Selasa, 04 November 2008

CEGAH BANJIR, WARGA KELOLA SAMPAH 04:31 Sabtu, 1 November 2008

CEGAH BANJIR, WARGA KELOLA SAMPAH 04:31 Sabtu, 1 November 2008
SIDOARJO - Pengalaman kebanjiran tahun lalu rupanya menjadi trauma tersendiri bagi warga yang tinggal di sepanjang pinggir Kali Buntung Waru Sidoarjo. Banjir tahun lalu yang merendam rumah-rumah mereka seakan menyadarkan warga akan pentingnya mengelola lingkungannya. Terutama menjaga kelancaran aliran air.Kebiasaan membuang sampah di kali saat ini sudah berangsur hilang. Bahkan sekarang sudah ditabuh genderang melawan sampah yang ada di sungai. Seperti yang dilakukan warga desa Bungurasih kecamatana Waru. Mereka beramai-ramai membersihkan sampah di sungai terutama yang tersangkut di jembatan yang melintang di jalan A. Yani Waru. "Dari sampah yang nyangkut di jembatan inilah biasanya banjir datang. Selain sampah rumah tangga juga tanaman enceng gondok memenuhi permukaan air sungai. Setiap saat kami lakukan pembersihan di daerah ini. Terutama bila hujan deras, sampah datang tak terbilang jumlahnya, biasanya kami langsung kerja bakti membersihkannya," kata Didin warga Bungurasihm kepada wartawan, Jumat (31/10) Banjir yang menggenangi puluhan rumah warga tahun lalu di Bungurasih disebabkan aliran air mampet yang bersumber dari menumpuknya sampah di bawah jembatan jalan A. Yani tadi. Akibatnya air meluber ke permukiman warga. Upaya pencegahan banjir juga dilakukan warga desa Kedungrejo terutama dikawasan RW 03. Banjir yang menggenangi rumah warga didesa ini dikarenakan sampah warga yang meluber hingga ke sungai. Ini mengakibatkan aliran air sungai mampet yang akhirnya masuk ke rumah warga. Jalan keluar yang dilakukan warga yakni dengan membangun tempat penampungan samapah sementara dengan tembok yang tinggi. Sehingga sampah yang menggunung tidak akan meluber ke sungai. Hal serupa juga dilakukan aparat desa Tambaksumur. "Karena tembok tempat penampungan sampah masih pendek akhirnya kami tinggikan sehingga sampah tidak akan meluber ke sungai. Dan sampah yang terbuat dari plastik kami anjurkan untuk dibakar pada malam hari," ujar M. Imron, Kepala Desa Tambaksumur Upaya pembakaran sampah juga dilakukan warga desa Kepuhkiriman, Wedoro, Gedongan dan Berbek. Keempat desa yang merupakan sentra usaha sandal dari spon ini sudah sepakat tidak akan membuang sampah sisa spon sandal ke sungai. "Sudah sejak lama saya mengitrukasikan ke warga agar membakar sisa sampah spon bekas membuat sandal. Bila ada warga yang ketahuan membuang sampah spon sandal ke sungai maka akan kami denda sekaligus kami suruh mengambil lagi sampahnya yang sudah terlanjur dibuang di sungai tadi," terang Aminulloh Hasan, Kepala desa Kepuhkiriman yang mayoritas warganya pengrajin sandal. Mereka berharap upaya yang dilakukan selama ini tentang pengelolaan sampah akan berdampak pada tidak adanya banjir di kawasan permukiman mereka. her/kp008 (KP008@01/11/2008 04:31)
dimuat di situs antaranews.com

Tidak ada komentar: