Rabu, 12 November 2008

Foto Dokumentasi

Di kalangan kita, setiap kejadian atau situasi yang dijumpai di manapun tempatnya adalah sebuah kenangan yang mampu membangkitkan rasa romantisme tersendiri, terlebih jika apa yang dilakukan saat itu tidak mungkin terulang diwaktu yang akan datang.
Cerita dari mulut ke mulut mungkin cukup menarik untuk disimak, apalagi jika dibumbui sedikit agak mengada-ada alias mendramatisir keadaan, tapi bagaimana jadinya bila kita hanya sedikit berbicara dan membiarkan media visual yang bercerita?.
Akankah audiensi (pendengar) tetap akan tertarik dengan narasi yang panjang lebar dari pada foto-foto yang lebih objektif dan jujur ?.Suatu hari ada beberapa orang teman yang dengan bersemangat menceritakan kisah-kisah petualangannya, sementara beberapa orang lain yang mendengarkan tampak berkerut dahinya; mencoba membayangkan situasi yang dialami oleh pencerita.
Tampaknya si pencerita mengerti bahwa orang-orang disekelilingnya masih belum mengerti dan dia mencoba mengarahkan semua bahasa tubuhnya agar dapat dimengerti, sehingga terlihat seperti seorang aktor yang ketinggalan skenario, tapi apa yang terjadi?
Pendengar hanya manggut-manggut bingung, dengan rasa putus asa, akhirnya pencerita tersebut menyerah dan bergumam "andaikata saya bawa kamera waktu itu".Nah, dari sedikit pengalaman tersebut, ternyata kata-kata saja tidak cukup untuk dapat memberikan gambaran tentang situasi dan kondisi yang ingin disampaikan, kejadiannya akan lain jika pencerita tersebut menyodorkan serangkaian foto kegiatannya, yang muncul justru pendengar (audience) tersebut akan aktif bertanya sehingga pembicaraan akan lebih hidup dan menarik, dan tak kurang dari mereka akan berdecak kagum bila gambar-gambar yang disajikan terasa fantastis bagi mereka.
Permasalahannya, bagaimana kita membuat gambar/foto dokumentasi yang mampu bercerita dengan baik?Untuk membuat foto/gambar dokumentasi tidaklah harus seorang fotografer profesional, tidak juga harus dengan menggunakan peralatan fotografi yang mahal, seperti kamera SLR, kamera digital atau kamera mahal lainnya. Apabila kita cukup teliti dan mengerti dengan kamera pocket/saku kita dapat menyajikan gambar-gambar yang cukup baik, meski tidak bisa dipungkiri penggunaan peralatan standar diimbangi dengan pengetahuan yang cukup akan membuat hasil suatu foto akan lebih bagus.Sebenarnya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang dokumentator dalam merekam moment-moment yang ada didepannya. Beberapa diantaranya adalah seorang dokumentator harus menguasai peralatan dokumentasinya, termasuk didalamnya adalah pemahaman karakteristik dan fungsi-fungsinya. Dengan kamera saku misalnya, dia harus mengetahui berapa jarak maksimum-minimum obyek yang harus diambil, kekuatan blitznya, spesifikasi ASA, dan lain sebagainya.Seorang dokumentator juga harus mengetahui moment-moment apa yang harus dia ambil, sebaiknya setiap moment yang direkam mampu mewakili keseluruhan kegiatan.Pencahayaan sudut pengambilan, terkadang ada beberapa moment yang terasa hambar dengan sudut pengambilan yang kurang tepat.
Pembingkaian gambar, tidak sedikit foto-foto yang dijumpai di album terdapat potongan tangan, kaki, telinga atau hidung orang yang kita tidak pernah tahu siapa pemiliknya, dan hal tersebut sering membuat jengkel para penikmat foto dokumentasi kita.Namun juga ada bagusnya, bagusnya jika dokumentator belajar tentang teknik-teknik fotografi, agar hasil dokumentasinya lebih maksimal.
Yang terakhir, harus diingat, biasakan berpikir bahwa hasil rekaman kita tidak hanya dinikmati oleh komunitas kita saja tetapi juga untuk laporan kita pada pihak yang membutuhkan! Syukur-syukur bisa dikonsumsi oleh masyarakat umum (dipublikasikan). Yang pasti agar kita tidak asal jepret ini dan itu yang tidak berguna.Jangan pernah lupa untuk membuat konsep/skenario pendokumentasian agar kita tidak kelabakan ketika kehabisan film, dan yang pasti agar kita tahu kapan frame terakhir akan kita jepretkan.



Selama ini mungkin bayangan kita mengenai foto dokumentasi sebuah acara resmi adalah foto-foto monoton yang kaku, dengan hanya menampilkan pembicara dan audiens saja.
Seiring dengan perkembangan di dunia fotografi dan semakin terbukanya pemikiran masyarakat mengenai seperti apa foto yang enak dipandang mata, maka foto-foto dokumentasi bisa dibuat
"art dokumentasi.
Yang perlu diperhatikan dalam membuat foto dokumentasi berseni :
1. perhatikan sekeliling, apakah ada yang menarik, misalkan wanita cantik, pria tampan, anak anak lucu, orang yang sangat tua.
2. perhatikan sekeliling apakah ada yang sangat menonjol dan berbeda, misalkan ibu ibu tua yang berdandan anak muda, orang yang memakai baju berbeda padahal yang lain seragam.
3. mainkan ekspresi foto pembicara/tokoh sentral
4. gunakan sudut sempit dan sudut lebar saat memfoto audiens.
5. perhatikan arah cahaya, perhatikan intensitas cahaya. Bila diperlukan gunakan flash untuk memperkuat objek.
6. jangan ragu untuk mengarahkan objek meski objek itu presiden sekalipun.














Seringkali foto-foto hasil dokumentasi kita terbengkalai begitu saja setelah terlebih dulu kita puas memandangnya. Karena bosan atau kita tidak memerlukannya lagi. Tapi ketika suatu waktu kita membutuhkannya untuk laporan atau untuk keperluan lain, kita jadi kelabakan.
Bongkar sana, bongkar sini hanya untuk mencari album foto atau sekeping VCD yang berisi kegiatan.
Berikut ini ada satu format untuk mengarsip foto ataupun VCD hasil dokumentasi kita.

Nama kegiatan :
Tanggal :
Tempat :
Siapa yang mengikuti :
Mengapa/tujuan kegiatan :
Bagaimana kegiatan ini berlangsung :
Album foto/rak VCD no :
Nama album foto/label VCD :



Fotografi dan Videografi Dokumenter oleh Yupiter Sulifan (wartawan Tabloid KERJA dan pewarta di kabarindonesia.com) disampaikan dalam acara In House Training di Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran Surabaya, 14-15 Nopember 2008.
Nama : Yupiter Sulifan

Alamat : Jl. K. Zainal Abidin No.13 RT:02/01
Tambaksumur Waru Sidoarjo

Telp. : 70822437

Aktifitas :
1. Wartawan/fotografer di TOP Grup Media 1999 - 2002
2. Wartawan harian Surabaya Pagi 2002 - 2007
3. Wartawan/fotografer tabloid KERJA 2008
4. Pewarta di www.kabarindonesia.com 2006 - 2008
5. Pelatihan Fotografi Jurnalistik PWI 1992 di Jakarta (peserta)
6. The Best Fotografer 2007 versi kabarindonesia.com

Jumat, 07 November 2008

SAMBUT HARI PAHLAWAN DENGAN DONOR DARAH

SAMBUT HARI PAHLAWAN DENGAN DONOR DARAH
22:27 Jumat, 7 November 2008
Sidoarjo, Jawa Timur, 07/11 - Dalam rangka menyambut hari Pahlawan 10 November, Madrasah Aliyah Darul Ulum Waru (Maduwa), melakukan aksi sosial sosial berupa donor darah. Acara belangsung Jumat bertempat di sekolah. "Untuk kegiatan donor darah kali ini pihak sekolah bekerja sama dengan lembaga kursus bahasa Inggris EIP dan PMI cabang Surabaya," ujar A. Ishom, SS, Ketua Pelaksana Donor Darah kepada wartawan, Jumat (7/11).Lebih lanjut Ishom mengatakan, kegiatan donor darah ini merupakan kegiatan rutin setiap tiga bulan sekali. Donor darah saat ini sudah yang kelima kalinya, dan selalu dibarengkan dengan peringatan hari pahlawan. Selain untuk mengasah siswa tentang arti semangat pahlawan, juga menggugah kepedulian sosial. "Bila dahulu, pahlawan memperjuangakan negara sampai titik darah penghabisan, kini kita yang tidak ikut berjuang angkat senjata ya sekarang kita donorkan darah demi kehidupan orang lain yang lebih membutuhkan. Intinya peserta donor darah dilatih untuk mempunyai kepedulian, rasa ihklas dan tidak mementingkan diri sendiri," kata Muhammad Mustofa, S.Ag disela-sela acara.Menurutnya, ada peningkatan peserta donor kali ini. Tercatat 44 peserta, yang terdiri dari 32 siswa dan alumni serta 12 peserta guru/karyawan. Acara dimulai pukul 07.00 dan berakhir pada jam 10.30. Setiap peserta donor darah diberi souvenir sebuah CD yang berisi lagu-lagu yang sedang ngetrend di kalangan remaja. her/kp008 (KP008@07/11/2008 22:27)
berita ini dimuat di situs antaranews.com

Rabu, 05 November 2008

Terlambat, Didenda dan Jera-lah

Terlambat, Didenda dan Jera-lah
Oleh: Yupiter Sulifan

Dua orang siswa berlarian memasuki gerbang sebuah sekolah menengah. Dari luar halaman sekolah terlihat jam dinding berukuran besar yang menempel didinding gapura masuk jarumnya sudah menunjuk angka 06.45.
Tak mengherankan kalau kedua siswa tadi berlarian, takut kalau pintu gerbang ditutup. Karena terlambat masuk sekolah, oleh petugas keamanan sekolah, keduanya mendapat ‘ganjaran’ dengan berdiri di tengah lapangan basket. Sambil berselempang tas sekolah, masing-masing memegang kedua telinganya. Tidak hanya perlakuan ini yang mereka terima, kaki kiri mereka diangkat.
Tak urung, hal ini memancing tawa teman satu sekolah. Apalagi kedua siswa ini sudah langganan terlambat masuk sekolah.
Itulah cuplikan sinetron remaja bersetting sekolah yang ditayangkan oleh sebuah stasiun teve swasta nasional yang jam tayangnya siang hari.
Walau terjadi di cerita sinetron, tapi gambaran tadi sering kita jumpai secara nyata diberbagai sekolah menengah disekitar kita. Siswa yang terlambat datang ke sekolah selalu akan mendapat sangsi atau hukuman. Dan sangsi atau hukuman yang diberikan ke siswa tadi berbeda dari satu sekolah dengan sekolah lainnya.
Selain disuruh berdiri ditengah lapangan, ada juga siswa yang disuruh push up atau berlari mengelilingi lapangan basket sebanyak beberapa kali. Di lain sekolah, memperlakukan siswa yang terlambat dengan memberikan tugas membersihkan kamar mandi/wc sekolah. Ada pula sekolah yang menjemur siswa terlambat hingga satu jam pelajaran.
Tak jarang sekolah memberi tugas kepada siswa terlambatnya dengan menyuruh menyapu halaman atau teras kelas, tak peduli siswa laki-laki ataupun perempuan. Ada sekolah yang tidak memberi sangsi fisik kepada siswa yang terlambat masuk. Tetapi lebih condong memberikan tugas-tugas yang bersifat akademis.
Misalnya dengan memberi tugas merangkum satu buku tertentu di perpustakaan selama satu jam pelajaran. Dan hasil rangkuman ini dikumpulkan di guru yang bersangkutan, ketika waktu sang murid tadi terlambat.
Selain itu juga ada sekolah (khusus sekolah agama, madrasah) yang menerapkan sangsi berupa membaca surat-surat Al-Quran, misalnya Yasin sebanyak lima kali dihadapan guru piket/ketertiban. Bahkan ada yang memberikan tugas membuat puisi atau kaligrafi.
Kalau diurai satu persatu, macam pemberian sangsi bagi siswa yang terlambat sudah tak terhitung banyaknya. Dasar pemberian sangsi inipun sangat beragam. Bagi sekolah yang menerapkan sangsi fisik ini mempunyai alasan dengan diberi hukuman lari atau sangsi fisik lainnya, siswa akan capek atau setidaknya malu karena berlari mengelilingi lapangan basket dan dilihat teman-teman satu sekolahnya.
Sedangkan bagi sekolah yang menerapkan sangsi akademis, siswa akan merasa terbebani dengan tugas-tugas tambahan yang cukup menyita pikiran, tenaga dan waktunya. Disisi lain, sekolah ingin memberikan pelajaran cepat tanggap dengan rangkuman tadi dalam hitungan satu jam pelajaran.
Baik sangsi fisik ataupun akademis, yang pasti satu tujuannya yakni memberikan efek jera kepada siswa agar tidak terlambat lagi. Tapi, sudah efektifkah kedua penerapan sangsi ini? Seberapa besar jumlah siswa yang tidak terlambat? Apakah mengalami penurunan jumlah siswa yang terlambat?
Contoh kasus di Madrasah Aliyah Darul Ulum Waru, tempat dimana penulis mengabdikan diri sebagai konselor pendidikan, dari 628 siswa, rata-rata dalam setiap harinya ada sekitar 30 siswa yang terlambat. Dengan berbagai alasan mereka kemukakan penyebab keterlambatannya tadi. Kalau tidak ban sepeda bocor atau kepis, kendaraan lyn-nya yang jalannya pelanlah atau alasan klasik, bangun kesiangan.
Awalnya pihak sekolah, dalam hal ini petugas ketertiban dan penjaga sekolah, memberi sangsi fisik. Awalnya sangsi yang diberikan berupa push up bagi siswa dan siswinya disuruh melompat beberapa kali dengan kedua tangan dibelakang kepala. Rupanya cara ini kurang menampakkan hasil, siswa masih banyak yang terlambat.
Sangsi ditingkatkan dengan menyuruh berlari mengelilingi lapangan bola basket sebanyak beberapa kali, cara ini kurang membawa hasil. Bahkan ada beberapa orang tua dan wali murid yang berkomentar miring tentang pemberian sangsi ini. ”Ini perbuatan yang tidak manusiawi, sekolah bukan tempat militerisme atau siswa butuh kasih sayang bukan siksaan,” begitulah nada-nada miring yang sampai di pihak sekolah.
Guna menghentikan nada-nada sumbang tadi, pihak sekolah memberi keringanan sangsi dari berlari mengelilingi lapangan sekarang memegang sapu dan lap, bersih-bersih. Rupanya perlakuan ini tidak menyurutkan jumlah siswa yang terlambat. Mereka malah asyik bermain-main dengan sapu dan lap yang dipegangnya.
Setelah beberapa waktu penerapan sangsi semacam ini kami kaji dan akhirnya sangsi fisik ditiadakan dan diganti dengan sangsi akademis. Dengan asumsi, kami ingin memberikan tambahan ilmu kepada siswa tanpa mereka sadari.
Apa bentuknya? Yakni dengan memberikan tugas merangkum satu buku tertentu diperpustakaan dan dalam waktu satu jam pelajaran, waktu saat siswa terlambat ini harus selesai dan dikumpulkan ke guru bidang studi yang bersangkutan.
Mungkin karena waktunya hanya 45 menit maka hasil rangkuman mereka malah tak terbaca dan sulit dimengerti, ini menjadi tugas baru bagi guru bidang studi yang bersangkutan. Dan siswa yang terlambat juga belum menurun jumlahnya dengan penerapan sangsi akademis semacam ini.
Begitu juga dengan sangsi disuruh membaca surat-surat dalam Al-Quran beberapa kali, ini ternyata butuh tenaga dan waktu tersendiri untuk membetulkan bacaan yang keliru. Keterbatasan jumlah tenaga ketertiban yang menjadi salah satu kendala dan anehnya siswa yang terlambat juga tidak berkurang jumlahnya.
Manfaatkan Kelemahan Siswa
Sembari menerapkan sangsi akademis, penulis berusaha mencari cara agar bisa mengurangi jumlah siswa yang terlambat. Penulis berusaha menghubungi teman sejawat via millis ataupun mengkontak teman konselor di beberapa sekolah. Setidaknya dari pengalaman mereka, penulis bisa mengambil hikmah.
Penulis juga membaca beberapa literatur tentang cara menangani siswa bermasalah dan rata-rata isinya sudah diterapkan di Aliyah Darul Ulum. Tak lupa penulis juga membaca kembali catatan kuliah dulu, mungkin ada yang bisa diambil. Ternyata dicatatan kuliah inilah penulis mendapatkan ide.
Dalam buku catatan mata kuliah Psikologi Pendidikan yang dibimbing Drs. Suroso, MS dosen Psikologi Pendidikan Untag Surabaya (almamater penulis), dalam suatu pertemuan beliau pernah mengatakan bahwa salah satu cara meredam kenakalan remaja yakni dengan memanfaatkan kelemahan remaja yang bersangkutan.
Pernyataan inilah yang memunculkan ide bagi penulis untuk memberikan bentuk sangsi baru kepada murid Aliyah Darul Ulum yang terlambat. Seperti kita ketahui, siswa Aliyah sudah memasuki tahap perkembangan remaja. Adanya persamaan status inilah yang menjadikan penulis bersemangat menerapkan sangsi baru. Berupa apakah sangsi yang baru ini?
Bagi siswa yang terlambat akan dikenakan sangsi berupa denda uang, ya semacam operasi yustisilah kalau dibidang kebersihan. Sekali terlambat, seorang siswa didenda seribu rupiah. Bila besoknya terlambat lagi maka dendanya bertambah menjadi dua kali lipat yakni dua ribu. Bila terlambat beberapa hari berturut-turut maka dendanya kelipatan jumlah hari terlambatnya tadi.
Apa hubungannya terlambat didenda uang dengan kelemahan siswa Aliyah Darul Ulum? Menurut data statistik di bagian TU, tingkat perekonomian keluarga siswa-siswi sekolah kami rata-rata ekonomi menengah kebawah. Salah satu indikator dari hal ini adalah, siswa yang mempunyai tunggakan pembayaran uang sekolah hingga dua bulan berturut-turut sebanyak 80% dari jumlah siswa yang ada. Bukan hanya pembayaran uang sekolah yang nunggak, uang kitab/LKS bahkan uang Penerimaan Siswa Baru (PSB) dan daftar ulang masih banyak yang belum lunas. Penulis bisa menyimpulkan bahwa kelemahan siswa Darul Ulum yakni soal kepemilikan uang.
Secara acak penulis mendapatkan hasil bahwa uang saku mereka tak lebih dari lima ribu rupiah, inipun jumlahnya sedikit sekali. Kebanyakan mereka mempunyai uang saku tiga ribu dan uang sebesar ini hanya cukup untuk beli bakso beserta es sirupnya. Atas dasar fakta-fakta tersebut, denda uang bagi siswa yang terlambat diterapkan.
Alhasil, sungguh sangat menggembirakan, bila biasanya yang terlambat sekitar 30 anak setelah sangsi denda uang diterapkan (dimulai pertengahan Nopember tahun 2007 lalu) jumlahnya berkurang drastis. Dihari pertama jumlah siswa yang terlambat hanya 10 anak, hari kedua menyusut jadi enam anak hingga kini rata-rata siswa yang terlambat setiap harinya berjumlah tiga anak. Bagaimana bila siswa yang terlambat tidak punya uang? Dia disuruh pulang sambil membawa surat panggilan orang tua dan disuruh datang pada hari itu juga. Siswa dan orang tua akan diberi wawasan oleh guru BK.
Untuk apa uang yang terkumpul dari hasil denda tadi? Uang ini akan kembali ke siswa dalam berbagai bentuk, dibelikan jam dinding untuk tiap-tiap kelas ataupun keperluan lain yang semuanya untuk kepentingan siswa di sekolah. Dan hasil uang yang didapat ini selalu diumumkan setiap acara upacara bendera dan istigotsah rutin.
Bukan berarti sangsi denda ini tidak menuai protes. Beberapa siswa mengajukan protes ke Kepala Madrasah soal sangsi denda uang ini, sampai kapan berakhirnya? Secara diplomatis dan logis, beliau menyampaikan ke siswa tadi,”Sangsi denda uang ini akan berakhir ketika kalian sudah tidak ada yang terlambat datang ke sekolah!”
Sebaik-baik program dan aturan tentu harus dilakukan secara kontinyu dan kontisten. Inilah yang bisa kita lakukan dan semua berpulang pada satu tujuan, mengantarkan anak didik kita menjadi orang yang sukses dan berguna bagi semuanya.

Resume: salah satu cara mengurangi jumlah siswa yang terlambat yakni dengan cara menerapkan sangsi denda uang. Hasil denda uang ini akan dikembalikan ke siswa dalam bentuk kelengkapan kelas, jam dinding atau peralatan lainnya. Ini harus dilakukan secara kontinyu dan konsisten agar bisa mendapatkan hasil yang lebih baik.

Penulis adalah guru BK/BP di Madrasah Aliyah Darul Ulum Waru Sidoarjo.

Yupiter Sulifan, S.Psi
Jl. Kyai Zainal Abidin No.13 RT/RW 02/01 Tambaksumur Waru Sidoarjo 61256
Telp. 031-70822437

Budaya Siwak dan Suwuk dalam Kajian Ilmiah

Budaya Siwak dan Suwuk dalam Kajian Ilmiah

Nahdlatul Ulama, disingkat NU, memiliki makna kebangkitan ulama. Sebuah organisasi yang didirikan oleh para ulama pada tanggal 31 Januari 1926 M atau tanggal 16 Rajab 1344 H di Surabaya.
Latar belakang berdirinya NU berkaitan erat dengan perkembangan pemikiran keagamaan dan politik dunia Islam kala itu. Pada tahun 1924, Syarif Husein, Raja Hijaz (Makkah) yang berpaham Sunni ditaklukkan oleh Abdul Aziz bin Saud yang beraliran Wahabi.
Dengan cepat tersebarlah berita penguasa baru itu yang berencana akan melarang semua bentuk amaliah keagamaan ala kaum Sunni, yang sudah berjalan berpuluh-puluh tahun di tanah Arab, dan akan menggantinya dengan model Wahabi. Pengamalan agama dengan sistem bermadzhab, tawasul, ziarah kubur, maulid Nabi, dan lain sebagainya, akan segera dilarang.
Bahkan, Raja Ibnu Saud juga ingin melebarkan pengaruh kekuasaannya ke seluruh dunia Islam. Dengan dalih demi kejayaan Islam, ia berencana meneruskan kekhilafahan Islam yang terputus di Turki pasca runtuhnya Daulah Usmaniyah. Untuk itu dia berencana menggelar Muktamar Khilafah di Kota Suci Makkah, sebagai penerus Khilafah yang terputus itu.
Seluruh negara Islam di dunia akan diundang untuk menghadiri muktamar tersebut, termasuk Indonesia. Awalnya, utusan yang direkomendasikan adalah HOS Cokroaminoto (Sarekat Islam), K.H. Mas Mansur (Muhammadiyah) dan K.H. Wahab Hasbullah (pesantren). Namun, rupanya ada permainan licik diantara kelompok yang mengusung para calon utusan Indonesia. Dengan alasan Kiai Wahab tidak mewakili organisasi resmi, maka namanya dicoret dari daftar calon utusan.
Peristiwa itu menyadarkan para ulama pengasuh pesantren akan pentingnya sebuah organisasi. Sekaligus menyisakan sakit hati yang mendalam, karena tidak ada lagi yang bisa dititipi sikap keberatan akan rencana Raja Saud yang akan mengubah model beragama di Makkah.
Para ulama pesantren sangat tidak bisa menerima kebijakan raja yang anti bermadzhab, anti maulid Nabi, anti ziarah makam, dan lain sebagainya. Bahkan kala itu santer terdengar berita makam Nabi Muhammad SAW pun berencana digusur.
Bagi para kiai pesantren, pembaruan adalah suatu keharusan. K.H. Hasyim Asy’ari juga tidak mempersoalkan dan bisa menerima gagasan para kaum modernis untuk menghimbau umat Islam kembali pada ajaran Islam ’murni’. Namun, Kiai Hasyim tidak bisa menerima pemikiran mereka yang meminta umat Islam melepaskan diri dari sistem bermadzhab.
Di samping itu, karena ide pembaruan dilakukan dengan cara melecehkan, merendahkan dan membodoh-bodohkan, maka para ulama pesantren menolaknya. Bagi mereka, pembaruan tetap dibutuhkan, namun tidak dengan meninggalkan khazanah keilmuan yang sudah ada dan masih relevan. Atas dasar latar belakang yang mendesak itulah akhirnya Jam’iyah Nahdlatul Ulama didirikan.
Pendiri resminya adalah Hadratus Syeikh K.H.M. Hasyim Asy’ari, pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Sedangkan yang bertindak sebagai arsitek dan motor penggerak adalah K.H. Abdul Wahab Hasbullah, pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang.
Organisasi Nahdlatul Ulama didirikan dengan tujuan untuk melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam Ahlussunnah Waljamaah dengan menganut salah satu dari empat madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali).
Bahkan dalam Anggaran Dasar yang pertama (1927) dinyatakan bahwa organisasi tersebut bertujuan untuk memperkuat kesetiaan kaum muslimin pada salah satu madzhab empat. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan kala itu untuk merealisasikan tujuan organisasi antara lain:
Memperkuat persatuan ulama yang masih setia kepada madzhab.
Memberikan bimbingan tentang jenis-jenis kitab yang diajarkan pada lembaga-lembaga pendidikan Islam.
Penyebaran ajaran Islam yang sesuai dengan tuntunan madzhab empat.
Memperluas jumlah madrasah dan memperbaiki organisasinya.
Membantu pembangunan masjid-masjid, langgar dan pondok pesantren.
Membantu anak-anak yatim piatu dan fakir miskin.
Dalam Pasal 3 Statuten Perkumpulan NU (1933) disebutkan:
”Mengadakan perhubungan di antara ulama-ulama yang bermadzhab, memeriksa kitab-kitab apakah itu dari kitab Ahlussunnah waljamaah atau kitab-kitab ahli bi’ah, menyiarkan agama Islam dengan cara apa saja yang halal, berikhtiar memperbanyak madrasah, masjid, surau dan pondok pesantren, begitu juga dengan hal ichwalnya anak yatim dan orang-orang fakir miskin, serta mendirikan badan-badan untuk memajukan urusan pertanian, perniagaan, yang tidak dilarang oleh syara’ agama Islam”.
Ketika NU hidup di dunia modern, visi dan misi organisasi ini juga harus berkembang guna menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman yang dijalaninya. Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) NU juga terus dikembangakan setiap lima tahun sekali.
Dalam Keputusan Muktamar Donohudan, Boyolali (2004) disebutkan: Tujuan Nahdlatul Ulama didirikan adalah berlakunya ajaran Islam yang menganut paham Ahlussunnah Waljamaah dan menurut salah satu dari Madzhab Empat untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan demi kemaslahatan dan kesejahteraan umat.
Untuk mewujudkan tujuan sebagaimana diatas, maka NU melaksanakan usaha-usaha berikut ini:
Di bidang agama, mengupayakan terlaksananya ajaran Islam yang menganut paham Ahlussunnah Waljamaah dan menurut salah satu Madzhab Empat dalam masyarakat dengan melaksanakan dakwah Islamiyah dan amar ma’ruf nahi munkar.
Di bidang pendidikan, pengajaran dan kebudayaan, mengupayakan terwujudnya penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran serta pengembangan kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam untuk membina umat agar menjadi muslim yang takwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas dan terampil, serta berguna bagi agama, bangsa dan negara.
Di bidang ekonomi, mengupayakan terwujudnya pembangunan ekonomi untuk pemerataan kesempatan berusaha dan menikmati hasil-hasil pembangunan dengan mengutamakan tumbuh dan berkembangnya ekonomi kerakyatan.
Di bidang sosial, mengupayakan terwujudnya kesejahteraan lahir dan batin bagi rakyat Indonesia.
Mengembangkan usaha-usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat banyak guna terwujudnya Khaira Ummah.
Guna mewujudkan usaha-usaha tersebut, pendekatan dakwah NU menggunakan model dakwah Walisongo, yaitu menyesuaikan dengan budaya masyarakat setempat dan tidak mengandalkan kekerasan. Budaya yang berasal dari suatu daerah ketika Islam belum datang – bila tidak bertentangan dengan agama – akan terus dikembangkan dan dilestarikan. Sementara budaya yang jelas bertentangan akan ditinggalkan.
Dalam perjalanan waktu, model dakwah dan budaya Walisongo yang dianut warga NU ini seringkali mendapat cibiran dari beberapa kalangan. Mereka memberi label pada penganut NU sebagai golongan Islam yang kuno, tidak modern. Kuno, karena masih saja percaya dengan hal-hal yang dilakukan oleh pendahulu kita, terutama dalam hal adat istiadat. Diantara budaya NU yang hingga kini masih setia dilakukan warga NU dan mendapat cibiran kalangan tertentu adalah kebiasaan siwak dan suwuk.
Kalangan pencibir ini mengatakan kalau kedua budaya orang NU ini sudah ketinggalan jaman dan tidak rasional. Benarkah apa yang dituduhkan mereka terhadap dua budaya NU tadi yang terbilang kuno dan tidak rasional?
Kajian Ilmiah Siwak dan Suwuk
1. Siwak
Penggunaan alat-alat kebersihan mulut telah dimulai semenjak berabad-abad lalu.
Manusia terdahulu menggunakan alat-alat kebersihan yang bermacam-macam seiring
dengan perkembangan sosial, teknologi dan budaya. Beraneka ragam peralatan
sederhana dipergunakan untuk membersihkan mulut mereka dari sisa-sisa makanan,
mulai dari tusuk gigi, batang kayu, ranting pohon, kain, bulu burung, tulang
hewan hingga duri landak. Diantara peralatan tradisional yang mereka gunakan
dalam membersihkan mulut dan gigi adalah kayu siwak atau chewing stick. Kayu ini
walaupun tradisional, merupakan langkah pertama transisi/peralihan kepada sikat
gigi modern dan merupakan alat pembersih mulut terbaik hingga saat ini.
Miswak (Chewing Stick) telah digunakan oleh orang Babilonia semenjak 7000 tahun
yang lalu, yang mana kemudian digunakan pula di zaman kerajaan Yunani dan
Romawi, oleh orang-orang Yahudi, Mesir dan masyarakat kerajaan Islam. Siwak
memiliki nama-nama lain di setiap komunitas, seperti misalnya di Timur Tengah
disebut dengan miswak, siwak atau arak, di Tanzania disebut miswak, dan di
Pakistan dan India disebut dengan datan atau miswak. Penggunaan chewing stick
(kayu kunyah) berasal dari tanaman yang berbeda-beda pada setiap negeri. Di
Timur Tengah, sumber utama yang sering digunakan adalah pohon Arak (Salvadora
persica), di Afrika Barat yang digunakan adalah pohon limun (Citrus
aurantifolia) dan pohon jeruk (Citrus sinesis). Akar tanaman Senna (Cassiva
vinea) digunakan oleh orang Amerika berkulit hitam, Laburnum Afrika (Cassia
sieberianba) digunakan di Sierre Leone serta Neem (Azadirachta indica) digunakan
secara meluas di benua India.
Meskipun siwak sebelumnya telah digunakan dalam berbagai macam kultur dan budaya di seluruh dunia, namun pengaruh penyebaran agama Islam dan penerapannya untuk membersihkan gigi yang paling berpengaruh. Istilah siwak sendiri pada
kenyatannya telah umum dipakai selama masa kenabian Nabi Muhammad yang memulai misinya sekitar 543 M. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
“Seandainya tidak memberatkan ummatku niscaya akan kuperintahkan mereka untuk
bersiwak setiap akan sholat (dalam riwayat lain : setiap akan berwudhu’).” Nabi
memandang kesehatan dan kebersihan mulut adalah penting, sehingga beliau
senantiasa menganjurkan pada isterinya untuk selalu menyiapkan siwak untuknya hingga akhir hayatnya.
Dalam hadist lain yang diriwayatkan Ahmad, Nabi bersabda:”Siwak merupakan kebersihan bagi mulut dan keridhoan bagi Allah”. Bersiwak adalah termasuk dari bagian dari sunnah para Rasul, sebagaimana hadist dari Abu Ayyub ra:“Ada empat hal yang termasuk dari sunnah para Rasul; Memakai minyak wangi, menikah, bersiwak dan malu.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Dalam kitab Ath-Thubbun Nabawi (Medis Nabawi) yang disusun oleh Ibnul Qoyyim dijelaskan manfaat siwak antara lain :1. membersihkan mulut,2. membersihkan gusi,3. mencegah pendarahan4. menguatkan penglihatan5. mencegah gigi berlubang6. menyehatkan pencernaan7. menjernihkan suara8. membantu pencernaan makanan9. memperlancar saluran nafas (bicara)10. menggiatkan bacaan11. menahan tidur12. meridhokan Allah Ta’ala13. dikagumi malaikatRasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersiwak dalam waktu puasa dan tidak, pada waktu wudhu, ketika akan sholat atau memasuki rumah. Beliau bersiwak dengan kayu (dahan) Araq. Bila tidur, siwak itu diletakkan di dekat kepalanya, dan jika bangun tidur beliau mulai bersiwak.
Bersiwak disunnahkan disetiap saat, bahkan ketika berpuasa disepanjang harinya, dan menjadi sunnah muakadah pada waktu akan beribadah. Adapun waktu-waktu yang disunnahkan secara muakkad untuk bersiwak diantaranya:
1) Setiap akan Berwudhu.“Kalau bukan karena akan memberatkan umatku maka akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan wudlu”. (HR. Bukhori dan Muslim)
2) Setiap akan melakukan shalat.“Kalau bukan karena akan memberatkan umatku maka akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan sholat”. (HR. Bukhori dan Muslim). Keutamaan shalat dengan memakai siwak itu, sebanding dengan 70 kali shalat dengan tidak memakai siwak. (HR. Ahmad)
3) Setiap bangun tidur.“Adalah Nabi Muhammad jika bangun dari malam dia mencuci dan menggosok mulutnya dengan siwak”. (HR. Bukhori)Termasuk tanda kecintaan Nabi Shallallahu ‘aihi wa sallam kepada kebersihan dan ketidak sukaannya terhadap bau tidak enak, tatkala bangun dari tidur malam yang panjang, yang mana saat itu di mungkinkan bau mulut sudah berubah, maka beliau menggosok giginya dengan siwak untuk menghilangkan bau tidak sedap, dan untuk menambah semangat setelah bangun tidur, karena termasuk kelebihan siwak adalah menambah daya ingat dan semangat.
4) Setiap akan masuk rumah.Telah meriwayatkan Syuraih bin Hani, beliau berkata: ”Aku bertanya kepada ‘Aisyah: “Apa yang dilakukan pertama kali oleh Rasulullah jika dia memasuki rumahnya?” Beliau menjawab :”Bersiwak”. (HR. Muslim)
5) Ketika hendak membaca Al Qur’an.Dari Ali ra. berkata : “Rasulullah memerintahkan kami bersiwak. Sesungguhnya seorang hamba apabila berdiri sholat malaikat mendatanginya kemudian berdiri dibelakangnya mendengar bacaan Al Qur’an dan ia mendekat. Maka ia terus mendengar dan mendekat sampai ia meletakkan mulutnya diatas mulut hamba itu, sehingga tidaklah dia membaca satu ayatpun kecuali berada dirongganya malaikat” (HR. Baihaqy)
Setiap orang Islam sangat dianjurkan melakukannya setiap wudhu menjelang shalat, membaca al-Quran, menjelang tidur, sesudah makan dan lain sebagainya.
Banyak manfaat yang bisa diperoleh ketika orang menjalankan kebiasaan bersiwak. Diantaranya: menguatkan ingatan, menguatkan gigi, tidak mudah sakit ambeien, menguatkan vitalitas, mengurangi bau mulut, dan juga berpahala (disukai Allah SWT).
Pada masa hidup Rasulullah, para sahabat bersiwak dengan menggunakan kayu Araq, sebuah jenis tanaman yang mempunyai postur lunak (tidak keras) dan diyakini memiliki banyak khasiat untuk kesehatan gigi dan mulut. Sebagian ulama berpendapat, jika tidak menemukan kayu yang dimaksud, bisa diganti dengan benda-benda lain yang memiliki ciri seperti kayu Araq. Bisa memakai ujung sorban atau dengan lengan bajunya yang bersih.
Siwak terus digunakan hampir di seluruh bagian Timur Tengah, Pakistan, Nepal,
India, Afrika dan Malaysia, khususnya di daerah pedalaman. Sebagian besar mereka
menggunakannya karena faktor religi, budaya dan sosial. Ummat Islam di Timur
Tengah dan sekitarnya menggunakan siwak minimal 5 kali sehari disamping juga
mereka menggunakan sikat gigi biasa. Penelitian yang dilakukan oleh Erwin dan
Lewis (1989) menyatakan bahwa pengguna siwak memiliki relativitas yang rendah
dijangkiti kerusakan dan penyakit gigi meskipun mereka mengkonsumsi bahan
makanan yang kaya akan karbohidrat.
Morfologi dan habitat tanaman Siwak atau Miswak, merupakan bagian dari batang, akar atau ranting tumbuhan Salvadora persica yang kebanyakan tumbuh di daerah Timur Tengah, Asia dan Afrika. Siwak berbentuk batang yang diambil dari akar dan ranting tanaman araq (Salvadora persica) yang berdiameter mulai dari 0,1 cm sampai 5 cm. Pohon araq adalah pohon yang kecil seperti belukar dengan batang yang bercabang-cabang, berdiameter lebih dari 1 kaki. Jika kulitnya dikelupas berwarna agak keputihan dan memiliki banyak juntaian serat. Akarnya berwarna cokelat dan bagian dalamnya berwarna putih. Aromanya seperti seledri dan rasanya agak pedas.
Siwak berfungsi mengikis dan membersihkan bagian dalam mulut. Kata siwak sendiri
berasal dari bahasa arab ‘yudlik’ yang artinya adalah memijat (massage). Siwak
lebih dari sekedar sikat gigi biasa, karena selain memiliki serat batang yang
elastis dan tidak merusak gigi walaupun di bawah tekanan yang keras, siwak juga
memiliki kandungan alami antimikrobial dan antidecay system (sistem antipembusuk).
Batang siwak yang berdiameter kecil, memiliki kemampuan fleksibilitas yang tinggi untuk menekuk ke daerah mulut secara tepat dan dapat mengikis plak pada gigi. Siwak juga aman dan sehat bagi perkembangan gusi.
Perlu diketahui, bahwa sisa-sisa makanan yang ada pada sela-sela gigi, menjadikan lingkungan mulut sangat baik untuk aktivitas pembusukan yang dilakukan oleh berjuta-juta bakteri yang dapat menyebabkan gigi berlubang, gusi berdarah dan munculnya kista. Selain itu, bakteri juga menghasilkan enzim perusak yang ”memakan” kalsium gigi sehingga menyebabkan gigi menjadi keropos dan berlubang. Bahkan, pada beberapa keadaan bakteri juga menghasilkan gas sisa aktivitas pembusukan yang menyebabkan bau mulut menjadi tak sedap.
Kandungan kimia batang kayu Siwak menurut penelitian Al-Lafi dan Ababneh (1995)
melaporkan bahwa siwak mengandung mineral-mineral alami yang dapat membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri, mengikis plaque, mencegah gigi berlubang serta memelihara gusi. Siwak memiliki kandungan kimiawi yang bermanfaat, meliputi:
1. Antibacterial Acids, seperti astringents, abrasive dan detergent yang berfungsi untuk membunuh bakteri, mencegah infeksi, menghentikan pendarahan pada gusi. Penggunaan kayu siwak yang segar pertama kali, akan terasa agak pedas dan sedikit membakar, karena terdapat kandungan serupa mustard yang merupakan substansi antibacterial acid tersebut.
2. Kandungan kimiawi seperti Klorida, Pottasium, Sodium Bicarbonate, Fluorida,
Silika, Sulfur, Vitamin C, Trimetilamin, Salvadorin, Tannin dan beberapa mineral lainnya yang berfungsi untuk membersihkan gigi, memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi. Bahan-bahan ini sering diekstrak sebagai bahan penyusun pasta gigi.
3. Minyak aroma alami yang memiliki rasa dan bau yang segar, yang dapat menyegarkan mulut dan menghilangkan bau tidak sedap.
4. Enzim yang mencegah pembentukan plak yang merupakan penyebab radang gusi dan penyebab utama tanggalnya gigi secara prematur.
5. Anti Decay Agent (Zat anti pembusukan) dan Antigermal System, yang bertindak seperti Penicilin menurunkan jumlah bakteri di mulut dan mencegah terjadinya proses pembusukan.
6. Siwak juga turut merangsang produksi saliva, dimana saliva sendiri merupakan organik mulut yang melindungi dan membersihkan mulut.
Menurut laporan Lewis (1982), penelitian kimiawi terhadap tanaman ini telah
dilakukan semenjak abad ke-19, dan ditemukan sejumlah besar klorida, fluor,
trimetilamin dan resin. Kemudian dari hasil penelitian Farooqi dan Srivastava
(1990) ditemukan silika, sulfur dan vitamin C. Kandungan kimia tersebut sangat
bermanfaat bagi kesehatan gigi dan mulut dimana trimetilamin dan vitamin C
membantu penyembuhan dan perbaikan jaringan gusi. Klorida bermanfaat untuk
menghilangkan noda pada gigi, sedangkan silika dapat bereaksi sebagai penggosok.
Kemudian keberadaan sulfur dikenal dengan rasa hangat dan baunya yang khas,
adapun fluorida berguna bagi kesehatan gigi sebagai pencegah terjadinya karies
dengan memperkuat lapisan email dan mengurangi larutnya terhadap asam yang
dihasilkan oleh bakteri.
El-Mostehy dkk (1998) melaporkan bahwa tanaman siwak mengandung zat-zat
antibakterial. Darout et al. (2000) Melaporkan bahwa antimikrobial dan efek
pembersih pada miswak telah ditunjukkan oleh variasi kandungan kimiawi yang
dapat terdeteksi pada ekstraknya. Efek ini dipercaya berhubungan dengan
tingginya kandungan Sodium Klorida dan Pottasium Klorida seperti salvadourea dan
salvadorine, saponin, tannin, vitamin C, silika dan resin, juga cyanogenic
glycoside dan benzylsothio-cyanate. Hal ini dilaporkan bahwa komponen anionik
alami terdapat pada spesies tanaman ini yang mengandung agen antimikrobial yang
melawan beberapa bakteri. Nitrat (NO3-) dilaporkan mempengaruhi transportasi
aktif porline pada Escherichia coli seperti juga pada aldosa dari E. coli dan
Streptococcus faecalis. Nitrat juga mempengaruhi transport aktif oksidasi
fosforilasi dan pengambilan oksigen oleh Pseudomonas aeruginosa dan
Stapyhylococcus aureus sehingga terhambat.
Menurut hasil penelitian Gazi et al. (1987) ekstrak kasar batang kayu siwak pada
pasta gigi yang dijadikan cairan kumur, dikaji sifat-sifat antiplaknya dan
efeknya terhadap komposisi bakteri yang menyusun plak dan menyebabkan penurunan bakteri gram negatif batang.
Drg BM Bachtiar dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia mengatakan, berdasarkan fungsi mekanisnya, siwak sama dengan sikat gigi. Siwak dapat berfungsi sebagai alat membersihkan gigi dari kotoran atau plak. Mengapa siwak bermanfaat menghilangkan plak?
Plak merupakan kumpulan sisa makanan yang telah membusuk dan menempel pada gigi. Jika diteliti lebih dalam, ternyata plak itu merupakan asrama kuman. Di sini siwak berperan membersihkan sisa makanan, sekaligus mengandung zat khusus yang rasanya asin.
Kuman-kuman dari makanan menempel pada gigi, dan menumpuk sedikit demi sedikit. Berdasarkan penelitian, kuman itu akan menempel pada bagian dalam tiga-empat jam. Dianjurkan menyikat gigi secara teratur, untuk mencegah penumpukan sisa makanan yang mengandung kuman berbagai jenis dan ribuan jumlahnya itu.
Plak ibarat sebuah rumah produksi, yang menghasilkan beraneka produk. Di antaranya yang paling sering adalah asam. Kondisi ini berdampak buruk bagi gigi, menyebabkan gigi berlubang sekaligus merusak jaringan di sekitarnya.
Kuman-kuman paling sering dikaitkan dengan gigi berlubang, dalam artian yang sangat menyukai suasana asam adalah streptokokus. Sedangkan yang menyebabkan kerusakan jaringan antara lain aktinomises dan aktinobasilus. Kuman ini akan melakukan aksinya untuk merusak gigi setelah berada di mulut sekian jam lamanya.
Bachtiar juga menjelaskan mula-mula, mungkin hanya ada satu spesies, kemudian bertambah hingga ribuan. Semakin tebal plak semakin beragam kumannya, dan tingkat keasamannya juga semakin tinggi.
Lebih lanjut Drg. BM Bachtiar menguraikan mengapa bersiwak dianjurkan dilakukan setiap kali sebelum shalat. Menurutnya, pada dasarnya plak memang sulit dihindari karena proses terbentuknya begitu cepat. Karena itulah sangat tepat anjuran yang mengatakan, menyikat gigi itu harus dilakukan beberapa kali dalam sehari, untuk mencegah tertimbunnya plak pada gigi.
Jika dianalisis, lanjut Bachtiar, anjuran bersiwak pada setiap akan shalat dapat dipahami. Frekuensi yang disarankan, katakanlah pada shalat wajib, sudah tepat. Yaitu waktu Shalat Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya, dan Subuh. Jika dibuat rata-rata, selang waktunya untuk bersiwak sekitar 4-5 jam. Belum lagi ada shalat sunnah Tahajjud, yang dilakukan pada waktu malam, atau Dhuha di pagi hari, serta anjuran bersiwak setelah makan.
Ditegaskan Bachtiar, rasa asin yang terdapat pada kayu siwak kemungkinan dapat menurunkan tingkat keasaman daerah mulut, bahkan mampu mendekati netral. Mengingat tingkat keasaman atau pH mulut yang baik yang mendekati netral, yakni antara pH 6-7.
Tujuan utama menyikat gigi yaitu mencegah, dan menghilangkan plak pada gigi. Sedangkan bentuk sikat gigi dan teknik pemakaiannya, terserah pemakainya asal tidak menyebabkan kerusakan gusi dan gigi. Termasuk cara bersiwak tidak ada ikhtilaf antara ulama. Walau begitu, didalam kitab Syama’il Imam Tirmidzi, dalam hadist Rasul SAW, bahwa Rasul SAW bersiwak dengan kayu araq, dan memulainya dari pertengahan, lalu kearah kanan lalu kekiri, demikian diulangi. sebanyak 3 kali.
Imam Ghazali rahimahullah melengkapi caranya, yaitu meletakkan siwak di jajaran gigi tengah bagian atas, lalu mendorongnya kearah kanan sampai keujungnya,lalu turunkan ke jajaran bawah kanan ujung, lalu mendorongnya kembali ketengah jajaran bawah, lalu kembali naik ke tengah jajaran atas, lalu mendorongnya ke arah kiri sampai ujungnya, lalu turunkan ke jajaran bawah kiri ujung, dan mendorongnya lagi ke tengah di jajaran bawah.
Abu Salma M. Rachdie P., S.Si., (2005) di dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Ekstrak Serbuk Kayu Siwak (Salvadora persica) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans Dan Staphylococcus aureus Dengan Metode Difusi Lempeng Agar” menemukan bahwa ekstrak serbuk kayu siwak bersifat antibakterial sedang terhadap bakteri S. mutans dan S. aureus.
Siwak sangat efektif sebagai alat pembersih mulut atau oral cleaner device. Almas (2002) meneliti perbandingan pengaruh antara ekstrak siwak dengan Chlorhexidine Gluconate (CHX) yang sering digunakan sebagai cairan kumur (mouthwash) dan zat anti plak pada dentin manusia dengan SEM (Scanning Electron Microscopy). Almas melaporkan bahwa 50% ekstrak siwak dan CHX 0,2% memiliki efek yang sama pada dentin manusia, namun ekstrak siwak lebih banyak menghilangkan lapisan noda-noda (Smear layer) pada dentin.
Sebuah penelitian tentang Periodontal Treatment (Perawatan gigi secara berkala)
dengan mengambil sampel terhadap 480 orang dewasa berusia 35-65 tahun di kota
Makkah dan Jeddah oleh para peneliti dari King Abdul Aziz University Jeddah,
menunjukkan bahwa Periodontal Treatment untuk masyarakat Makkah dan Jeddah
adalah lebih rendah daripada treatment yang harus diberikan kepada masyarakat di
negara lain, hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan siwak berhubungan sangat erat terhadap rendahnya kebutuhan masyarakat Makkah dan Jeddah terhadap Periodontal Treatment.
Penelitian lain dengan menjadikan serbuk (powder) siwak sebagai bahan tambahan
pada pasta gigi dibandingkan dengan penggunaan pasta gigi tanpa campuran serbuk
siwak menunjukkan bahwa prosentase hasil terbaik bagi kesehatan gigi secara
sempurna adalah dengan menggunakan pasta gigi dengan butiran-butiran serbuk
siwak, karena butiran-butiran serbuk siwak tersebut mampu menjangkau sela-sela
gigi secara sempurna dan mengeluarkan sisa-sisa makanan yang masih bersarang
pada sela-sela gigi. Hal ini yang mendorong perusahaan-perusahaan pasta gigi di
dunia menyertakan serbuk siwak ke dalam produk pasta gigi mereka. WHO (World
Health Organization) turut menjadikan siwak sebagai salah satu komoditas
kesehatan yang perlu dipelihara dan dibudidayakan.
2. Suwuk
Kaum Nahdliyin percaya dan akrab dengan budaya suwuk, yaitu pengobatan yang dilakukan dengan oda-doa. Terlebih ketika dalam kondisi mendesak, misalnya ketika pengobatan ilmiah sudah tidak memungkinkan untuk dilakukan. Baik karena tidak adanya biaya atau para dokter sudah angkat tangan tidak bisa menangani penyakitnya.
Ketika jaman Walisongo, salah seorang anggotanya, Maulana Ishaq yang berasal dari Samarkand, Rusia selatan ini adalah seorang ahli pengobatan. Salah satu metode pengobatan yang dilakukan Maulana Ishaq adalah dengan suwuk. Metode dakwah Maulana Ishaq yakni lewat jalur memberikan pengobatan gratis kepada warga disuatu daerah yang dilewatinya. Hingga suatu saat Maulana Ishaq dipanggil oleh seorang raja di Blambangan yang anaknya sakit keras. Atas ijin Allah, pengobatan yang dilakukan Maulana Ishaq diberi kesembuhan.
Suwuk biasanya dilakukan oleh para kiai yang wira’i, zuhud atau mereka yang mendalami ilmu ketabiban.hampir semua kiai tempo dulu membekali dirinya dengan ilmu suwuk ini.
Praktek menyuwuk biasanya menggunakan wasilah (media) air putih. Paling baik menggunakan air zam-zam. Kalau tidak ditemukan, bisa juga menggunakan air hujan, air sumur disekitar makam wali, atau air sumur di sekitar makam Sunan Ampel Surabaya. Kalau semua itu sulit didapatkan, setiap air putih juga bisa dipakai. Bahkan termasuk air mineral dalam kemasan.
Wadah air dibuka tutupnya didepan kiai, dibacakan doa-doa tertentu lalu ditiupkan ke dalamnya. Macam-macam doa yang dibacakan. Namun secara umum doa itu adalah: ”Ya Allah, Tuhan Pencipat Alam dan Pemelihara Manusia, hilangkanlah penyakit, sembuhkanlah dia. Engkaulah yang menyembuhkan. Tiada kesembuhan kecuali kesembuhan dari Engkau, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit.” (HR. Bukhari)
Adapun cara penggunaannya: air yang sudah ditiupkan doa didalamnya itu diminumkan kepada pasien. Bisa juga diusap-usapkan ke seluruh tubuhnya, atau hanya ke bagian yang dirasakan sakit, atau dipercik-percikkan di sekitarnya. Biasanya para kiai yang memberikan pengobatan model ini menyertakan pesan:”Jangan lupa minta kesembuhan kepada Allah SWT, karena yang punya kesehatan dan sakit itu hanyalah Allah. Manusia hanya ikhtiar dan obat hanyalah perantara. Allah yang menentukannya.”
Pesan yang disampaikan kiai tadi ke pasien ini merupakan efek placebo yakni dengan mendengarkan kata-kata kiai tersebut, rasa cemas dan takut dalam diri mereka benar-benar hilang. Kata-kata tersebut membangunkan kekuatan untuk menyembuhkan diri sendiri, yang memang sudah ada dalam tubuh manusia.
Jadi para kiai bukan sekedar memberikan pelayanan pengobatan suwuk, namun sekaligus memberikan “efek placebo” lewat kata-kata positif berupa doa atau motivasi yang sarat nilai spiritual.Efek kata-kata juga bisa menimbulkan perilaku negatif. Orang acapkali melakukan bunuh diri setelah membaca informasi tentang materi bunuh diri. Sekitar dua puluh tahun lalu seorang idola remaja di Jepang melakukan bunuh diri. Dengan cepat berita tersebut menyebar, banyak remaja-remaja lain mengikuti jejaknya.
Keberadaan air dalam dunia pengobatan suwuk ini ternyata menarik minat kalangan ilmuan untuk menelitinya. Guru Besar Fakultas MIPA Unair, Prof. Dr. Ir. Suhariningsih mengatakan bahwa air juga membentuk konfigurasi yang mampu memancarkan gelombang elektromagnetik. Di bidang kimia air memiliki rumus H2O, tetapi bagi ahli fisika konfigurasi atom pembentuk molekul air sangat menentukan informasi yang ada di dalamnya. Setiap molekul air mengandung informasi tertentu. Fenomena yang ada, tergantung dari informasi yang datang. Air dalam struktur tertentu, dapat menjadi informasi yang dibutuhkan oleh tubuh, sehingga bisa bersifat menyembuhkan.
Orang yang belum mengerti hakikat dan karakteristik air sering mengira bahwa pengobatan alternatif dengan cara meminum air yang telah diberi doa sebelumnya, merupakan suatu cara yang tidak ilmiah. Karena itu maka “layak” disebut sebagai cara yang tidak rasional.
Namun, seorang peneliti Jepang terkenal, Dr. Masaru Emoto berhasil membuktikan bahwa air sanggup membawa pesan atau informasi dari apa yang diberikan kepadanya. Bahkan air yang diberi respon positif, termasuk doa, akan menghasilkan bentuk kristal heksagonal yang indah.
Hasil penelitian Masaru Emoto yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia “The True Power Of Water” [Hikmah Air dalam Olahjiwa], (MQS Publishing, 2006), merupakan pengalaman menakjubkan karena membuktikan bahwa air ternyata “hidup” dan dapat merespon apa yang disampaikan manusia.
Melalui penelitian yang dilakukan oleh Masao Emoto di tahun 2006, kristal air yang berbentuk heksagonal, diketahui dapat menyajikan tampilan (view) yang berbeda, bergantung informasi yang diterima. Air yang diberi tulisan doa-doa akan membentuk kristal yang berbeda dengan air yang diberi tulisan stress, atau bahagia. Bahkan, jika suatu air dalam botol kita tempelkan kertas bertuliskan ‘bodoh’, maka air tidak membentuk konfigurasi apapun (kacau).
“Dan Kami ciptakan dari air segala sesuatu yang hidup.” (QS. Al Anbiya : 30). Dalam kitab-kitab tafsir klasik, ayat tadi diartikan bahwa tanpa air semua akan mati kehausan. Tidak berlebihan kalau Dr. Masaru Emoto dari Universitas Yokohama Jepang dengan tekun melakukan penelitian tentang perilaku air.
Air murni dari mata air di Pulau Honshu dido’akan secara agama Shinto, lalu didinginkan sampai -5 derajat C di laboratorium, lantas difoto dengan mikroskop elektron dengan kamera kecepatan tinggi. Ternyata molekul air membentuk kristal segi enam yang indah.
Percobaan diulangi dengan membacakan kata, “Arigato (terima kasih dalam bahasa Jepang)” di depan botol air tadi. Kristal kembali membentuk sangat indah. Lalu dicoba dengan menghadapkan tulisan huruf Jepang, “Arigato”. Kristal membentuk dengan keindahan yang sama. Selanjutnya ditunjukkan kata “setan”, kristal berbentuk buruk. Diputarkan musik Symphony Mozart, kristal muncul berbentuk bunga. Ketika musik heavy metal diperdengarkan, kristal hancur.
Ketika 500 orang berkonsentrasi memusatkan pesan “peace” di depan sebotol air, kristal air tadi mengembang bercabang-cabang dengan indahnya. Dan ketika dicoba dibacakan do’a Islam, kristal bersegi enam dengan lima cabang daun muncul berkilauan.
Dr. Emoto akhirnya berkeliling dunia melakukan percobaan dengan air di Swiss, Berlin, Prancis, Palestina, dan hingga akhirnya ia kemudian diundang ke Markas Besar PBB di New York untuk mempresentasikan temuannya pada bulan Maret 2005 lalu.
Ternyata air bisa “mendengar” kata-kata, bisa “membaca” tulisan, dan bisa “mengerti” pesan. Dalam bukunya The Hidden Message in Water, Dr. Masaru Emoto menguraikan bahwa air bersifat bisa merekam pesan, seperti pita magnetik atau compact disk.
Sebelum Dr. Masaru Emoto menguraikan bahwa air bersifat bisa merekam pesan, seperti pita magnetik atau compact disk, Rasulullah SAW bersabda, “Zamzam lima syuriba lahu”, “Air zamzam akan melaksanakan pesan dan niat yang meminumnya.” Barangsiapa minum supaya kenyang, dia akan kenyang. Barangsiapa minum untuk menyembuhkan sakit, dia akan sembuh.
Semakin kuat konsentrasi pemberi pesan, semakin dalam pesan tercetak di air. Air bisa mentransfer pesan tadi melalui molekul air yang lain. Air mengenali kata tidak hanya sebagai sebuah desain sederhana, tetapi air dapat memahami makna kata tersebut. Saat air sadar bahwa kata yang diperlihatkan membawa informasi yang baik maka air akan membentuk kristal.
Jika kata positif yang diberikan, maka kristal yang terbentuk akan merekah luar biasa laksana bunga yang sedang mekar penuh, seakan ingin menggambarkan gerakan tangan air yang sedang mengekspresikan kenikmatannya.
Sebaliknya, jika kata-kata negatif yang diberikan, maka akan menghasilkan pecahan kristal dengan ukuran yang tidak seimbang. Jadi bisa dibayangkan bagaimana jika air diberi kumpulan kata yang merupakan doa?
Subhanallah, kekuatan air yang sudah menerima kata-kata itu, terutama untuk penyembuhan tentu sangat besar. Apalagi kumpulan kata yang merupakan doa tersebut bukan kata-kata biasa, tapi berasal dari Allah SWT dan diucapkan oleh orang shaleh pilihan Allah SWT. Setidaknya temuan ini bisa menjelaskan, kenapa air putih yang dido’akan bisa menyembuhkan si sakit.
Dulu, hal tersebut kita anggap musyrik, atau paling sedikit kita anggap sekadar sugesti, tetapi ternyata molekul air itu menangkap pesan do’a kesembuhan, menyimpannya, lalu vibrasinya merambat kepada molekul air lain yang ada di tubuh si sakit.
Seperti kita ketahui, kandungan air dalam tubuh manusia mencapai 70 persen, otak 74,5 persen dan darah 82 persen bagiannya adalah air. Cairan yang ada dalam tubuh manusia, juga akan berpotensi menerima informasi dalam bentuk gelombang halus elektromagnetik. Air tadi akan berproses di tubuh meneruskan pesan kepada air di otak dan pembuluh darah.
Dan sering kita dengar, seseorang setelah minum air yang telah diberi doa oleh kiai, perasaannya menjadi lebih tenang. Bila perasaan tenang maka kesehatan jasmani pun akan turut merasakan ketenangan dan lebih lanjut ini akan berakibat pada kestabilan kesehatan jasmani.
Kesimpulan
Jadi bisa disimpulkan bahwa dua amaliah warga Nahdliyin, kegemaran melakukan siwak dan suwuk, yang menurut beberapa pihak merupakan tindakan yang tidak rasional ternyata mendapat dukungan dari kalangan ilmuan dan mendapat pengakuan secara ilmiah bahwa keduanya mempunyai manfaat yang ebsar bagi kesehatan manusia.
Kita dapat memahami betapa luar biasa nikmat yang diberikan Allah SWT kepada manusia, meski terkadang otak kita tidak sampai kepada-Nya, tak terkecuali manfaat yang terkandung di dalam siwak dan suwuk tadi.
Setidaknya, keduanya telah menjadi satu tradisi tersendiri di dalam kehidupan sehari-hari warga Nahdliyin serta sebagian besar masyarakat Indonesia lainnya. Bila sudah terbukti secara ilmiah, akankah kita ragu mengamalkan sekaligus melestarikan budaya para pendahulu kita? Dan akankah terus dipertentangkan tentang rasional atau tidak rasional budaya siwak dan suwuk hingga akhir jaman nanti?




















