Jumat, 11 Januari 2013

Cara Bijak Kembalikan Air Ke Alam


Air adalah sumber kehidupan manusia. Begitu berharganya air hingga ada kelakar, orang bisa mati kehausan daripada mati kelaparan. Kita dapat hidup 2-3 minggu tanpa makan tapi hanya 3 hari tanpa air. Semua orang tahu kalau air itu adalah kebutuhan pokok yang selalu menemani setiap saat.
Dalam satu hari rata-rata seseorang membutuhkan air bersih sedikitnya 27,7 liter. Kira-kira 1,6 liter digunakan untuk air minum, kemudian 6,8 liter untuk membersihkan badan, dan sisanya untuk sanitasi dan mempersiapkan masakan sehari-hari. Dari total berat badan, 65% tubuh manusia adalah air. Sebagian besar air itu terdapat di darah dan di antara sel-sel tubuh, sedangkan sisanya penting untuk organ-organ tubuh. Sementara itu, kandungan air dalam otak kita sekitar 90%, jantung dan paru-paru 79%, otot atau daging 76%, liver 70% bahkan gigi yang keras sekalipun sebenarnya 10%-nya adalah air.
Fakta lain tentang air diantaranya adalah kurangnya akses terhadap air minum, sanitasi dan rendahnya hygiene menyebabkan penduduk di negara berkembang, terutama anak-anak meninggal setiap tahunnya, lalu pada 10 tahun terakhir, penyakit diare membunuh anak-anak lebih banyak dibandingkan jumlah korban perang dunia II.
Di negara Cina, India dan Indonesia jumlah penduduk yang meninggal akibat diare mencapai 2 kali jumlah penduduk yang meninggal akibat HIV/AIDS. Lain lagi dengan korban perang di Afrika pada tahun 1998, sekitar 308 ribu penduduk yang meninggal akibat perang tetapi lebih dari 2 juta penduduk meninggal akibat penyakit diare. Setiap tahun lebih dari tiga juta orang di dunia meninggal karena penyakit terkait air.
Sementara itu studi di Karachi menunjukan bahwa penduduk yang tinggal di suatu daerah tanpa sanitasi yang memadai dan tidak mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai hygiene memerlukan dana untuk pengobatan kesehatan sebanyak 6 kali dibandingkan tinggal di daerah yang memiliki fasilitas sanitasi. Lalu kaum perempuan di Afrika dan Asia menempuh jarak 6 km dengan berjalan kaki untuk mengambil air dari sumber. Mereka membawa air tersebut diatas kepala dengan berat rata-rata 20 kg.

Masalah Air
Ekploitasi berlebihan air karena peningkatan populasi maupun penggunaan yang semakin konsumtif /boros. Sejak tahun 1950, secara global penggunaan air telah berlipat sebanyak tiga kali, dua kali lebih cepat dari peningkatan jumlah penduduk. Tinggi muka air tanah di semua benua saat ini telah mencapai titik terendah dalam sejarah. Berkurangnya sumberdaya air diperkirakan akan menjadi tantangan yang paling mendasar bagi keberlanjutan manusia pada abad 21.
Pengerasan tanah, bangunan - bangunan beton, penggundulan hutan dan penggantian hutan alam menjadi hutan industri telah mengurangi pasokan air kedalam tanah ( menjadi air tanah) ini dikarenakan kemampuan menangkap air hutan industri yang homogen jauh lebih kecil daripada hutan alam (heterogen).
Menurunnya kualitas air diantaranya diakibatkan oleh limbah manusia dan industri, limpasan air kota, pupuk kimia air buangan, logam berat dan pestisida meracuni laut kita dan mengkontaminasi sungai dan air tanah. Penyebaran ini sering mencapai jauh dari daerah asalnya karena bahan pencemar terbawa sungai, arus laut dan uap air di udara. Pembakaran bahan bakar fosil yang digunakan untuk menghasilkan energi telah menyebabkan hujan asam mengkontaminasi saluran-saluran air kita.
Berkurangnya kadar air tanah di sejumlah wilayah, air sumur yang terkontaminasi dengan zat-zat yang mempengaruhi kualitas air dan tidak adanya sumber mata air yang mengalir dari dalam tanah sehingga sumur menjadi kering dan tidak adanya sumber mata air ketika digali untuk membuat sumur.
Kelangkaan air tanah tidak hanya terjadi di kota-kota besar saja, namun banyak juga daerah-daerah di sejumlah pedesaan yang kekurangan sumber air bersih, sumber air yang mereka miliki cenderung berbau dan berwarna kuning. Ada banyak beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas sumber air dirumah kita, seperti lingkungan yang berdekatan dengan pabrik, sawah, kolam dan kondisi tekstur tanah.
Air tanah adalah air alami yang kita dapat sangat berbeda dengan sumber air yang telah melalui proses, jika dilingkungan rumah kita hanya terdapat sumber air yang dialiri bukan dari sumber air tanah maka mempergunakannya dengan sangat bijkasana adalah cara yang terbaik.
Munculnya kesadaran diri untuk membuat sumur resapan untuk memenuhi kebutahan air minum, jika lahan tidak memungkinkan untuk membuat sumur resapan, hal ini bisa dirundingkan dengan warga sekitar untuk bersama-sama membuat sumur resapan untuk kepentingan bersama-sama.
Dengan adanya sumur resapan ini sangat membantu kita akan kebutuhan air minum. Selain untuk pemenuhan kebutuhan air minum, juga untuk :
1.      Pelestarian sumber daya air tanah, perbaikan kualitas lingkungan dan membudayakan kesadaran lingkungan.
2.      Membantu menanggulangi kekurangan air bersih.
3.      Mengurangi limpasan permukaan (run off) dan erosi tanah.
Selain tujuan diatas juga banyak manfaat dari sumur resapan ini, dimana zaman sekarang sangat jarang ditemui sumur tradisional seperti yang masih dipergunakan di desa-desa. Dimana sumur resapan adalah salah satu cara konservasi, caranya dengan membuat bangunan berupa sumur yang berfungsi untuk memasukkan air hujan kedalam tanah, sehingga mempunyai manfaat untuk menambah jumlah air yang masuk kedalam tanah sehingga dapat menjaga keseimbangan hidrologi air tanah yang dapat mencegah intruisi air laut, mencegah pencemaran air tanah, mempertahankan permukaan air tanah, mencegah banjir, dan mencegah terjadinya penurunan tanah.
Usaha untuk mengembalikan air ke alam dengan cara yang bijaksana dan bisa dilakukan semua orang yakni dengan membuat tempat tampungan air limbah rumah tangga. Teknik yang dipergunakan dengan membuat sumur yang dasarnya diberi filter dari bahan-bahan alami. Tujuan dari filter alami ini adalah menyaring air limbah rumah tangga sehingga bahan padat yang bercampur dengan air tidak turut meresap ke tanah. Dan air yang meresap ke tanah adalah air bersih. Sedangkan bahan padat yang tertinggal bisa dimanfaatkan untuk bahan pembuatan kompos.
Adapun susunan filter yang ada didasar sumur penampung limbah air ini adalah bagian dasar pasir kali, tumpukan ijuk, batu koral, pecahan genting lalu bagian atas diberi tatanan batu bata. Jadi kalau dilihat dari atas maka yang terlihat adalah tatanan batu bata. Setidaknya dengan cara seperti ini kita bisa mengembalikan air tidak dalam keadaan kotor dan sia-sia tetapi tersaring dan langsung meresap ke tanah.     

Water Culture
Water culture diartikan sebagai kepahaman masyarakat sosial tentang masalah pemanfaatan air dan konservasi air yang ada disekitar mereka. Disamping itu juga kepahaman masyarakat terhadap air dan seluruh sumber dan tata air serta perilaku mereka terhadap sumber dan tata air tersebut. Lebih jauh lagi yaitu kepahaman masyarakat tentang keterkaitan antara air dengan ekologi termasuk masalah sosial dan ekonomi. Membudayakan kultur air ini tentunya tidak semudah membalikkan tangan, salah satu proses yang harus terus menerus dikembangkan adalah dimulai dengan pendidikan formal maupun non formal tentang pentingnya air, kegunaan air, pengelolaan air.
Tanpa ada upaya membudayakan kesadaran seluruh masyarakat bahwa air merupakan hal yang sangat penting dan perlu dilindungi dan dijaga dengan metode-metode yang dikuasai masyarakat, maka tidak akan ada satu instansi maupun pemerintah sekuat tenaga apapun yang mampu menyelamatkan air dan seluruh komponen lingkungan terkait, termasuk manusia.
Terakhir, dua sisi air yang sangat bertolak belakang, dibutuhkan untuk kelangsungan kehidupan dan dihindari ketika bencana besar datang adalah salah satu fenomena yang tampak jelas terdapatnya hubungan yang kuat antara air dan kehidupan. Walaupun demikian infrastruktur untuk air semacam hutan, daerah resapan dan daerah lepasan menjadi satu kewajiban untuk dijaga agar kehidupan masih bisa mengalir dengan seimbang.

Tidak ada komentar: