Minggu, 25 Desember 2011

Berita PENA Januari 2012


Juni Eko Sulistianingari, Komite Sekolah SDN Pepelegi I Waru
Biaya Pendidikan Diminimalisir
Setiap kali terjadi pergantian tahun baru, selalu banyak harapan yang diinginkan banyak pihak, tak terkecuali harapan dalam dunia pendidikan. Termasuk di tahun 2012 ini, pada intinya harapannya kualitas pendidikan di Sidoarjo harus semakin baik dari tahun 2011 yang lalu.
Semakin baik dari berbagai segi terutama dalam melayani masyarakat. Terlebih setelah ada sertifikasi guru ini, masyarakat banyak berharap kualitas guru dalam memberikan pelayanan pendidikan ke anak didik juga harus semakin baik.
Baik itu guru kelas, guru bidang studi ataupun guru pembimbing ekstrakurikuler. Khusus untuk guru pembimbing ekstrakurikuler, sedapat mungkin dicarikan tenaga yang benar-benar profesioanl dan kompeten dibidangnya bukan sekedar ada guru yang bisa dibidang itu. Kalaupun ada guru yang memang benar-benar kompeten dibidang tertentu itu kesungguhan dalam mengajarnya juga harus ada. Misalnya, perihal ketepatan waktu mengajarnya bukan sekedar sebagai ‘sambilan’.
Harapan sebagai komite, memang tidak banyak dan tidak muluk-muluk. Yang diinginkan komite sekolah itu agar bisa berkarya dan bekerja seiring sejalan dengan pihak sekolah. Bukankah keberadaan komite sekolah itu sebagai mitra sejalan dengan pihak sekolah dalam mensukseskan program-program kerjanya. Juga suara komite sekolah itu sesekali disampaikan ke diknas perihal usulan untuk kemajuan pendidikan.  
Karena tidak sedikit keluhan wali murid yang disampaikan ke komite sekolah yang sejatinya esensi dari keluhan ini sangat baik bahkan sebagai koreksi dari program-program yang dijalankan baik dari pihak sekolah maupun diknas.
Keberhasilan program itu bisa terlihat manakala sudah dilaksanakan dan mendapat respon posistif serta membawa manfaat bagi semua pihak. Dengan adanya laporan dari wali murid yang disampaikan melalui komite sekolah ini berarti ada kepedulian dari masyarakat tentang program sekolah/pendidikan.
Melaporkan keluhan bukan berarti tidak suka, mengkritik bukan sama dengan tidak senang melainkan ini program kerja ini berjalan lebih baik dan berdaya guna.
Justru kalau tidak ada keluhan atau usulan, kritikan dari wali murid, hal ini sangat membahayakan terutama pada keadaan peserta didik. Untuk itulah komite sekolah bahu membahu dengan pihak sekolah demi untuk kesuksesan program kerjanya.
Tahun baru juga diharapkan menjadi pijakan awal bagi peserta didik untuk lebih bisa memahami potensi kemampuan yang dimilikinya. Life skill, kecakapan hidup yang dimiliki peserta didik seharusnya bisa secara dini dideteksi guru-gurunya. Sehingga kegiatan pengembangan diri atau ekstrakurikuler yang diberikan ke peserta didik tidak sia-sia malah akan menjadikan peserta didik lebih kreatif. Terlebih didukung oleh pembina yang sangat professional dibidangnya tadi, lengkap sudah.
Bantuan BOS dari pemerintah kalau bisa jumlahnya lebih besar karena dari tahun ke tahun kebutuhan untuk kesuksesan pendidikan peserta didik makin bertambah. Selain itu mekanisme pencairannya dipermudah dengan konsekuensi monitoring dan evaluasi tentang penggunaan dana BOS juga diperketat. Ini akan bisa mencegah penyalahgunaan dana BOS bukan pada bagian yang semestinya.
Harapan masyarakat agar biaya pendidikan dapat diminimalisir ini sangatlah besar. Apalagi pihak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh berjanji akan mengeluarkan Peraturan Menteri yang khusus mengatur pembiayaan di tingkat pendidikan dasar sampai tingkat pendidikan tinggi. Peraturan tersebut rencananya akan mulai diberlakukan pada tahun 2012.
Bila pembiayaan pendidikan diminimalisir ini merupakan jawaban atas banyaknya aksi pungutan yang terjadi di satuan pendidikan. Hasil survey yang dilakukan Kemendikbud menyatakan bahwa masih banyak sekolah sekolah yang melakukan pungutan, meskipun sudah menerima Dana BOS. Hal ini akhirnya berujung meresahkan masyarakat luas. YUS

Choirul Anam, S.Pd, Guru SDN Sedati Gedhe  II Sedati
Tambah Pengalaman dan Wawasan
Karena kualitas pendidikan tidak kunjung meningkat secara signifikan setelah lebih satu dekade otonomi daerah maka pemerintah berencana melakukan sentralisasi penempatan guru. Pemerintah berencana mengembalikan sistem distribusi guru secara sentralisasi.
Resentralisasi distribusi guru bukanlah persoalan sederhana karena tidak hanya menyangkut individu, tetapi juga keluarga guru yang bersangkutan.
Jika pemerintah menetapkan seorang guru harus pindah ke daerah lain, maka seharusnya keluarga guru tersebut diperhatikan juga. Sebab memindahkan guru yang sudah berkeluarga, berarti memindahkan satu keluarga utuh. Dan ini tidak mudah.
Sentralisasi distribusi guru sebenarnya diterapkan ketika masa orde baru. Kemudian, pada masa reformasi, sistem desentralisasi pun diterapkan. Resentralisasi distribusi guru juga tidak mudah karena terkait dengan penerapan Undang-undang Otonomi Daerah.
Apalagi pendistribusian guru saat ini sendiri diatur melalui surat keputusan bersama (SKB) lima menteri yakni Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN RB), Menteri Keuangan, dan Menteri Agama yang isinya mengatur kembalinya pengelolaan guru ke pemerintah provinsi dan pemerintah pusat mulai tahun 2012.
Mulai 2012 pemerintah akan memberlakukan pena­ta­an dan pemerataan guru pe­gawai negeri sipil (PNS) di Indonesia. Pasalnya, selama ini guru ”bertumpuk” di kota-kota besar sehingga di daerah terpencil kekurangan guru.
Apa pun model distribusi guru yang akan diterapkan, ada tiga hal yang sebaiknya diperhatikan. Pertama, sebaran guru harus sesuai kebutuhan tiap daerah. Kedua, ada  jaminan kualitas guru sama di tiap wilayah. Dan ketiga, ada jaminan kesejahteraan bagi para guru, terutama bagi mereka yang mengabdi di tempat terpencil.
Jumlah guru yang ditempatkan di daerah terpencil ada baiknya diperbanyak. Hal ini dilakukan untuk mengatasi ketertinggalan dan pemerataan tenaga pendidikan karena selama ini ada ketimpangan dengan jumlah guru yang ditugaskan di kota.
Dengan penambahan jumlah guru di daerah terpencil ini, permasalahan pendidikan yang terjadi di daerah terpencil diharapkan dapat terselesaikan. Permasalahan tersebut seperti kekurangan tenaga guru dan tingginya angka putus sekolah.
Idealnya, model distribusi terbaru nantinya diterapkan kepada para guru muda yang akan diangkat. Jadi, ada perjanjian hukum sejak awal, bahwa mereka yang diangkat menjadi guru bersedia ditempatkan di daerah mana pun di Indonesia. Sebaliknya, model ini tidak berlaku bagi para guru yang kini sudah mengajar. Tapi bukan tidak mungkin bagi guru-guru yang sudah lama mengajar dan diangkat, rotasi tempat tugas juga cukup baik. Selain sebagai bentuk pengalaman di tempatkan di wilayah yang baru juga akan menambah wawasan. Memang ada beda antara mengajar di daerah terpencil yang minim fasilitasnya dengan mengajar di wilayah perkotaan yang berjibun fasilitasnya.
Guru yang mengajar di wilayah berfasilitas lengkap cenderung dinina bobokkan keadaan dan semangat mengajarnya biasa saja. Tapi kalau tempat tugas mengajarnya berfasilitas yang minim maka akan termotivasi untuk memberikan pengajaran yang terbaik bagi muridnya.
Model penempatan guru diberbagai wilayah ini, juga berlaku bagi guru honorer. Para guru honorer yang bersedia menandatangani dan menjalankan perjanjian untuk ditempatkan di mana pun, akan diberi insentif berupa pengangkatan sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Bila hal ini diterapkan, maka akan mampu mengatasi dua masalah sekaligus, yakni sebaran guru, dan masalah pengangkatan guru honorer. 
Menempati tugas mengajar diwilayah lain sebenarnya bisa juga untuk mengatasi kekurangan jumlah jam mengajar yang minimal 24 jam. Daripada guru repot mengajar di sekolah lain untuk memenuhi minimal waktu mengajarnya lebih baik taat pada aturan ini. YUS

Class Meet dan Hari Ibu di Smanita
Futsal berdaster yang banyak membuat penonton tertawa. (foto:YUS) 
Setelah seminggu bergelut dengan soal Ulangan Akhir Semester Gasal, OSIS SMAN 1 Taman (Smanita) menggelar turnamen antar kelas yang diberi nama Class Meet 2011. Turnamen yang berlangsung mulai tanggal 17 Desember hingga 19 Desember 2011 ini mempertandingkan tujuh perlombaan. Diantaranya futsal berdaster, bola voli, tarik tambang, merias teman tanpa berkaca, lomba dakwah, fotografi dan menulis berita.
Peserta dari turnamen ini siswa kelas X hingga XII, selama acara berlangsung wajah-wajah serius hingga paduan gelak tawa membahana. Seperti terlihat di lomba futsal berdaster, hampir semua pemainnya laki-laki yang memakai daster aneka ukuran, warna dan corak ini jatuh bangun mengejar bola karena langkah kaki yang tidak leluasa.
Penonton juga emngumbar tawa ketika melihat lomba merias wajah teman tanpa berkaca. Dengan syarat si perias harus wanita dan yang dirias laki-laki. Sewajarnya, seseorang yang dirias akan menurut dan diam tapi dilomba yang berlangsung dihalaman sekolah ini malah sebaliknya. Seorang siswa yang akan dirias selalu menolak saat teman wanitanya akan menorehkan lipstick atau bedak. Alhasil, karena sering menolak sang perias sedikit memaksa dan hasil yang didapat wajah siswa ini jadi coreng moreng kena make up.
Penonton juga dibuat tersenyum manakala melihat hasil lomba fotografi dan menulis berita tentang turnamen Class Meet ini. “Kami ingin mengisi kekosongan waktu menjelang penerimaan rapport dengan mengadakan turnamen antar kelas ini sehingga kalah menang bukan tujuan utamanya,” tutur Laras, salah seorang panitia Class Meet yang sekaligus pengurus OSIS Smanita kepada PENA.
Bagi-bagi Bunga
Momen hari Ibu, 22 Desember tidak dilewatkan berlalu begitu saja oleh pengurus OSIS Smanita. Mereka menggelar bagi-bagi bunga kepada ibu-ibu guru dan karyawan Smanita. Haru, bangga, senang dan air mata mengiringi acara pembagian bunga ini. Setidaknya, acara pembagian bunga ini mengingatkan kepada siswa bahwa keberadaan ibu akan selalu dikenang sepanjang kehidupan manusia. YUS


Tidak ada komentar: