Rabu, 12 November 2008

Foto Dokumentasi

Di kalangan kita, setiap kejadian atau situasi yang dijumpai di manapun tempatnya adalah sebuah kenangan yang mampu membangkitkan rasa romantisme tersendiri, terlebih jika apa yang dilakukan saat itu tidak mungkin terulang diwaktu yang akan datang.
Cerita dari mulut ke mulut mungkin cukup menarik untuk disimak, apalagi jika dibumbui sedikit agak mengada-ada alias mendramatisir keadaan, tapi bagaimana jadinya bila kita hanya sedikit berbicara dan membiarkan media visual yang bercerita?.
Akankah audiensi (pendengar) tetap akan tertarik dengan narasi yang panjang lebar dari pada foto-foto yang lebih objektif dan jujur ?.Suatu hari ada beberapa orang teman yang dengan bersemangat menceritakan kisah-kisah petualangannya, sementara beberapa orang lain yang mendengarkan tampak berkerut dahinya; mencoba membayangkan situasi yang dialami oleh pencerita.
Tampaknya si pencerita mengerti bahwa orang-orang disekelilingnya masih belum mengerti dan dia mencoba mengarahkan semua bahasa tubuhnya agar dapat dimengerti, sehingga terlihat seperti seorang aktor yang ketinggalan skenario, tapi apa yang terjadi?
Pendengar hanya manggut-manggut bingung, dengan rasa putus asa, akhirnya pencerita tersebut menyerah dan bergumam "andaikata saya bawa kamera waktu itu".Nah, dari sedikit pengalaman tersebut, ternyata kata-kata saja tidak cukup untuk dapat memberikan gambaran tentang situasi dan kondisi yang ingin disampaikan, kejadiannya akan lain jika pencerita tersebut menyodorkan serangkaian foto kegiatannya, yang muncul justru pendengar (audience) tersebut akan aktif bertanya sehingga pembicaraan akan lebih hidup dan menarik, dan tak kurang dari mereka akan berdecak kagum bila gambar-gambar yang disajikan terasa fantastis bagi mereka.
Permasalahannya, bagaimana kita membuat gambar/foto dokumentasi yang mampu bercerita dengan baik?Untuk membuat foto/gambar dokumentasi tidaklah harus seorang fotografer profesional, tidak juga harus dengan menggunakan peralatan fotografi yang mahal, seperti kamera SLR, kamera digital atau kamera mahal lainnya. Apabila kita cukup teliti dan mengerti dengan kamera pocket/saku kita dapat menyajikan gambar-gambar yang cukup baik, meski tidak bisa dipungkiri penggunaan peralatan standar diimbangi dengan pengetahuan yang cukup akan membuat hasil suatu foto akan lebih bagus.Sebenarnya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang dokumentator dalam merekam moment-moment yang ada didepannya. Beberapa diantaranya adalah seorang dokumentator harus menguasai peralatan dokumentasinya, termasuk didalamnya adalah pemahaman karakteristik dan fungsi-fungsinya. Dengan kamera saku misalnya, dia harus mengetahui berapa jarak maksimum-minimum obyek yang harus diambil, kekuatan blitznya, spesifikasi ASA, dan lain sebagainya.Seorang dokumentator juga harus mengetahui moment-moment apa yang harus dia ambil, sebaiknya setiap moment yang direkam mampu mewakili keseluruhan kegiatan.Pencahayaan sudut pengambilan, terkadang ada beberapa moment yang terasa hambar dengan sudut pengambilan yang kurang tepat.
Pembingkaian gambar, tidak sedikit foto-foto yang dijumpai di album terdapat potongan tangan, kaki, telinga atau hidung orang yang kita tidak pernah tahu siapa pemiliknya, dan hal tersebut sering membuat jengkel para penikmat foto dokumentasi kita.Namun juga ada bagusnya, bagusnya jika dokumentator belajar tentang teknik-teknik fotografi, agar hasil dokumentasinya lebih maksimal.
Yang terakhir, harus diingat, biasakan berpikir bahwa hasil rekaman kita tidak hanya dinikmati oleh komunitas kita saja tetapi juga untuk laporan kita pada pihak yang membutuhkan! Syukur-syukur bisa dikonsumsi oleh masyarakat umum (dipublikasikan). Yang pasti agar kita tidak asal jepret ini dan itu yang tidak berguna.Jangan pernah lupa untuk membuat konsep/skenario pendokumentasian agar kita tidak kelabakan ketika kehabisan film, dan yang pasti agar kita tahu kapan frame terakhir akan kita jepretkan.



Selama ini mungkin bayangan kita mengenai foto dokumentasi sebuah acara resmi adalah foto-foto monoton yang kaku, dengan hanya menampilkan pembicara dan audiens saja.
Seiring dengan perkembangan di dunia fotografi dan semakin terbukanya pemikiran masyarakat mengenai seperti apa foto yang enak dipandang mata, maka foto-foto dokumentasi bisa dibuat
"art dokumentasi.
Yang perlu diperhatikan dalam membuat foto dokumentasi berseni :
1. perhatikan sekeliling, apakah ada yang menarik, misalkan wanita cantik, pria tampan, anak anak lucu, orang yang sangat tua.
2. perhatikan sekeliling apakah ada yang sangat menonjol dan berbeda, misalkan ibu ibu tua yang berdandan anak muda, orang yang memakai baju berbeda padahal yang lain seragam.
3. mainkan ekspresi foto pembicara/tokoh sentral
4. gunakan sudut sempit dan sudut lebar saat memfoto audiens.
5. perhatikan arah cahaya, perhatikan intensitas cahaya. Bila diperlukan gunakan flash untuk memperkuat objek.
6. jangan ragu untuk mengarahkan objek meski objek itu presiden sekalipun.














Seringkali foto-foto hasil dokumentasi kita terbengkalai begitu saja setelah terlebih dulu kita puas memandangnya. Karena bosan atau kita tidak memerlukannya lagi. Tapi ketika suatu waktu kita membutuhkannya untuk laporan atau untuk keperluan lain, kita jadi kelabakan.
Bongkar sana, bongkar sini hanya untuk mencari album foto atau sekeping VCD yang berisi kegiatan.
Berikut ini ada satu format untuk mengarsip foto ataupun VCD hasil dokumentasi kita.

Nama kegiatan :
Tanggal :
Tempat :
Siapa yang mengikuti :
Mengapa/tujuan kegiatan :
Bagaimana kegiatan ini berlangsung :
Album foto/rak VCD no :
Nama album foto/label VCD :



Fotografi dan Videografi Dokumenter oleh Yupiter Sulifan (wartawan Tabloid KERJA dan pewarta di kabarindonesia.com) disampaikan dalam acara In House Training di Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran Surabaya, 14-15 Nopember 2008.
Nama : Yupiter Sulifan

Alamat : Jl. K. Zainal Abidin No.13 RT:02/01
Tambaksumur Waru Sidoarjo

Telp. : 70822437

Aktifitas :
1. Wartawan/fotografer di TOP Grup Media 1999 - 2002
2. Wartawan harian Surabaya Pagi 2002 - 2007
3. Wartawan/fotografer tabloid KERJA 2008
4. Pewarta di www.kabarindonesia.com 2006 - 2008
5. Pelatihan Fotografi Jurnalistik PWI 1992 di Jakarta (peserta)
6. The Best Fotografer 2007 versi kabarindonesia.com

Tidak ada komentar: