabungan dan piagam penghargaan dari Kapolres Sidoarjo. Penyerahan hadiah ini dilakukan oleh Bupati Sidoarjo H. Saiful Illah, Kamis (31/03) bertempat di terminal bus Bungurasih. Diharapkan dengan diadakan lomba semacam ini, peran serta masyarakat dalam mensosialisasikan program-program dari Satlantas Polres Sidoarjo. YUS
Caption: Para juara foto bersama Kapolres Sidoarjo, AKBP Eddy Hermanto dan Bupati Sidoarjo, H. Saiful Illah. (foto:YUS)

Dinamika : Antisipasi Pelanggaran, SMPN 2 Taman Bentuk DISKAM



Adanya pelanggaran disiplin yang banyak dilakukan siswa menuntut sekolah untuk bertindak cepat dan tepat. Selain memberi ‘didikan’ khusus bagi siswa yang melanggar peraturan, pihak sekolah juga berusaha untuk mengantisipasi pelanggaran agar tidak terulang kembali.
Untuk itulah dibentuk tim khusus yang diberi nama DISKAM atau Disiplin dan Keamanan. Tepatnya pada tanggal 4 April 2011 lalu secara resmi dikukuhkan keberadaannya di SMPN 2 Taman oleh Drs. H. Achmad Zainul Afani, M.Pd., selaku Kepala SMPN 2 Taman. Sebanyak 41 siswa terdiri dari kelas 7 dan 8 merupakan anggota DISKAM dilantik setelah upacara bendera hari Senin.
“DISKAM ini merupakan pengembangan dari tim PDS (Penegak Disiplin Sekolah) dan sebenarnya mulai ada keberadaannya sejak dua tahun yang lalu,” ujar Drs. Abdul Hamid guru Pembina DISKAM SMPN 2 Taman pada PENA.
Dengan memakai atribut khusus, setiap anggota DISKAM akan bisa dibedakan dengan siswa lain. Ini untuk mengingatkan anggota DISKAM bahwa mereka punya tanggung jawab khusus yakni membantu sekolah untuk menegakkan kedisiplinan dan keamanan di sekolah dikalangan teman-temannya.
“Titik awal yang bisa dilakukan yakni mengingatkan dirinya agar selalu mematuhi peraturan sekolah sekaligus menjaga keamanannya. Mereka juga mengingatkan teman yang seragamnya belum dirapikan. Memberi contoh pada temannya untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Jadi mereka member keteladanan pada teman sebanya,” urai guru Biologi ini tentang kinerja DISKAM.
Anggota DISKAM diambil dari beberapa pengurus OSIS, Paskib, Perwakilan Kelas/PK dan pramuka. Dengan porsi latihan dua kali dalam seminggu, hari Senin dan Rabu jam sepulang sekolah. “Pihak pelatih pun kami datangkan khusus dari aparat kepolisian, koramil hingga tenaga kesehatan. Semua ini kami lakukan untuk menumbuhkan wawasan dan perilaku disiplin siswa dalam berbagai hal,” lanjut Drs. Abdul Hamid.
“Mengingat sikap disiplin merupakan awal dari segala prestasi. Oleh karena itu kami fokuskan kedisiplinan ini dikalangan siswa agar nantinya mereka bisa menerapkannya didalam kehidupan bermasyarakat kelak. Dan jangka pendeknya, siswa bisa mencapai prestasi puncak dalam studinya,” imbuh Drs. H. Achmad Zainul Afani, M.Pd.. YUS
Caption: Drs. Abdul Hamid (kiri) dan Drs. H. Achmad Zainul Afani, M.Pd., (kanan) foto bersama anggota DISKAM sesaat setelah acara pengukuhan DISKAM. (foto:YUS)