Rabu, 04 November 2009

Budaya Suwuk Masih Relevankah?

Satu kebiasaan masyarakat desa atau masyarakat jaman dulu yang saat ini sudah jarang kita temui yakni melakukan pengobatan dengan jalan suwuk. Tatkala anak balita menangis di tengah malam buta, orang tuanya buru-buru mendatangi tetua kampung atau orang yang dipercaya mempunyai ‘kelebihan’ atau ‘orang pintar’ supaya melakukan suwuk.
Dan hanya dengan segelas air putih yang sebelumnya diberi doa-doa atau mantra tertentu si balita tadi langsung reda tangisnya. Dan budaya menyuwukkan anak yang rewel, suhu badannya tinggi ini sudah sejak lama dan turun temurun. Hanya saja, diera digital saat ini banyak orang tua yang sudah tidak mempercayai pengobatan dengan jalan suwuk ini. Mereka menganggap tidak rasional hingga anggapan ketinggalan jaman.
Benarkah budaya suwuk ini tidak rasional dan ketinggalan jaman? Budaya suwuk, yaitu pengobatan yang dilakukan dengan doa-doa memakai perantara air putih atau air ludah si penyuwuk. Ketika jaman Walisongo, salah seorang anggotanya, Maulana Ishaq yang berasal dari Samarkand, Rusia selatan ini adalah seorang ahli pengobatan. Salah satu metode pengobatan yang dilakukan Maulana Ishaq adalah dengan suwuk.
Metode dakwah Maulana Ishaq yakni lewat jalur memberikan pengobatan gratis kepada warga disuatu daerah yang dilewatinya. Hingga suatu saat Maulana Ishaq dipanggil oleh seorang raja di Blambangan yang anaknya sakit keras. Atas ijin Allah, pengobatan yang dilakukan Maulana Ishaq diberi kesembuhan.
Suwuk biasanya dilakukan oleh para kiai yang wira’i, zuhud atau mereka yang mendalami ilmu ketabiban.hampir semua kiai tempo dulu membekali dirinya dengan ilmu suwuk ini.
Praktek menyuwuk biasanya menggunakan wasilah (media) air putih. Paling baik menggunakan air zam-zam. Kalau tidak ditemukan, bisa juga menggunakan air hujan, air sumur disekitar makam wali, atau air sumur di sekitar makam Sunan Ampel Surabaya. Kalau semua itu sulit didapatkan, setiap air putih juga bisa dipakai. Bahkan termasuk air mineral dalam kemasan.
Wadah air dibuka tutupnya didepan kiai, dibacakan doa-doa tertentu lalu ditiupkan ke dalamnya.
Adapun cara penggunaannya: air yang sudah ditiupkan doa didalamnya itu diminumkan kepada pasien. Bisa juga diusap-usapkan ke seluruh tubuhnya, atau hanya ke bagian yang dirasakan sakit, atau dipercik-percikkan di sekitarnya. Biasanya para kiai yang memberikan pengobatan model ini menyertakan pesan:”Jangan lupa minta kesembuhan kepada Allah SWT, karena yang punya kesehatan dan sakit itu hanyalah Allah. Manusia hanya ikhtiar dan obat hanyalah perantara. Allah yang menentukannya.”
Bukti Ilmiah
Keberadaan air dalam dunia pengobatan suwuk ini ternyata menarik minat kalangan ilmuan untuk menelitinya. Guru Besar Fakultas MIPA Unair, Prof. Dr. Ir. Suhariningsih mengatakan bahwa air juga membentuk konfigurasi yang mampu memancarkan gelombang elektromagnetik. Di bidang kimia air memiliki rumus H2O, tetapi bagi ahli fisika konfigurasi atom pembentuk molekul air sangat menentukan informasi yang ada di dalamnya. Setiap molekul air mengandung informasi tertentu. Fenomena yang ada, tergantung dari informasi yang datang. Air dalam struktur tertentu, dapat menjadi informasi yang dibutuhkan oleh tubuh, sehingga bisa bersifat menyembuhkan.
Orang yang belum mengerti hakikat dan karakteristik air sering mengira bahwa pengobatan alternatif dengan cara meminum air yang telah diberi doa sebelumnya, merupakan suatu cara yang tidak ilmiah. Karena itu maka “layak” disebut sebagai cara yang tidak rasional.
Namun, seorang peneliti Jepang terkenal, Dr. Masaru Emoto berhasil membuktikan bahwa air sanggup membawa pesan atau informasi dari apa yang diberikan kepadanya. Bahkan air yang diberi respon positif, termasuk doa, akan menghasilkan bentuk kristal heksagonal yang indah.
Hasil penelitian Masaru Emoto merupakan pengalaman menakjubkan karena membuktikan bahwa air ternyata “hidup” dan dapat merespon apa yang disampaikan manusia.
Melalui penelitian yang dilakukan oleh Masao Emoto di tahun 2006, kristal air yang berbentuk heksagonal, diketahui dapat menyajikan tampilan (view) yang berbeda, bergantung informasi yang diterima. Air yang diberi tulisan doa-doa akan membentuk kristal yang berbeda dengan air yang diberi tulisan stress, atau bahagia. Bahkan, jika suatu air dalam botol kita tempelkan kertas bertuliskan ‘bodoh’, maka air tidak membentuk konfigurasi apapun (kacau).
“Dan Kami ciptakan dari air segala sesuatu yang hidup.” (QS. Al Anbiya : 30). Dalam kitab-kitab tafsir klasik, ayat tadi diartikan bahwa tanpa air semua akan mati kehausan. Tidak berlebihan kalau Dr. Masaru Emoto dari Universitas Yokohama Jepang dengan tekun melakukan penelitian tentang perilaku air.
Air murni dari mata air di Pulau Honshu dido’akan secara agama Shinto, lalu didinginkan sampai -5 derajat C di laboratorium, lantas difoto dengan mikroskop elektron dengan kamera kecepatan tinggi. Ternyata molekul air membentuk kristal segi enam yang indah.
Percobaan diulangi dengan membacakan kata, “Arigato (terima kasih dalam bahasa Jepang)” di depan botol air tadi. Kristal kembali membentuk sangat indah. Lalu dicoba dengan menghadapkan tulisan huruf Jepang, “Arigato”. Kristal membentuk dengan keindahan yang sama. Selanjutnya ditunjukkan kata “setan”, kristal berbentuk buruk. Diputarkan musik Symphony Mozart, kristal muncul berbentuk bunga. Ketika musik heavy metal diperdengarkan, kristal hancur.
Ketika 500 orang berkonsentrasi memusatkan pesan “peace” di depan sebotol air, kristal air tadi mengembang bercabang-cabang dengan indahnya. Dan ketika dicoba dibacakan do’a Islam, kristal bersegi enam dengan lima cabang daun muncul berkilauan. Dr. Emoto akhirnya berkeliling dunia melakukan percobaan dengan air di Swiss, Berlin, Prancis, Palestina, dan hingga akhirnya ia kemudian diundang ke Markas Besar PBB di New York untuk mempresentasikan temuannya pada bulan Maret 2005 lalu.
Ternyata air bisa “mendengar” kata-kata, bisa “membaca” tulisan, dan bisa “mengerti” pesan. Dr. Masaru Emoto menguraikan bahwa air bersifat bisa merekam pesan, seperti pita magnetik atau compact disk. Sebelum Dr. Masaru Emoto menguraikan bahwa air bersifat bisa merekam pesan, seperti pita magnetik atau compact disk, Rasulullah SAW bersabda, “Zamzam lima syuriba lahu”, “Air zamzam akan melaksanakan pesan dan niat yang meminumnya.” Barangsiapa minum supaya kenyang, dia akan kenyang. Barangsiapa minum untuk menyembuhkan sakit, dia akan sembuh.
Semakin kuat konsentrasi pemberi pesan, semakin dalam pesan tercetak di air. Air bisa mentransfer pesan tadi melalui molekul air yang lain. Air mengenali kata tidak hanya sebagai sebuah desain sederhana, tetapi air dapat memahami makna kata tersebut. Saat air sadar bahwa kata yang diperlihatkan membawa informasi yang baik maka air akan membentuk kristal.
Jika kata positif yang diberikan, maka kristal yang terbentuk akan merekah luar biasa laksana bunga yang sedang mekar penuh, seakan ingin menggambarkan gerakan tangan air yang sedang mengekspresikan kenikmatannya.
Sebaliknya, jika kata-kata negatif yang diberikan, maka akan menghasilkan pecahan kristal dengan ukuran yang tidak seimbang. Jadi bisa dibayangkan bagaimana jika air diberi kumpulan kata yang merupakan doa? Dulu, hal tersebut kita anggap musyrik, atau paling sedikit kita anggap sekadar sugesti, tetapi ternyata molekul air itu menangkap pesan do’a kesembuhan, menyimpannya, lalu vibrasinya merambat kepada molekul air lain yang ada di tubuh si sakit.
Seperti kita ketahui, kandungan air dalam tubuh manusia mencapai 70 persen, otak 74,5 persen dan darah 82 persen bagiannya adalah air. Cairan yang ada dalam tubuh manusia, juga akan berpotensi menerima informasi dalam bentuk gelombang halus elektromagnetik. Air tadi akan berproses di tubuh meneruskan pesan kepada air di otak dan pembuluh darah.
Dan sering kita dengar, seseorang setelah minum air yang telah diberi doa oleh kiai, perasaannya menjadi lebih tenang. Bila perasaan tenang maka kesehatan jasmani pun akan turut merasakan ketenangan dan lebih lanjut ini akan berakibat pada kestabilan kesehatan jasmani.
Manfaat Air Ludah
Satu perantara suwuk yakni air ludah, biasanya pengobatan yang menggunakan air ludah ini bila pasien mengalami luka gores atau luka lainnya. Dengan memberi air ludah pada ibu jari lalu diusapkan ke bagian tubuh yang luka maka dalam waktu singkat darah tidak keluar lagi dan lukapun segera kering.
Bagi sebagian orang, air liur seringkali terlihat menjijikkan. Padahal air yang berasal dari dalam mulut itu mempunyai peran penting bagi kesehatan tubuh manusia. Air liur atau saliva sebagian besar diproduksi oleh tiga kelenjar utama yakni kelenjar parotis, kelenjar sublingual dan kelenjar submandibula. Volume air liur yang diproduksi bervariasi yaitu 0,5 – 1,5 liter setiap hari tergantung pada tingkat perangsangannya.
Mengutip Guyton & Hall dalam Textbook of Medical Physiology, air liur atau saliva mengandung dua tipe pengeluaran atau sekresi cairan yang utama yakni sekresi serus yang mengandung ptyalin (suatu alfa amylase) yang merupakan enzim untuk mencernakan karbohidrat dan sekresi mucus yang mengandung musin untuk tujuan pelumasan atau perlindungan permukaan yang sebagian besar dihasilkan oleh kelenjar parotis.
Seperti yang tertulis di The Journal of Federation of America Societies for Experimental Biology (FASEB) bahwa ada satu zat yang ada di air ludah manusia yang bisa mempercepat penyembuhan luka. Ini merupakan hasil penelitian dari Belanda yang mendapati bahwa histatin, protein kecil dalam air ludah yang sebelumnya hanya dipercaya membunuh bakteri bertanggungjawab atas penyembuhan luka. Luka trauma, luka bakar atau luka karena tergores, kemungkinan juga bisa untuk luka diabetes.
Dalam hal pencernaan, air liur berperan dalam membantu pencernaan karbohidrat. Karbohidrat atau tepung sudah mulai dipecah sebaagian kecil dalam mulut oleh enzim ptyalin. Enzim dalam air liur itu memecah tepung (amylum) menjadi disakarida maltosa dan polimer glukosa kecil lainnya.
Misalnya, saat Anda mengunyah nasi yang terasa tawar lama-kelamaan akan terasa manis akibat pecahnya zat tepung menjadi maltosa yang rasanya manis. Selain dalam pencernaan air liur juga berperan dalam kebersihan mulut. Sekresi saliva terutama tipe mucus penting dalam mempertahankan kesehatan jaringan rongga mulut. Rongga mulut berisi bakteri atau kuman patogen (merugikan) yang dengan mudah merusak jaringan dan menimbulkan karies gigi (gigi berlubang).
Air liur juga mencegah kerusakan dengan beberapa cara. Pertama, aliran air liur itu sendiri membantu membuang bakteri atau kuman patogen juga pertikel makanan yang memberi dukungan nutrisi metabolik bagi bakteri itu sendiri.
Kedua, air liur mengandung beberapa faktor yang menghancurkan bakteri salah satunya adalah ion tiosianat dan beberapa cairan proteolitik terutama lisosim yang menghancurkan bakteri,membantu ion tiosianat membunuh bakteri, mencerna partikel makanan dan air liur mengandung antibody protein yang menghancurkan bakteri.
Selain berfungsi untuk kesehatan dalam tubuh, air liur juga diyakini dapat memberikan manfaat bagi luar tubuh. Sejak zaman dahalu, secara naluri ketika ada jari-jari Anda yang terluka akibat tergores pisau,Anda akan mengisap luka tersebut dengan mulut. Hewan pun demikian. Misalnya kucing, monyet, dan anjing, biasa membasuh tubuh dengan air liurnya ketika luka.
Jadi bisa disimpulkan bahwa suwuk, yang menurut beberapa pihak merupakan tindakan yang tidak rasional ternyata mendapat dukungan dari kalangan ilmuan dan mendapat pengakuan secara ilmiah bahwa suwuk mempunyai manfaat yang besar bagi kesehatan manusia.
Bila sudah terbukti secara ilmiah, akankah kita ragu mengamalkan sekaligus melestarikan budaya para pendahulu kita? Dan akankah terus dipertentangkan tentang rasional atau tidak rasional budaya suwuk hingga akhir jaman nanti?
(Yupiter Sulifan, disarikan dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar: