Senin, 22 Agustus 2011

Profesi: Tukiyar, Mitra Bestari Tabloid PENA di Kecamatan Taman: Paling Anti Melewati Jalan Layang

“Ribuan kilo jalan yang kau tempuh, lewati rintang demi PENA mediaku….”
Sepenggal lirik lagu Ibu-nya Iwan fals yang sedikit diplesetkan tadi rupanya sangat tepat untuk diterimakan ke Tukiyar. Tukiyar? Siapakah dia? Bagi insane pendidikan di kawasan kecamatan Taman, nama Tukiyar sudah tidak asing lagi.
Ya benar, Tukiyar, pria yang kesehariannya berdinas di UPTD Pendidikan kecamatan Taman ini hampir setiap bulan sekali mengunjungi sekolah-sekolah diseluruh wilayah kecamatan Taman. Kunjungan ke sekolah ini dalam rangka mengantarkan tabloid pendidikan Sidoarjo “PENA”. Dan yang sangat manarik perhatian, ketika mengantarkan PENA ke sekolah-sekolah, Tukiyar tidak mengendarai sepeda motor melainkan sepeda kebo (sepeda onthel yang kerap disebut sepeda onta).
Tetesan keringat yang keluar tatkala mengayuh sepeda kebo kesayangannya ini demi mengantarkan PENA ke penjuru kecamatan Taman. Tak kurang dari 163 sekolah yang harus Tukiyar kirimi PENA yang terdiri dari TK 84, 47 SD, 15 SMP, 6 SMA, 9 SMK dan 2 Madrasah Aliyah.
“Kalau cuaca mendukung artinya tidak sedang hujan dalam satu minggu semua tabloid PENA sudah terkirim di sekolah-sekolah yang dimaksud. Sering juga pengiriman tabloid dengan kwitansi tidak bersamaan dari kabupaten jadi saya harus balik ke sekolah tadi, ini yang bikin molor pengiriman PENA,” tutur Tukiyar yang baru empat bulan menangani distribusi tabloid PENA di kecamatan Taman ini.
Sepeda Bakul Es Tape
Tatkala disinggung soal cara ngirim tabloid PENA dengan mengayuh sepeda kebo ini, Tukiyar menjawab singkat,”Keliatannya saya ini sudah bosan naik sepeda motor berplat merah dan pingin naik sepeda pancal dan pilihan saya ke sepeda kebo karena kelihatan kuat dan antic,” ujar Tukiyar yang tempat tinggalnya dikawasan Taman.
Sekitar tujuh tahun yang lalu Tukiyar berburu sepeda kebo dan kebetulan ada seorang pedagang es tape di daerah Wage yang ingin menjual sepedanya. Setelah terjadi kesepakatan maka sepeda kebo ini dibeli dengan harga Rp 400 ribu. “Awalnya ada beberapa bagian sepeda yang harus diganti hingga saya nambahi asesorisnya mulai bel elektronik, bel manual hingga sound system yang diletakkan dibelakang sepeda. Kalau dihitung dengan uang maka semuanya tak akan terbilang tapi karena saya suka ya akhirnya tidak terlalu berat biayanya,” kata Tukiyar yang merek sepeda kebonya NORTON 1931 pada PENA disela istirahat siangnya dikantor UPTD pendidikan kecamatan Taman.
Soal perawatan bapak satu putra ini sangat memperhatikannya, setidaknya setiap pagi sepeda kebonya di lap hingga cling. “Setiap tiga hari sekali saya semir dengan semir sepatu biar catnya awet,” tambah Tukiyar. Faktanya, walau hari berdebu tapi sepeda kebo Tukiyar masih cling dan buah dari ketekunannya merawat sepeda, tahun 2007 yang lalu sepeda Tukiyar ini meraih juara harapan 1 sepeda antic di lomba gerak jalan Mojokerto-Suroboyo.
Anggota PASONA DESTRO (Paguyuban Sepeda Nasional Desa Trosobo) ini begitu antusias mengikuti berbagai kegiatan yang dilakukan sesama pemilik sepeda kebo lainnya. Setidaknya, ada pertemuan seminggu sekali dan jalan-jalan mengelilingi kota Sidoarjo.
Puluhan kilometer jarak pengiriman PENA, bagi Tukiyar hal ini tidaklah berarti dengan kebanggaan dia mengayuh sepeda kebo ini. Walau begitu, beberapa duka pernah dialami Tukiyar dengan sepeda kebonya ini. “Saya pernah nabrak sepeda motor juga pernah ditabrak sepeda motor. Tapi keduanya saya malah dapat ganti rugi, entahlah mungkin lihat wajah saya yang melas lagi lucu ini maka mereka malah memberi saya uang ganti rugi,” ucap suami Jaminem sambil terbahak.
Ada satu yang menjadi phobi bagi Tukiyar tatkala mengirim tabloid PENA, apa itu? “Saya paling berat kalau ngirim PENA ke daerah Wage, karena harus melewati jembatan layang. Ngayuhnya itu lebih berat daripada saya harus mengayuh ke daerah Pertapan yang jaraknya tujuh kilometer. Karena demi tugas ya saya ayahi juga hingga PENA bisa di sekolah yang dituju,” ujar Tukiyar sambil menerawang jauh membayangkan pengalamannya itu.
MC Handal
Kreatifitas yang ditunjukkan Tukiyar bisa membuat orang lain tersenyum bila bertemu dijalan raya. Dengan mengendarai sepeda kebo modiv, memakai rompi hitam dan bertopi laiknya topi mener jaman Belanda, Tukiyar dengan entengnya mengayuh sepeda kebonya.
Rupanya dibalik keunikan ini, Tukiyar memiliki satu bakat yang sangat besar yakni menjadi Master of Ceremoni (MC). “Saya itu spesialis MC siraman manten, tingkeban, temu manten, khitanan hingga mbuka kawah. Saya minat sekali untuk belajar MC ini,” kata Tukiyar yang pernah ikut kursus MC di tahun 1997.
Diawal karier MC-nya, tiga minggu setelah kursus Tukiyar sudah mendapat order MC di acara manten. Di bulan besar, order MC-nya berjibun. Bahkan untuk bulan Syawal ini, job manggung Tukiyar sudah menumpuk. “Ya semoga saya ini diberi kesehatan oleh Gusti Alloh agar bisa melaksanakan semua tugas yang diberikan ke saya,” harap Tukiyar. Semoga sukses di PNS-nya juga sukses dan lancar job manggungnya. YUS
Caption:
1. Tukiyar bersama sepeda kebo yang dibelakangnya ada tabloid PENA, siap mengantar hingga sampai tujuan.
2. Tukiyar bangga dengan sepeda kebonya. (foto-foto:Yupiter Sulifan)

Tidak ada komentar: