Minggu, 21 Agustus 2011

Didin Rahmad Putra, S.Pd, Guru Geografi MA Darul Ulum Waru: Diajarkan Sesuai Kematangan Usianya

Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh mengatakan masalah Keluarga Berencana atau KB dan kependudukan akan dimasukkan dalam kurikulum nasional mulai tahun ajaran baru mendatang. Selain dimasukkan dalam kurikulum nasional juga masuk dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Tujuan memasukkan masalah KB dan kependudukan kedalam kurikulum pendidikan nasional adalah untuk mengubah pola pikir masyarakat melalui generasi muda mengenai berbagai hal tersebut.
Dengan memasukkan masalah KB dan kependudukan kedalam kurikulum nasional maka anak didik kita akan mendapatkan pelajaran mengenai demografi, dan lain sebagainya sejak usia dini. Kurikulum mengenai KB dan kependudukan akan diterapkan sejak dini dan kemungkinan dari tingkat sekolah dasar atau sekolah menengah pertama. Sehingga pendidikan KB dan kependudukan bisa dioptimalkan di sekolah-sekolah umum baik milik pemerintah maupun swasta.
Sebetulnya, materi KB sudah sejak lama masuk dalam kurikulum sekolah. Materinya tercakup ke dalam pelajaran Biologi. Namun penjelasannya hanya sepintas dan tidak mendalam. Tapi, porsi itu dipandang cukup untuk ukuran siswa SMP dan SMA sebagai pengetahuan awal.
Kalau kita teliti lebih mendalam, soal KB sudah ada sejak lama. Hanya saja materinya baru sampai ke pembatasan kelahiran, belum sampai mengenai jenis-jenis obat. Bukankah pendidikan kesehatan reproduksi sudah tercakup ke dalam materi biologi yang dipelajari siswa selama ini. Namun jika Kemendiknas berencana memasukkan materi KB secara utuh, hal ini tidak jadi masalah.
Soal jam pelajaran, memang tidak perlu ada alokasi khusus untuk mata pelajaran KB. Menurutnya, sebaiknya materi KB diintegrasian dengan mata pelajaran yang berkaitan, misalnya geografi yang saat ini ada bab kependudukannya. Ataupun digabung dalam mata pelajaran biologi untuk SMP sementara untuk SD dimasukkan ke sains.
Bila dirunut sejarahnya, program KB ini telah dirintis sejak tahun 1970 dan hingga kini masih sangat dibutuhkan untuk mengendalikan jumlah penduduk. Namun masih banyak kendala di lapangan sehingga Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) masih harus kerja keras mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Oleh karena itu menggarap potensi masyarakat pada usia sedini mungkin dengan menyelipkan pesan-pesan agar mereka mulai bersikap menuju norma keluarga kecil. Ke depan Program KB harus ditambah sasaran, bukan hanya yang sudah memiliki anak tetapi lebih diprioritaskan anak-anak.
Anak-anak itu harus mulai diberi pemahaman betapa susahnya keluarga beranak banyak dan punya dua anak saja itu lebih baik. Nah, caranya harus menyediakan buku-buku bacaan anak-anak yang di dalamnya diselipkan pesan-pesan norma keluarga kecil. Jadi sikap dan perilaku itu bisa tertanam sejak kecil.
Keluarga kecil itu, paling tidak akan memberi kesempatan lebih banyak bagai anak-anak untuk mendapat pendidikan layak. Jadi pesan-pesan yang diselipkan bukan mengajarkan soal kontrasepsi saja, tetapi yang diceritakan adalah kehidupan yang susah bagi keluarga yang banyak anak.
Misalnya, ini soal kecil saja, keluarga yang anaknya banyak kalau dapat kue dan harus dibagi bagiannya kan jadi kecil-kecil, coba kalau anaknya cuma dua. Nah, untuk anak-anak remaja bisa dibuat cerita bergambar, komik, dan novel. Kita juga bisa menitipkan pesan ini dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Jadi intinya, guru harus pandai-pandai mengemas pelajaran kependudukan terutama soal keluarga berencana ini sesuai dengan tingkat kematangan usia peserta didik. YUS

Tidak ada komentar: