Senin, 27 Februari 2012

Berita PENA Maret


Fahmi Aditya Laksana, Juara Nasional Bahasa Inggris SMP RSBI 2012:
Calon Astronot yang Gemar Novel Inggris
Kalem, pendiam tapi murah senyum itulah kesan pertama PENA ketika pertama kali berjumpa dengan Fahmi Aditya Laksana, salah seorang peserta didik di SMP Al Falah Deltasari Waru.
Fahmi, begitu cowok berpostur 167 cm ini biasa disapa teman dan gurunya, saat ini tengah menjadi selebritis dadakan di sekolahnya. Apa yang dilakukan Fahmi? Rupanya Fahmi berhasil meraih medali perak dalam The 3rd National Science Olympic SMP RSBI 2012 di Solo, Jawa Tengah.
Dalam lomba yang digelar pada 13-16 Februari 2012 itu tercatat ada 1.336 peserta yang kesemuanya siswa SMP Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional dari seluruh Indonesia. Lomba tingkat nasional ini terbagi dalam empat kategori, yakni Bahasa Inggris, Matematika, Fisika dan Biologi.
Di kategori Bahasa Inggris, siswa SMP yang terletak di desa Kureksari ini berhasil menggaet medali perak. “Alhamdulillah, semua ini berkah dari Alloh dan hasi kerja keras saya beserta ustadzah,” tutur Fahmi dengan mata berbinar.
Saat berbincang dengan PENA di ruang tamu SMP yang dipimpin oleh Ana Christanti, M.Pd ini, Fahmi didampingi Waka Humas, Dra. Hj. Roichatul Djannah, mengaku senang dengan keberhasilan ini. Meskipun fahmi tidak berhasil merebut medali emas, dirinya bisa berbangga hati karena sudah berhasil menyisihkan ribuan peserta yang rata-rata cerdas lainnya.
Fahmi mengaku kalau keikutsertaannya kali ini merupakan pengalamannya yang sangat berharga. “Maklumlah, saya sudah mengikuti berbagai macam lomba dan ikut lomba yang inilah saya mendapatkan medali perak dan tingkat nasional lagi,”kata Fahmi dengan penuh bangga dan yang bercita-cita jadi Astronot.
Remaja tanggung yang bermukim bersama orang tua dikawasan Margorejo Indah Surabaya ini mengaku kalau menyenangi pelajaran bahasa Inggris sejak masih dibangku TK. Bahkan oleh kedua orang tuanya, Imam Teguh Santoso, ST. dan dr. Lakhsmie Herwati Yuwantina, Fahmi diikutkan les disebuah lembaga pendidikan bahasa Inggris di Surabaya.
Karena ketekunan dan minat yang tinggi untuk bisa mempelajari bahasa Inggris inilah, oleh pihak sekolah Fahmi sering diikutkan berbagai lomba. Mental juara sudah mulai terbentuk semenjak mengikuti berbagai lomba tadi dan tidak mengherankan kalau akhirnya Fahmi bisa meraih medali perak di lomba tingkat nasional.
Anak pertama dari saudara kembar ini memperdalam kemampuan bahasa Inggrisnya di lembaga bahasa Inggris EF Surabaya. Melihat hobi yang digemari Fahmi, mungkin akan sangat menunjang keberhasilan dia dibidang bahasa Inggris. “Novel bahasa Inggris serta beberapa bacaan berat lainnya yang semuanya menggunakan bahasa Inggris,” kata Dra. Hj. Roichatul Djannah saat mendampingi Fahmi berbincang dengan PENA.
Ikut Club Olimpiade
Guna menghadapi olimpiade tingkat nasional ini Fahmi dibimbing oleh guru bahasa Inggris, ustadzah Ichwati. “Sekolah menyiapkan semua siswanya untuk mengikuti olimpiade sudah jauh-jauh hari jadi bukan mendadak,” urai Dra. Hj. Roichatul Djannah selaku Waka Humas SMP AL Falah Deltasari kepada PENA.
Dra. Hj. Roichatul Djannah menjelaskan kalau setiap hari Sabtu ada club olimpiade yang memang dikhususkan untuk siswa yang akan dipersiapkan mengikuti olimpiade. Disamping ada club olimpiade juga penjaringan siswa berprestasi melalui kegiatan class meet. “Di arena class meet inilah sekolah bisa menggali potensi siswa baik dari bidang akademis dan non akademis. Dari sinilah sekolah akan memperdalam kemampuan yang dimiliki siswa dan yang nantinya akan menjadi perwakilan sekolah ke lomba-lomba,” ujar Dra. Hj. Roichatul Djannah yang sekaligus sebagai Waka Kesiswaan.YUS
 Caption:
  1. Fahmi Aditya Laksana berpose dengan medali perak serta tropy juara kebanggaannya.
  2. Dra. Hj. Roichatul Djannah mendampingi Fahmi saat wawancara dengan PENA.
  3. Fahmi bersama Ana Cristiana, M.Pd. Kepala SMP Al Falah dan Ichwati, guru Bahasa Inggris sesaat setelah pengumuman pemenang.
  4. Fahmi berfoto bersama dengan pemenang lainnya. (foto-2:YUS dan istimewa)
  

Biodata
Nama : Fahmi Aditya Laksana
Tempat/tanggal lahir : Jombang, 2 Maret 1998
Anak ke SATU dari  DUA bersaudara.
Nama Ayah : Imam Teguh Santoso, S.T.
Pekerjaan Ayah : TNI-AL
Nama Ibu : dr. Lakhsmie Herwati Yuwantina
Pekerjaan Ibu : Dokter RSUD Sidoarjo
Sekolah SMP Al Falah Deltasari Waru Sidoarjo kelas IX-1 RSBI
Hobi     : Baca Buku, main internet, main game
Alamat rumah : Margorejo Indah XI B311A-312 Surabaya
Prestasi yang pernah diraih :
1. Peraih medali perak di Kejuaraan Bahasa Inggris tingkat Nasional 2012
2. Peraih juara II di LEO “Libels English Olympiad” di SMAN 15 Surabaya 2011
3. Peraih juara V di S2EC di SMAN 5 Surabaya 2011
Cita-cita : ASTRONOT
Aktifitas di sekolah/ekstrakurikuler : Ikut Ekskul Robotika, dan ekskul Club Olimpiade Bahasa Inggris
Aktifitas di rumah : Membaca buku, novel Inggris dan merakit robot
Kursus yang diikuti : Les Bahasa Inggris di EF Surabaya


Henny Suprihatin, Kepala SDN Kletek Sepanjang Taman:
Menanamkan Rasa Percaya Diri Sedari Dini
Merebaknya praktik-praktik ketidakjujuran dalam pelaksanaan Ujian Nasional (UN) menjadikan lembaga pendidikan semakin tidak mendapat simpati dari masyarakat. Malah ada yang bersikap sinis dan tidak percaya dengan lembaga pendidikan. Ini yang menyebabkan pendidikan karakter di sekolah sedikit demi sedikit akan tergerus dengan sendirinya.
Pendidikan karakter hanya akan menjadi sekadar wacana jika tidak dipahami secara lebih utuh dan menyeluruh dalam konteks pendidikan nasional kita. Bahkan, pendidikan karakter yang dipahami secara parsial dan tidak tepat sasaran justru malah bersifat kontraproduktif bagi pembentukan karakter anak didik.
Pendekatan parsial yang tidak didasari pendekatan pedagogi yang kokoh alih-alih menanamkan nilai-nilai keutamaan dalam diri anak, malah menjerumuskan mereka pada perilaku kurang bermoral.
Selama ini, jika kita berbicara tentang pendidikan karakter, yang kita bicarakan sesungguhnya adalah sebuah proses penanaman nilai yang sering kali dipahami secara sempit, hanya terbatas pada ruang kelas, dan sering kali pendekatan ini tidak didasari prinsip pedagogi pendidikan yang kokoh.
Sebagai contoh, untuk menanamkan nilai kejujuran, banyak sekolah beramai- ramai membuat kantin kejujuran. Di sini, anak diajak untuk jujur dalam membeli dan membayar barang yang dibeli tanpa ada yang mengontrolnya. Dengan praksis ini diharapkan anak-anak kita akan menghayati nilai kejujuran dalam hidup mereka.
Padahal nilai-nilai kejujuran dalam konteks pendidikan telah diinjak-injak, seperti mencontek, menjiplak karya orang lain, melakukan sabotase, vandalisme halaman buku yang disimpan di perpustakaan, dan simulasi, yaitu mengaku telah mengumpulkan dan mengerjakan tugas, padahal sebenarnya tidak.
Hal-hal inilah yang mesti diseriusi oleh para pendidik jika ingin menanamkan nilai kejujuran dalam konteks pendidikan. Mencontek telah menjadi budaya dalam lembaga pendidikan kita. Ia bukan hanya berkaitan dengan kelemahan individu per individu, melainkan telah membentuk sebuah kultur sekolah yang tidak menghargai kejujuran. Masifnya perilaku ketidakjujuran itu telah menyerambah dalam diri para pendidik, siswa, dan anggota komunitas sekolah lain. Untuk itu, pendekatan yang lebih utuh dan integrallah yang dibutuhkan untuk melawan budaya tidak jujur ini.
Penanaman nilai-nilai kejujuran jika ingin efektif dan utuh setidaknya menyertakan tiga basis desain dalam pemrogramannya. Tanpa tiga basis ini, penanaman nilai-nilai kejujuran di sekolah hanya menjadi wacana semata.
Pertama, desain penanaman nilai-nilai kejujuran berbasis kelas. Desain ini berbasis pada relasi guru sebagai pendidik dan siswa sebagai pembelajar di dalam kelas. Konteksnya adalah proses relasional komunitas kelas dalam konteks pembelajaran. Relasi guru-pembelajar bukan monolog, melainkan dialog dengan banyak arah sebab komunitas kelas terdiri dari guru dan siswa yang sama-sama berinteraksi dengan materi. Memberikan pemahaman dan pengertian akan keutamaan kejujuran dalam berbagai hal.
Kedua, desain penanaman nilai-nilai kejujuran berbasis kultur sekolah. Desain ini mencoba membangun kultur sekolah yang mampu membentuk karakter jujur pada anak didik. Untuk menanamkan nilai kejujuran tidak cukup hanya dengan memberikan pesan-pesan moral kepada anak didik. Pesan moral ini mesti diperkuat dengan penciptaan kultur kejujuran melalui pembuatan tata peraturan sekolah yang tegas dan konsisten terhadap setiap perilaku ketidakjujuran. Pemberian pesan tentang nilai-nilai kejujuran dalam upacara bendera setiap hari Senin,salah satu contohnya.
Ketiga, desain penanaman nilai-nilai kejujuran berbasis komunitas. Dalam mendidik, komunitas sekolah tidak berjuang sendirian. Masyarakat di luar lembaga pendidikan, seperti keluarga, masyarakat umum, dan negara, juga memiliki tanggung jawab moral untuk mengintegrasikan pembentukan karakter jujur dalam konteks kehidupan mereka. Orang tua sebagai mitra sekolah untuk turut serta membentuk karakter jujur pada peserta didik. Setiap menjelang ujian sekolah atau UN, orang tua selalu diundang dan diajak dialog tentang pemberian motivasi dan menenanamkan rasa percaya diri pada anak. Anak diberi keyakinan bahwa kemampuan seseorang itu berbeda dan mempunyai keunggulan sendiri-sendiri. Percaya dengan kemampuan sendiri itu lebih baik dan terhormat daripada melakukan hal-hal yang bersifat curang.
Diakui atau tidak, dasar dari pendidikan anak adalah keluarga dan disinilah penanaman nilai-nilai kejujuran pertama kali dilakukan. Terutama peran serta orang tua, sejak bangun tidur hingga tidur kembali, pendidikan kejujuran harus selalu tertanam. Dan sedari awal, penanaman nilai-nilai kejujuran dan disiplin ini harus diberikan ke peserta didik. Penanaman nilai-nilai kejujuran akan bisa efektif jika tiga desain ini dilaksanakan secara simultan dan sinergis. Tanpanya, pendidikan kita hanya akan menciptakan manusia-manusia yang tidak jujur dan tidak disiplin. YUS


Bambang Guridno, S.Pd., Kepala SDN Tambaksumur Waru:
Membatasi Peran Serta Orang Tua Murid
Tahun ini pemerintah melarang semua sekolah penerima dana BOS, menarik pungutan kepada siswa dengan mengatasnamakan apa pun. Hal ini diperkuat dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 60 Tahun 2011 tentang Larangan Pungutan di SD dan SMP.
Banyak yang mengkhawatirkan kalau sumbangan tersebut akan berpengaruh pada proses belajar siswa. Sebab, dimungkinkan siswa yang memberikan sumbangan kepada sekolah akan mendapat perlakuan khusus dari pihak sekolah dan menimbulkan ketidakadilan.
Padahal dalam kenyataannya, keberhasilan pendidikan itu bukan hanya dibebankan pada pihak sekolah saja yang setiap hari mendidik peserta didiknya. Melainkan adanya peran serta masyarakat termasuk orang tua murid, donator dan dunia industry atau usaha. Termasuk dalam hal ini adalah urusan dana yang berguna untuk menunjang keberhasilan pendidikan peserta didik. Kalau yang sebelumnya, sumbangan dari orangg tua murid berdasar kemampuan serta kesanggupan untuk menyumbang dengan catatan tanpa adanya paksaan dari pihak sekolah.
Setelah adanya Permen Nomor 60 tahun 2011 maka semua ini dilarang. Seolah, keberadaan Peraturan menteri ini membatasi peran serta masyarakat terutama orang tua murid dalam membantu mensukseskan keberhasilan pendidikan.    
Dampaknya, bila pihak sekolah mempunyai proyek besar yang nilainya diatas 10 juta, maka akan dikonsultasikan ke kepala cabdin mencari solusi terbaiknya. Dan khusus untuk proyek-proyek besar maka pihak sekolah akan menghentikannya. Walau semua proyek itu sebenarnya untuk kepentingan kemajuan pendidikan peserta didik itu sendiri.
Antisipasinya, mengingat bantuan pemerintah itu hanya untuk ruang kelas dan inipun masih dibatasi jumlahnya,misalnya ada empat kelas yang rusak dan disetujui hanya tiga ruang kelas, maka disiati dengan melalui biaya perawatan.    
Selain itu setidaknya pemerintah memberikan bantuan itu bukan hanya dikhususkan pada ruang kelas saja melainkan juga fasilitas-fasilitas sekolah lainnya. Misalnya, ruang UKS, perpustakaan, parkir sepeda siswa, ataupun tembok pembatas sekolah. Keberadaan fasilitas-fasilitas sekolah ini sangat menunjang keberhasilan peserta didik dalam menuntut ilmu di sekolah.
Khusus di Sidoarjo, sebisa mungkin tidak melarang bantuan sukarela dari masyarakat atau orang tua murid ke sekolah. Juga pemerintah tidak ”mengharamkan” jika sekolah menerima bantuan atau sumbangan dari pihak mana pun termasuk dari wali murid.  
Dengan catatan. sumbangan tersebut bersifat tidak mengikat dan semua sumbangan yang masuk ke sekolah harus tercatat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS).
Kalaupun ada ‘keringanan’ memberikan sumbangan dari orang tua murid, namun ini semua harus memiliki batasan dan kejelasan. Jangan sampai hal tersebut menyebabkan perbedaan perlakuan anak di sekolah. Kejelasan seperti apa, batasan seperti apa, apa saja yang diperbolehkan. Jangan sampai ada anak yang mendapat prioritas dibandingkan dengan anak yang lain.
Bagi pemerintah, kalaupun sekolah tidak boleh mengadakan pungutan kepada orang tua siswa maka pengoptimalisasi dari dana BOS daerah. Dan alokasinya minimal 20% dari APBD ini benar-benar direalisasikan. Dan, kalaupun bisa Permen Nomor 60 tahun 2011 ini ada peninjauan ulang mengingat kondisi di lapangan yang sangat beragam apalagi dengan sosialisasi yang relative minim. YUS

Kamis, 09 Februari 2012

Karakter Manusia Dilihat Dari Rasa Es Krim Kesukaannya



Anda suka es krim rasa apa? Tidak sekadar enak, tapi rasa favorit dapat menunjukkan karakter Anda.

Es Krim cokelat
Pecinta es krim rasa cokelat digambarkan sebagai pribadi yang hati-hati, pemalu, dan santai. Mereka adalah pendengar yang baik, sehingga ia dapat menjadi teman yang diandalkan saat Anda punya masalah. Minatnya tertuju pada seni, rock indie, penonton TV dan film kelas kakap.

Es Krim Vanila
Penggemar es krim vanila merupakan pribadi yang berani ambil resiko dan bermotivasi tinggi di tempat kerja. Mereka berselera klasik, seperti mendengar musik klasik, dan menonton film dokumenter. Mereka juga tidak mudah berpaling ke sesuatu yang trendi, punya pendirian.

Es Krim Strawberry
Anda yang menggilai es krim strawberry adalah seorang pemalu dan setia. Jika diterjemahkan dalam lingkungan kerja, Anda adalah karyawan yang berdedikasi dan bekerja serius. Anda juga ambisius, menerapkan standar tinggi, dan menjaga hubungan yang sehat dengan atasan.
Saat santai, strawberry lovers menikmati berselancar di dunia maya, mendengar music R&B, juga hip hop.

Jika Anda suka semua rasa? Silahkan Anda pilih karakter yang paling mendekati.