Buku Acuan

Antologi NU, Sejarah, Istilah, Amaliah, Uswah, H. Soeleiman Fadeli, Mohammad Subhan, S.Sos, Khalista, 2007
Amal Bakti NU pada Agama, Bangsa dan Negara, PBNU, 1981
Ensiklopedi Islam, Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994
Islam Rahmatan Lil’alamin, pidato pengukuhan DR. KH. A. Hasyim Muzadi, IAIN Sunan Ampel, 2006
Kehebatan dan Keampuhan Hizib, Abdullah Afif Thaifuri, Ampel Mulia, 2003
Maroji' : http://geocities.com/abu_amman/MukjizatSiwak.htm
Pengaruh Ekstrak Serbuk Kayu Siwak (Salvadora persica) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus dengan Metode Difusi Lempeng Agar, skripsi, Abu Salma M. Rachdie P., S.Si, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, 2005
The True Power Of Water” [Hikmah Air dalam Olah Jiwa], terjemahan, Masaru Emoto, MQS Publishing, 2006


















KARYA TULIS
Tema
Kontribusi NU dalam Membangun Peradaban Keindonesiaan
Sub tema
Kontribusi NU dalam Bidang Sosial-Budaya




Budaya Siwak dan Suwuk
dalam Kajian Ilmiah






oleh :
Yupiter Sulifan, S.Psi
(Guru BK MA DARUL ULUM Waru Sidoarjo)
Alamat Kerja:
Jl. Kolonel Soegino 101-103 Kureksari Waru Sidoarjo 61256
Telp dan Fax (031) 8549161
Alamat Rumah:
Jl. K. Zainal Abidin No. 13 RT 02/01 Tambaksumur Waru Sidoarjo 61256
Telp. 031-70822437 – 8539183

Kepada :
Sekretariat Panitia Lomba Karya Tulis Ilmiah
d/a Pengurus Wilayah NU Jawa Timur
Jalan Masjid Al-Akbar Timur 9 Surabaya 60235
Telp. 031-8296146 – 8296147
Faksimile (031) 8292677
e-mail : pwnu_jatim@plasa.com




Pengirim :
YUPITER SULIFAN, S.Psi
Guru BK MA Darul Ulum Waru Sidoarjo
Jl. Kolonel Soegino 101-103 Kureksari Waru 61256
Telp/Faks 031-8549161
Fleksi 031-70822437

Menciptakan Pondok Ramadhan yang Fun

Menciptakan Pondok Ramadhan yang Fun
Oleh : Yupiter Sulifan
Ada satu agenda rutin yang kerap dilakukan pihak sekolah ketika memasuki bulan Ramadhan, mengadakan acara pondok Ramadhan. Pondok Ramadhan yang mempunyai tujuan awal sebagai sarana untuk membentuk watak yang beriman, bertaqwa serta meningkatkan rasa beragama pada diri siswa atau peserta pondok Ramadhan. Tapi kenyataannya, acara pondok Ramadhan ini sebatas acara seremonial saja sedangkan tujuannya jarang tercapai secara menyeluruh. Mengapa? Seringkali kita dengar keluhan dari peserta bahwa materi pondok Ramadhan hanya itu-itu saja, membosankan dan tidak menyenangkan. Peserta menginginkan hal baru yang belum pernah diterima ketika menuntut ilmu di sekolah. Kalau ini yang diingini peserta, apakah panitia masih menutup mata akan pentingnya materi pada acara pondok Ramadhan? Materi yang bagaimana yang bisa membuat suasana menyenangkan?Materi yang disajikan sebaiknya beragam dan variatif, tidak melulu soal pendidikan agama melainkan juga tentang materi pengembangan diri, perkembangan iptek hingga permainan-permainan yang membangkitkan motivasi. Pasalnya, kalau materi yang disajikan dalam pondok Ramadhan ini hanya berkutat pada pendidikan agama saja, kejenuhan akan menimpa peserta. Apalagi peserta ini pendidikan agama dari orang tua sangat dominan artinya si anak sepulang sekolah sudah harus mengaji serta mengerjakan amalan-amalan agama yang sifatnya sunnah (tentu yang bersifat wajib yang diutamakan).Mengulang apa yang sudah didapat di rumah apalagi dengan pemateri yang kurang komunikatif, jelas ini akan menimbulkan rasa bosan pada diri peserta. Lain dari itu, bila si peserta pondok Ramadhan ini sekolahnya sudah sekolah agama yang mayoritas mata pelajaran yang diterimanya dari sekolah berkaitan dengan agama, akan muncul rasa bosan pada diri mereka. Hasilnya, peserta pondok Ramadhan bukan bersemangat mengikuti acara demi acara melainkan rasa kantuk, seringkali menguap hingga pada perilaku yang ekstrim, tidur. Kalau ini yang terjadi, tujuan diadakannya pondok Ramadhan akan jauh dari harapan. Bukankah tidak ada salahnya kalau kita coba mengisi acara pondok Ramadhan dengan sesuatu yang lain dari yang biasanya mereka terima di sekolah. Pengembangan DiriLantas, materi apa yang layak kita sajikan bagi peserta pondok Ramadhan di sekolah? Tentu dasar pemberian materinya harus mengacu pada kepentingan peserta, setidaknya ada pengaruh positif setelah siswa mengikuti pondok Ramadhan ini. Tentu saja soal pendidikan agama masih disinggung. Materi yang berkenaan dengan pengembangan diri, kiranya materi inilah sebagai salah satu bentuk materi yang seringkali ditunggu kemunculannya. Diuraikan bahwa pengembangan diri ini mempunyai tahap-tahap: pertama, mengenali diri sendiri. Kedua, memposisikan diri. Ketiga, mendobrak diri. Dan keempat, aktualisasi diri. Dibanding ciptaan Tuhan yang lainnya, manusia adalah ciptaan yang paling sempurna. Kesempurnaan di sini dilihat dari kelengkapan sisi-sisi manusia itu sendiri, yaitu adanya kebaikan, ada pula keburukan. Ada sisi yang kuat, ada pula sisi yang lemah. Manusia sebagai makhluk penuh potensi diri, harus selalu bertumbuh menuju aktualisasi dirinya. Manusia harus mengenali kedua sisi tersebut sebaik-baiknya. Sebab, mengenal diri sendiri adalah dasar dari action atau tindakan-tindakan, demi meraih sebuah cita-cita yang besar. Setidaknya, setelah menganalisis diri dengan saksama, kemudian mampu menemukan kekuatan personal diri seperti kreativitas, semangat berinovasi, ketajaman analisis, kemampuan menemukan peluang, penerimaan terhadap hal-hal baru, semangat belajar yang tinggi, serta cita-cita atau tujuan-tujuan pribadi yang mulia. Materi yang berkenaan dengan perkembangan Iptek, setidaknya harus diselaraskan dengan kajian-kajian dari ayat-ayat Al-Quran. Sudah banyak terbukti secara ilmiah akan kebenaran Al-Quran tentang isi dunia ini. Kisah ilmuan non muslim yang meneliti dimensi ilmiah Al-Quran. Mengungkap fenomena alam, semisal mengapa air yang setelah diberi doa-doa dari ayat-ayat Al-Quran bisa memberi manfaat kesembuhan terhadap beberapa jenis penyakit? Pokok bahasan seperti inilah yang mungkin saja belum pernah siswa terima sebelumnya. Jadi dengan mengikuti pondok Ramadhan ini siswa bisa bertambah rasa keimanannya terhadap Allah. Salah satu dari sekian banyak hikmah Ramadhan yang sering dilupakan orang adalah fungsinya sebagai pembangkit semangat hidup. Ramadhan sesungguhnya adalah bulan motivasi (syahrul hamasah). Ramadhan semestinya mampu menjadikan setiap muslim yang beribadah di dalamnya menjadi termotivasi hidupnya. Sejarah mencatat dengan tinta emas sepak terjang kaum muslim dahulu yang produktif. Banyak orang yang tak tahu, karena memiliki motivasi yang tinggi, umat Islam terdahulu menjadi penguasa dunia selama lebih kurang 14 abad. Lebih lama daripada kejayaan Eropa. Apalagi dari Amerika yang baru berjaya di akhir abad ini. Kejayaan Islam yang demikian lama di masa lalu tak bisa dipisahkan dari semangat kaum muslim untuk selalu bersemangat dan produktif dalam berkarya. Beberapa contoh bisa disebutkan, Ibnu Jarir, misalnya, mampu menulis 14 halaman dalam sehari selama 72 tahun. Ibnu Taymiyah menulis 200 buku sepanjang hidupnya. Imam Ghazali adalah peneliti di bidang tasawuf, politik, ekonomi dan budaya sekaligus. Al-Alusi mengajar 24 pelajaran dalam sehari. Sedang Jabir bin Abdullah rela menempuh perjalanan selama satu bulan demi mendapatkan satu riwayat hadits. Fatimah binti Syafi'i pernah menggantikan lampu penerangan untuk ayahnya (Imam Syafi'i) sebanyak 70 kali. Semangat yang luar biasa dalam beramal tak bisa dilepaskan dari orientasi mereka yang benar terhadap fungsi ibadah dalam Islam, termasuk fungsi ibadah Ramadhan sebagai ajang melejitkan motivasi (achievement motivation training). Buktinya?Bukankah kekuatan semangat dapat mengalahkan kekuatan fisik? Itulah yang Allah latih kepada kita di bulan Ramadhan. Selama sebulan kita dilatih untuk mengalahkan nafsu yang berasal dari tubuh kasar kita; nafsu makan, minum, dan seksual. Kenyataannya, di bulan Ramadhan kita mampu mengalahkan tarikan nafsu demi memenangkan semangat ruh kita. Sayangnya, latihan itu tidak dilanjutkan dalam skala kehidupan yang lebih luas dan dalam waktu yang lebih lama setelah Ramadhan, sehingga banyak di antara kita yang hidupnya tidak bersemangat dan produktif dalam beramal. Padahal kunci motivasi itu adalah kemampuan mengalahkan kekuatan fisik.Hikmah dari ibadah tarawih yang dilakukan di malam hari dengan santai dan tidak terburu-buru adalah untuk membentuk watak kesabaran dan ketekunan. Kita tahu, kesabaran dan ketekunan adalah kunci dari motivasi. Tidak mungkin seseorang itu termotivasi dan produktif berkarya tanpa memiliki sifat sabar dan tekun. Selain materinya yang beda, penampilan si pemateri (pemberi materi pondok Ramadhan) juga harus berubah. Kalau perlu perubahan ini harus 180 derajat! Kenapa? Peserta pondok Ramadhan yang juga siswa ini akan sangat terkesan dengan perubahan penampilan gurunya kala mengisi materi pondok Ramadhan. Bisa jadi guru yang biasanya berpenampilan kalem tapi saat mengisi materi pondok Ramadhan berubah menjadi enerjik. Hal-hal semacam inilah yang menjadikan peserta bersemangat mengikuti acara demi acara hingga tuntas.
Satu kebiasaan peserta pondok Ramadhan tatkala menerima materi diatas jam 12 siang, ngantuk dan bosan adalah kebiasaan yang sering dialami mereka. Untuk itu bisa disiasati dengan memberikan permainan-permainan yang bersifat menghibur lagi menyenangkan. Tentu semua itu tak lepas dari tujuan awal diadakan pondok Ramadhan. Dan akhirnya Selamat Menjalankan Ibadah Puasa! Yupiter Sulifan, S.Psi., adalah Guru BK di Madrasah Aliyah DARUL ULUM Waru Sidoarjo

Yupiter Sulifan, S.Psi
Jl. K. Zainal Abidin 13 Tambaksumur Waru 61256 Sidoarjo
Telp. 70822437

Upaya Melestarikan Hutan, Berkacalah Pada Nelayan Jepang

LOMBA TULIS YPHL Yayasan Peduli Hutan Lestari (YPHL) dan Harian Online KabarIndonesia (HOKI) 31 Oktober 2008

Upaya Melestarikan Hutan, Berkacalah Pada Nelayan Jepang

Sekilas membaca judul artikel diatas, sebagian diantara kita akan bingung bahkan berfikir kalau judul artikel diatas tidak masuk akal.
Terutama titik beratnya pada kata ’hutan’ dan ‘nelayan’, keduanya jelas dua hal yang berbeda jauh. Tapi kenapa judul diatas memakai kata kunci hutan dan nelayan? Bukankah keberadaan nelayan di kawasan pantai sedangkan hutan di daerah pegunungan? Ada hubungan apa antara keduanya?
Tanpa kita sadari, pertanyaan tersebut sering muncul dalam otak kita yang akhirnya kita menganggap kalau antara hutan dan nelayan itu sebenarnya tidak ada sangkut pautnya. Apalagi berkenaan dengan upaya melestarikan hutan.
Bila kita kupas lebih mendalam, bukankah dikawasan pantai ada hutan? Tentu bukan hutan yang dihuni oleh aneka tanaman berkayu dan keadaannya besar-besar melainkan ada hutan bakau atau mangrove.
Antara hutan bakau dan nelayan tentu keduanya ini berada dalam satu ekosistem. Tapi kalau hutan yang berada didaerah pegunungan dan nelayan di pantai apa mungkin mereka mengadakan hubungan apalagi relasi yang menguntungkan? Terlebih kalau dikaitkan dengan upaya melestarikan hutan, apa mungkin nelayan melakukan hal tersebut?
Hutan Karya Nelayan
Bagi masyarakat Jepang terutama komunitas nelayan (ryoshi), lingkungan laut (umi) tidak bisa dipisahkan dari lingkungan hutan (mori) di darat. Sekalipun kondisi lingkungan laut tidak langsung memengaruhi kondisi hutan, yang pasti kelestarian hutan dapat menciptakan kelestarian lingkungan laut dengan segala biota yang hidup di dalamnya.
Hutan yang lestari membentuk sungai dengan air yang jernih dan bermuara di laut. Air sungai dari hutan yang lestari mengandung banyak bahan mineral bergizi yang disebut myobi sebagai makanan utama plankton. Plankton adalah salah satu sumber makanan bagi biota laut seperti tiram, ikan, kerang, dan terumbu karang.
Karena makanan utama orang Jepang adalah biota laut, maka eksistensi biota dan laut amat penting dalam kehidupan orang Jepang. Maka komunitas nelayan sebagai bagian dari masyarakat Jepang berusaha melestarikan hutan agar menghasilkan air yang mengandung myobi yang mengalir melalui sungai dan bermuara di laut. Dengan demikian, biota laut dapat berkembang memenuhi kebutuhan pangan Jepang.
Dalam pandangan orang Jepang, segala bentuk kerusakan lingkungan hutan di darat, apa lagi kalau ditambah dengan pencemaran sebagai dampak dari aktivitas ekonomi manusia, pasti menimbulkan kerusakan lingkungan laut dan mengancam kehidupan biotanya. Apabila hal ini terjadi, maka yang dirugikan adalah manusia karena laut tidak lagi menyediakan makanan bergizi dan sehat.
Dalam pandangan orang Jepang, sungai dan laut adalah satu ekosistem. Orang Jepang lebih banyak menanam pohon daripada menebang kayu di hutan.
Bisnis kayu bagi mereka bukannya tidak menguntungkan, tetapi karena semua pihak memiliki komitmen yang kuat untuk melestarikan hutan, maka orientasi bisnis orang Jepang adalah ke laut. Sementara itu, nelayan Jepang berusaha membudidayakan berbagai jenis biota laut sebagai sumber daya dan energi untuk mendukung kehidupan manusia.
Jepang memiliki empat pulau besar, yakni Hokkaido, Honshu, Shikoku, Kyushu. Pantai pulau-pulau besar ini memiliki karakteristik yang unik sehingga dunia ilmiah menyebutnya rias coast, artinya pantai yang berkelok-kelok, berbukit-bukit, dan berteluk-teluk.
Di atas rias coast tumbuh berbagai jenis kayu subtropis yang tidak ditebang penduduk sehingga kawasan menjadi sangat rindang, tak ubahnya hutan lindung. Lestarinya hutan ini bukan kebetulan. Faktor kesadaran orang Jepang terhadap lingkungan memegang peranan penting.
Kondisinya memang jauh berbeda dengan lingkungan pantai di kepulauan di Indonesia. Pantai-pantai di kepulauan Indonesia umumnya landai dan berpasir putih sehingga relatif sulit ditumbuhi pohon. Tetapi pantai kepulauan Indonesia sebenarnya kaya hutan mangrove sebagai tempat berkembangnya biota laut, seperti kepiting, udang, ikan. Sayang, hutan mangrove banyak ditebang penduduk untuk berbagai kepentingan seperti pembuatan tambak, permukiman dan industri.
Kondisi pantai rias coast di Jepang yang terjaga menjadi tempat yang sangat baik bagi berkembangnya biota laut. Tetapi, salah satu rias coast yang mempunyai biota laut paling kaya justru terdapat di muara sungai (kisui-iki) atau brackish water zone. Nelayan yang tinggal di daerah muara sungai sangat beruntung karena hasil tangkapan ikan jauh lebih banyak dibanding daerah lain.
Dua puluh tahun lalu, masyarakat Jepang, termasuk komunitas nelayan, belum menyadari kaitan kelestarian hutan dengan kelestarian lingkungan laut dan biotanya. Gara-gara itu, dahulu orang Jepang menebang kayu di hutan, di rias coast, dan di Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk kepentingan industri.
Dampaknya, hasil tangkapan ikan para nelayan semakin berkurang karena biota laut semakin langka. Sejak saat itu, Jepang menjadi negara pengimpor ikan terbesar di dunia. Belajar dari pengalaman itu, komunitas nelayan menyadari bahwa pelestarian hutan sangat penting dan mereka berusaha merehabilitasi hutan di rias coast, DAS, dan gunung.
Maka mulai akhir tahun 1980-an, muncul gerakan kesadaran lingkungan yang dimulai dari komunitas nelayan, untuk menanam pohon di rias coast, DAS, dan gunung. Dewasa ini, gerakan nelayan semacam itu menyebar ke seluruh penjuru Jepang, sehingga hampir semua rias coast sudah seperti hutan lindung.
Gerakan menanam pohon di rias coast, DAS, dan gunung di Jepang untuk pertama kali muncul dari kampung (mura) Karakua, kota Kesen-Numa. Miyagi Prefectur, bagian utara pulau Honshu. Kampung ini memiliki rias coast paling ideal, karena biota laut sangat kaya dan hutan yang utuh.
Sejak dahulu kala, tiram (oyster/kaki) sudah dibudidayakan para nelayan di kampung ini. Budidaya tiram akhirnya berkembang di daerah ini, dan hampir semua penduduk membudidayakan tiram di laut.
Kebetulan ke Teluk Kesen- Numa mengalir Sungai Okawa yang hulunya di gunung Murone (Murone-Yama). Sungai ini membawa air jernih dari gunung dan mengandung banyak myobi (bahan mineral bergizi) yang sangat baik untuk makanan tiram dan biota laut lainnya.
Secara alamiah Murone-Yama ditumbuhi banyak pohon koyoju (broadleaf trees), jenis pohon yang hanya tumbuh daerah substropis Jepang. Pada musim gugur (Oktober) dan koyoju berubah warna dari hijau menjadi kuning, merah, dan akhirnya berguguran ke tanah.
Daun koyoju yang jatuh diuraikan oleh tanah dalam bentuk myobi. Bahan mineral ini kemudian bercampur dengan air dan mengalir ke Sungai Okawa yang bermuara di teluk Kesen-Numa. Setelah tiba di laut, myobi menjadi makanan utama plankton. Plankton adalah makanan utama bagi tiram, berbagai jenis ikan, terumbu karang, dan lain sebagainya.
Tahun 1970-an, keberadaan tiram sebenarnya hampir punah di daerah Kesen-Numa karena hutan di DAS dan di gunung banyak yang gundul karena kayunya ditebang penduduk setempat untuk keperluan industri. Untunglah ada ketua kelompok nelayan oyster di daerah Kesen-Numa, yakni Hatakeyama Shigeatsu yang menyadari kebodohan mereka.
Kelangkaan tiram di teluk Kesen-Numa pasti ada kaitannya dengan proses penggundulan hutan di gunung Murone. Ia menyelidiki dengan saksama tentang fenomena kelangkaan tiram dan gundulnya hutan Murone. Ia kemudian mengajak anggota kelompoknya untuk menanam pohon koyoju di Murone-Yama.
Mereka memulai menanam mulai dari garis pantai hingga kira-kira 20 kilometer ke arah gunung. Sekarang, Murone-Yama penuh ditumbuhi pohon koyoju yang merupakan kerja keras para nelayan di bawah pimpinan Htakeyama selama 20 tahun terakhir. Nelayan berhasil merehabilitasi hutan di daerah Kesen-Numa, dan pembudidayaan tiram semakin semarak.
Kegiatan penanaman pohon koyoju sampai sekarang masih tetap berlangsung dan semakin banyak volunteer yang datang ke Kesen-Numa membantu para nelayan di sana sambil belajar bagi daerah masing-masing.
Budidaya tiram oleh nelayan juga semakin menggairahkan dan membawa keberuntungan bagi para nelayan. Tiram dari daerah ini sangat terkenal di Jepang karena kebersihan, kelezatan, dan ukurannya yang sangat besar.
Karena keberhasilannya dalam melestarikan lingkungan hutan dan laut, muncul gagasan Hatakeyama untuk membuat motto baru "Mori wa Umi no Koibito". Artinya "Hutan adalah Pacar Laut".
Motto tersebut mengandung makna sangat dalam, yakni hutan adalah produsen myobi yang menjadi makanan bagi biota laut dan sungai berperan mentransportasikan myobi ke laut. Tanpa keberadaan hutan yang penuh dengan pohon koyoju, tidak akan ada kehidupan di teluk Kesan-Numa. Motto itu demikian terkenal di Jepang, sehingga semua orang tahu artinya.
Tahun 1990-an, gagasan Hatakeyama tentang kesadaran lingkungan nelayan Jepang kemudian diadopsi pemerintah terutama oleh Monbusho (Depdikbud Jepang) waktu itu, dengan memasukkan pengalaman Hatakeyama dan para nelayan yang dipimpinnya ke dalam buku pelajaran sekolah SD dan SMP mengenai pelestarian lingkungan di Jepang.
Hatakeyama sendiri menulis pengalamannya itu ke dalam buku best seller di Jepang dengan judul Ryoshi-San no Morizukuri, yang artinya "Hutan Karya Sang-Nelayan". Di dalam buku itulah motto "Mori wa Umi no Koibito" tercantum.
Sekilas tentang kepedulian seorang nelayan akan pentingnya melestarikan hutan dengan mengajak serta nelayan lain dan menyadarkan banyak orang tentang arti pentingnya menjaga kelestarian hutan.
Kepedulian dan rasa memiliki yang tinggi tentang keberadaan hutan yang lestari akan menghapus puluhan kilometer jarak dari tempat tinggal nelayan ke kawasan hutan di daerah pegunungan. Hutan bukan hanya milik dan tanggung jawab pemerintah serta masyarakat yang bermukim disekitar hutan saja, melainkan milik bersama.
Bukan karena jarak tempat tinggal kita yang jauh dari hutan, kita dengan seenaknya melakukan pengrusakan hutan. Bukan karena kita tidak memiliki kepentingan secara langsung dengan hutan maka dengan membabi buta kita porak porandakan hutan dengan berbagai cara.
Sudah selayaknya kalau kita juga turut serta melestarikan keberadaan hutan. Bukan hanya bisa mengeksploitasinya tanpa mau mereboisasi. Bersikap bijaksana ketika berada di hutan, turut serta dalam berbagai program yang berorientasi pada upaya melestarikan hutan ini adalah suatu tindakan yang cukup arif kita lakukan. Bukan hanya himbauan pada kaum nelayan seperti di Jepang tadi tetapi pada semua pihak yang memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kelestarian hutan.
Bukankah hutan ’titipan’ Tuhan yang dikuasakan ke manusia agar dijaga dan dirawat sebaik mungkin agar bisa dinikmati oleh manusia. Bila suatu saat Tuhan mengambil ”titipan’Nya, apa daya manusia? Sebaliknya, bila kita berniat baik menjaga sekaligus merawat ’titipan’ Tuhan ini bukankah nikmat yang akan dirasakan? Berkaca pada aksi nelayan Jepang dalam melestarikan hutan bukanlah tindakan yang merendahkan martabat. Hancurnya martabat bila hutan habis terbabat.

MENGINTIP USAHA KERAJINAN FIBERGLASS DI MEDAENG

MENGINTIP USAHA KERAJINAN FIBERGLASS DI MEDAENG
18:10 Rabu, 5 November 2008
Sidoarjo, Jawa Timur, 05/11 - Mahalnya bahan baku kayu ataupun bambu tak menyurutkan niat Hari Toweka untuk berwiraswasta membuat perabot rumah tangga, seperti pepatah ‘tak ada rotan akarpun jadi’, akhirnya ia menekuni kerajinan fiber. "Kalau kayu mahal ya saya harus pakai fiber atau gabus, toh saya banyak pengalaman kerja di perusahaan fiber ini," ujar Hari yang telah bekerja di sebuah perusahaan pembuat perabot rumah tangga dari fiber selama 14 tahun ini.Pemilik perusahaan Ari Fiberglass di kawasan Medaeng Waru ini mengkhususkan diri memproduksi keperluan rumah tangga yang bahan-bahannya dari fiberglass seperti bak sampah, tangki/tandon air, kursi, bak mandi, atap, tempat cuci piring dan keperluan rumah tangga lainnya.Selama 14 tahun menjadi karyawan di perusahaan pembuat barang dari fiberglass, Hari tergugah untuk memiliki usaha sejenis sendiri. Dengan tekad dan kemauan untuk maju, bermodalkan Rp 10 juta, Hari mulai mengawali usahanya.Awal usahanya dimulai di rumahnya di kawasan Medaeng tahun 2001, dengan tanpa pegawai Hari mengerjakan sendiri pesanan bak mandi. Dalam perkembangannya, hasil produksi fibernya mulai dikenal masyarakat luas walau dari mulut ke mulut.Kala itu, usaha Hari ini berjalan mulus tanpa banyak pesaing sehingga order datang dari berbagai instansi baik swasta maupun pemerintah. Salah satu instansi pemerintah yang pernah menjadi langganan Hari yakni Dinas Perikanan. Jenis barang yang dipesan instansi ini yaitu berupa bak penampungan ikan."Hanya sayang, alokasi dana dari dinas ini setahun sekali. Jadi ordernya juga tidak berlanjut. Satu sisi saya harus mendapat dana segar untuk membeli bahan baku. Kalau tidak berjalan lancar usaha saya juga turut gulung tikar," tutur Hari. Kendati demikian, order Hari Toweka tidak pernah sepi. Salah satu perusahaan yang bergerak dibidang sea food, PT. Monodong Group mempercayakan meja proses produksi dan boks udang dari fiberglassnya ini dikerjakan Ari Fiberglass. Tak tanggung-tanggung jumlah ordernya mencapai puluhan hingga ratusan biji.Mengingat jumlah pesanan yang berjibun, Hari akhirnya menambah jumlah karyawannya yang semula enam orang kini dibantu oleh warga sekitar tempat tinggal Hari di Medaeng. Pekerja yang diangkatnya ini bukan sebagai karyawan tetap melainkan sebagai karyawan borongan.Keadaan ekonomi yang tidak menentu seperti sekarang ini, sedikit mempengaruhi usaha fiberglass Hari. Terlebih urusan bahan baku yang dari bahan kimia. Selalu naik dan ini selalu diikuti dengan meningkatnya pesanan.Terutama jenis pesanan mainan anak TK, prosotan warna-warni. Jenis inilah yang sedang ramai dikerjakan Ari Fiberglass. Dengan menggunakan campuran resin, catalyst, pigmen (bahan baku cat), bubuk kalak, dan beberapa lapis fiberglass.Alat yang dipergunakan cukup sederhana, kuas dan kompresor serta cetakan untuk mencetak produksi sesuai dengan jenis dan ukuran yang diinginkan.Prosesnyapun cukup cepat, semua bahan kimia dicampur hingga rata setelah itu dituang kedalam cetakan dan dibiarkan hingga kering. Kira-kira satu hingga dua jam, kerajinan prosotan bisa diangkat. Selain TK dan SD, Ari Fiberglass juga mensuplai prosotan yang ada di Taman Hiburan Remaja (THR) Surabaya. Kesuksesan yang dialami Hari tentunya bukan tanpa proses. Butuh kerja keras, tekun dan tak kenal menyerah adalah kunci kesuksesannya. Meskipun hanya bermodalkan minim, namun kini Hari telah mampu membeli sebidang tanah tak jauh dari rumahnya di kawasan Medaeng.Lahan seukuran 23 x 23 meter itu kini ditempatinya semenjak 2001 silam sebagai tempat produksinya. Biasanya sebulan Hari mengaku memproduksi sekitar 100 hingga 150 produk dengan omzet sekitar 20 juta hingga 50 juta perbulan. Kini hasil produksi Hari juga dikirim ke luar kota misalnya Malang, Gresik, Yogyakarta bahkan luar pulau Sulawesi dan Kalimantan.Kesuksesan telah diraih, namun bukan berarti Hari berhenti berkreasi, dirinya tak segan untuk merangkul perusahaan serupa Toyo Fiberglass untuk memasarkan produknya. Namun ketika ditanya kenapa tidak membuat manajemen pemasaran sendiri, Hari mengaku tidak bisa dan tidak punya kemampuan untuk membuat manajemen pemasaran. her/kp008 (KP008@05/11/2008 18:10)
dimuat di situs antaranews.com

Selasa, 04 November 2008

PUSKESMAS BENTUK PENYULUH KRR 16:41 Sabtu, 1 November 2008

PUSKESMAS BENTUK PENYULUH KRR 16:41 Sabtu, 1 November 2008
SIDOARJO - Minimnya pengetahuan remaja akan pentingnya menjaga sekaligus merawat organ-organ reproduksi menyebabkan banyak kasus penyimpangan seksual dan aborsi di kalangan generasi muda. Hal itu dikatakan Kepala Puskesmas Waru- Sidoarjo, dr. Dewi Tjandrawati, kepada wartawan, Sabtu(1/11),Menurutnya, begitu pentingnya arti pengetahuan tentang seks bagi remaja, maka ia perlu mengadakan penyuluhan hingga harus turba (turun kebawah). "Karena ketidaktahuan merekalah yang mengakibatkan masalah-masalah tadi. Hanya karena kesenangan sesaat tapi penyesalannya tiada berakhir sepanjang hidupnya," kata dr. Dewi Tjandrawati.Guna membentengi hal tersebut, pihak Puskesmas Waru mengadakan penjaringan pelajar di kawasan Waru yang nantinya akan dididik untuk menjadi penyuluh Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR). "Remaja perlu mendapat penyuluhan tentang Kesehatan Reproduksi. Pengetahuan yang lengkap, benar dan terarah akan menyadarkan mereka bahwa sebenarnya menjaga dan merawatnya secara benar akan sangat berguna bagi kehidupannya kelak," tutur dr. Dewi.Pelaksanaan penjaringan pelajar calon penyuluh KRR ini dimulai 21 Agustus hingga 25 Nopember 2008. para calon penyuluh ini diambil dari 18 sekolah menengah yang ada di wilayah kerja puskesmas Waru. Sekolah lanjutan pertama sebanyak 13 sekolah dan sekolah lanjutan atas ada lima sekolah.Calon penyuluh ini diutamakan pelajar yang masih berstatus kelas satu. Selain mereka baru memasuki dunia remaja dari dunia anak-anak juga kesempatan untuk mensosialisasikan ke teman-temannya lebih lama dari pada kelas dua dan tiga." Perubahan dari anak-anak ke remaja itu kan, membutuhkan sebuah bimbingan, terkait hal itu, maka perlu diarahkan yang benar, apalagi di zaman yang serba teknologi tinggi seperti saat ini, sangat berbahaya bila tidak ada yang mengarahkan," terangnyaNamanya proses penjaringan, masih kata dr. Dewi tentunya tidak semua pelajar bisa menjadi penyuluh KRR ini. "Setidaknya mereka harus sehat jasmani dan rohani untuk itulah kami mengadakan pemeriksaan terhadap kesehatan para calon tadi. Baik kesehatan secara umum, mata, gigi hingga telinga. Bukankah sebagai penyuluh harus benar-benar sehat?" urai dr. Dewi yang juga menambahkan kalau program ini sebagai bentuk realisasi program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) 2007-2008 di wilayah kerja Puskesmas Waru.her/kp008 (KP008@01/11/2008 16:41)
dimuat di situs antaranews.com

MANFAATKAN SAMPAH SUNGAI UNTUK BIAYA SEKOLAH 16:44 Sabtu, 1 November 2008

MANFAATKAN SAMPAH SUNGAI UNTUK BIAYA SEKOLAH 16:44 Sabtu, 1 November 2008
SIDOARJO - Bagi sebagian besar orang, sampah merupakan sesuatu yang menjijikkan. Apalagi sampah itu berasal dari sungai. Tetapi hal ini tidak berlaku bagi Taufik. Remaja tanggung umur 15 tahun yang berasal dari desa Ngaban Tanggulangin - Sidoarjo ini malah memanfaatkan sampah sungai untuk menunjang kelancaran sekolahnya.Apa yang dilakukan Taufik? Setiap sore hari sepulang sekolah dia berada berlama-lama dipinggir sungai yang terletak dibelakang rumahnya. Dengan berbekal sebatang bambu panjang 3 meter yang ujungnya diberi jaring, Taufik menunggu sampah plastik yang turut mengalir mengikuti aliran sungai."Sampah yang saya ambil khusus sampah plastik karena mempunyai daya jual tinggi," ujar pelajar kelas 2 sebuah sekolah swasta di Tanggulangin. Botol sampoo, gelas/botol minuman air mineral serta barang-barang plastik lainnya dia pungut dari sungai untuk kemudian dijual di pengepul sampah yang letaknya tak jauh dari rumahnya.Sampah plastik yang hanyut di sungai dia tangkap dengan memakai jaring yang ada diujung bambu. Sampah plastik ini selanjutnya dicuci hingga bersih yang kemudian dijemur dan dijual ke pengepul.Harga sampah plastik yang didapat Taufik berbeda-beda, sesuai dengan bahan plastiknya. Gelas bekas minuman mineral merek tertentu laku dengan harga paling tinggi. Perkilonya bisa mencapai 5 ribu, sedangkan barang plastik lainnya hanya sekitar 2 ribu perkilonya. "Apalagi kalau keadaannya bersih akan tambah mahal lagi," lanjut Taufik.Selain karena keadaannya sudah bersih, alasan Taufik memungut sampah dari sungai karena tak ingin melihat sungai yang dulu semasa kecil sebagai tempat mandi sekaligus bermain menjadi kotor. Walau kadangkala ia marah dalam hati bila melihat sendiri ulah masyarakat sekarang yang masa bodoh membuang segala kotoran ke sungai.Dalam sehari Taufik bisa mendapatkan sampah hingga 10 Kg. Terutama bila hujan deras, banyak sampah yang hanyut dan inilah masa panen baginya. Dan rata-rata dalam sehari dia bisa mengantongi uang tak kurang dari Rp. 30 ribu. "Uang ini sebagian saya tabung untuk persiapan kuliah, sisanya untuk biaya sekolah," ujar Taufik, yang bercita-cita kuliah di ITS jurusan mesin ini. her/kp008 (KP008@01/11/2008 16:44)
dimuat disitus antaranews.com

PERINGATI SUMPAH PEMUDA, GELAR TURNAMEN BOLA VOLI 17:09 Minggu, 26 Oktober 2008

PERINGATI SUMPAH PEMUDA, GELAR TURNAMEN BOLA VOLI 17:09 Minggu, 26 Oktober 2008
SIDOARJO – Peringatan hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober, memang sudah jarang terlihat, dan tak semeriah waktu yang silam. Meski sudah mulai langka, warga desa Tambaksumur kecamatan Waru rupanya masih ingin mengabadikan peristiwa bersejarah tersebut, meski hanya dengan mengadakan lomba bola voli.Sungguh membanggakan, meski hanya memperebutkan tropi kepala desa setempat, lomba ini mampu menyedot 46 peserta dari berbagai kota di Indonesia, seperti Jakarta, Semarang dan Bali. "Peserta dari kota di Jawa Timur sendiri juga cukup banyak hingga total pesertanya mencapai 46 peserta. Ini melebihi target yang panitia tetapkan yakni sebesar 36 peserta," kata M. Imron, ketua panitia turnamen hari Pemuda kepada wartawan, Minggu (26/10).Lebih lanjut, Imron mengatakan kalau turnamen bola voli kali ini memperebutkan total hadiah Rp 14 juta dengan tropi bergilir dari Kepala Desa. "Seluruh pembiayaan dalam turnamen ini, kami tanggung sendiri karena minimnya sponsor yang masuk," lanjut Imron.Turnamen yang dimulai tanggal 25 Oktober ini diikuti oleh klub bola voli tingkat desa hingga yang profesional dari kalangan instansi pemerintah, teak terkecuali abeberapa bank-bank terkenal seperti, BRI, BNI, PLN serta beberapa klub bola voli dari perusahaan swasta.Menurut pria yang juga Kepada Desa Tambaksumur itu, atlit -atlit bola voli daerah dan nasional kabarnya juga akan ikut meramaikan, seperti Laundy Maspaitela misalnya. Turnamen ini ditempatkan di lapangan bola voli samping kantor Kelurahan desa Tambaksumur Waru. "Panitia juga menyediakan tempat menginap bagi peserta yang berasal dari luar kota, ya, walaupun tidak mewah tapi cukuplah untuk sekedar mengistirahatkan badan," kata Imron sembari menunjuk ruang pertemuan dan beberapa ruang di kantor kelurahan. Untuk meriahnya acara tersebut, kata Imron, tiket masuk diupayakan semurah-murahnya. Apalagi tujuan dari turnamen ini adalah menggalang bekersaman antar pemuda. "Dengan tiket Rp 500, saya optimis penonton akan membludak. Untuk waktu penyelenggaraan akan dimulai sejak pukul 18.00 hingga 22.00 WIB selama satu bulan. Kami rencanakan, turnamen ini akan menjadi agenda rutin setiap tahun di desa Tambak Sumur," papar Imron. her/kp008 (KP008@26/10/2008 17:09)
dimuat di situs antaranews.com

CEGAH BANJIR, WARGA KELOLA SAMPAH 04:31 Sabtu, 1 November 2008

CEGAH BANJIR, WARGA KELOLA SAMPAH 04:31 Sabtu, 1 November 2008
SIDOARJO - Pengalaman kebanjiran tahun lalu rupanya menjadi trauma tersendiri bagi warga yang tinggal di sepanjang pinggir Kali Buntung Waru Sidoarjo. Banjir tahun lalu yang merendam rumah-rumah mereka seakan menyadarkan warga akan pentingnya mengelola lingkungannya. Terutama menjaga kelancaran aliran air.Kebiasaan membuang sampah di kali saat ini sudah berangsur hilang. Bahkan sekarang sudah ditabuh genderang melawan sampah yang ada di sungai. Seperti yang dilakukan warga desa Bungurasih kecamatana Waru. Mereka beramai-ramai membersihkan sampah di sungai terutama yang tersangkut di jembatan yang melintang di jalan A. Yani Waru. "Dari sampah yang nyangkut di jembatan inilah biasanya banjir datang. Selain sampah rumah tangga juga tanaman enceng gondok memenuhi permukaan air sungai. Setiap saat kami lakukan pembersihan di daerah ini. Terutama bila hujan deras, sampah datang tak terbilang jumlahnya, biasanya kami langsung kerja bakti membersihkannya," kata Didin warga Bungurasihm kepada wartawan, Jumat (31/10) Banjir yang menggenangi puluhan rumah warga tahun lalu di Bungurasih disebabkan aliran air mampet yang bersumber dari menumpuknya sampah di bawah jembatan jalan A. Yani tadi. Akibatnya air meluber ke permukiman warga. Upaya pencegahan banjir juga dilakukan warga desa Kedungrejo terutama dikawasan RW 03. Banjir yang menggenangi rumah warga didesa ini dikarenakan sampah warga yang meluber hingga ke sungai. Ini mengakibatkan aliran air sungai mampet yang akhirnya masuk ke rumah warga. Jalan keluar yang dilakukan warga yakni dengan membangun tempat penampungan samapah sementara dengan tembok yang tinggi. Sehingga sampah yang menggunung tidak akan meluber ke sungai. Hal serupa juga dilakukan aparat desa Tambaksumur. "Karena tembok tempat penampungan sampah masih pendek akhirnya kami tinggikan sehingga sampah tidak akan meluber ke sungai. Dan sampah yang terbuat dari plastik kami anjurkan untuk dibakar pada malam hari," ujar M. Imron, Kepala Desa Tambaksumur Upaya pembakaran sampah juga dilakukan warga desa Kepuhkiriman, Wedoro, Gedongan dan Berbek. Keempat desa yang merupakan sentra usaha sandal dari spon ini sudah sepakat tidak akan membuang sampah sisa spon sandal ke sungai. "Sudah sejak lama saya mengitrukasikan ke warga agar membakar sisa sampah spon bekas membuat sandal. Bila ada warga yang ketahuan membuang sampah spon sandal ke sungai maka akan kami denda sekaligus kami suruh mengambil lagi sampahnya yang sudah terlanjur dibuang di sungai tadi," terang Aminulloh Hasan, Kepala desa Kepuhkiriman yang mayoritas warganya pengrajin sandal. Mereka berharap upaya yang dilakukan selama ini tentang pengelolaan sampah akan berdampak pada tidak adanya banjir di kawasan permukiman mereka. her/kp008 (KP008@01/11/2008 04:31)
dimuat di situs antaranews.com

USAHA KUE BERDAYAKAN IRT DAN PELAJAR SMKK 18:29 Rabu, 15 Oktober 2008

USAHA KUE BERDAYAKAN IRT DAN PELAJAR SMKK 18:29 Rabu, 15 Oktober 2008 SIDOARJO - Meski tergolong sebagai usaha kecil, namun usaha pembuatan kue kering yang dilakukan Supramesti Bibit Rahayu, memiliki tingkat produksi yang hampir setara dengan pabrik. Dalam usaha ini, Bu Hesti, demikian panggilan akrab Supramesti Bibit Rahayu, melibatkan ibu-ibu rumah tangga dan para pelajar SMKK.”Apalagi saat ini menjelang pergantian tahun dan hari Natal 2008, permintaan menjadi meningkat” ujar Bu Hesti, yang membuka usahanya di Jl Brigjend Katamso gang I kawasan Pabrik Paku Waru Sidoarjo ini. Ibu tiga orang putra ini sudah empat tahun menjalankan usaha pembuatan kue kering dalam skala usaha rumah tangga (home industri). "Awalnya sih bukan usaha sendiri, dengan menerima order limpahan dari sekolah yang kewalahan menerima pesanan kue kering menjelang lebaran. Serta hari-hari raya lainnya. Karena dikejar waktu, akhirnya pembuatan kue kering diserahkan ke guru yang sanggup mengerjakannya," kenang Bu Hesti, Rabu (15/10).Mengingat banyak guru yang enggan mengerjakan di rumah, Bu Hesti yang juga pendidik di SMKK Negeri Sidoarjo ini, menyanggupinya dengan catatan minta bantuan tenaga dari murid SMKK. Ternyata syarat ini diterima dan jadilah Bu Hesti kala itu memboyong beberapa siswi terbaiknya untuk mengerjakan pesanan kue kering.Ini dilakukannya karena pesanan kue kering ini dari berbagai instansi negeri di Kabupaten Sidoarjo. "Kalau kita tidak tepat waktu maka akan menurunkan kredibilitas SMKK ini apalagi pesanan kue kering ini rencananya untuk bingkisan para pimpinan dan staf di beberapa instansi negeri. Untuk itulah saya harus kebut agar tepat waktu," ujar Bu Hesti yang sudah terbiasa menerima pesanan makanan untuk perjamuan pesta ini.Bahkan untuk Natal mendatang, Bu Hesti sudah mendapat pesanan ratusan stoples kue kering jenis nastar dari sebuah perusahaan rokok. Tenaga untuk mengerjakan pesanan kue kering dari kalangan siswa dirasa kurang mencukupi akhirnya mengambil tenaga kerja ibu rumah tangga (IRT) yang berasal dari sekitar rumahnya. "Tentu saja setelah tugas-tugas rumah tangga mereka selesai baru kesini membantu membuat kue kering. Soal jam, saya tidak menentukan toh bisa dikerjakan setiap saat asal target tercapai," kata Bu Hesti yang juga pemilik usaha tanaman hias, Star Nursery.Dalam menjalankan usaha pembuatan kue kering ini, Bu Hesti dibantu oleh tiga orang ibu rumah tangga serta beberapa siswi SMKK. "Jumlah tenaga kerja ini memang tidak banyak dan disesuaikan jumlah pesanan kue kering. Seperti tahun ini saja karena saya juga melayani pembuatan parcel maka jumlahnya bisa lebih, selain membuat kue kering juga menyusun parcel. Bahkan suami saya juga harus turun tangan membantu menyusun parcel," urai istri Susilo Hadi ini sambil mengemas beberapa stoples berisi kue kering yang siap diantar ke pemesan.Soal harga diakui Bu Hesti harus mengikuti harga bahan bakunya. "Kalau tahun lalu harga telur, terigu masih bisa dirunding tapi untuk sekarang sangat tinggi sekali. Akibatnya pelanggan saya banyak yang tanya dan terkejut ketika saya sodorkan daftar harga kue kering, syukurlah mereka sangat memahami dan malah menambah jumlah pesanan kue keringnya, baik dari segi jumlah ataupun jenisnya," papar Bu Hesti yang alumni Tata Boga IKIP Negeri Surabaya (sekarang Unesa) ini.Adapun kue kering hasil produksi Bu Hesti diantaranya semprit keju, semprit mocca, kastengel, brownies, pastel melati, putri salju, warna-warni, coklat cip, coklat monde serta kue kering lainnya. Dan harga ditentukan oleh bahan dan jumlahnya, yang pasti dalam satu stoples mika bening itu berkisar Rp.22.000 hingga Rp.25.000, harga yang terbilang murah untuk ukuran kue kering jenis-jenis diatas."Keinginan saya sebenarnya bukan sebatas profit saja melainkan ingin memberdayakan warga sekitar tempat tinggal saya serta anak didik saya. Walau relatif besarnya honor yang mereka terima kalau hal ini rutin maka akan bisa menjadi penopang ekonomi keluarga," harap Bu Hesti yang kerap menjadi juri dalam lomba masak-memasak ini.her/kp008 (KP008@15/10/2008 18:29)
dimuat di situs antaranews.com