Rabu, 28 Maret 2012

Berita PENA April


Drs. H. Panoyo, M.Pd., Kepala SMAN 1 Taman:
Sama-sama Mau Berkorban

Menorehkan prestasi bagi pelajar tentu saja bukan hanya membanggakan bagi sang siswa dan orang-orang terdekatnya, namun juga tentu saja pihak sekolah. Terlepas dari kemampuan sang siswa meraih prestasi tersebut, kontribusi berupa dukungan dari berbagai pihak termasuk sekolah tentu saja memegang peranan penting sebagai salah satu kunci keberhasilannya. Nah, kontribusi yang diberikan oleh pihak sekolah ini tentu tergantung pada kondisi dan kebijakan sekolah masing-masing. Bentuknya pun bermacam-macam, mulai dari dukungan moril yang sangat penting, sampai bantuan dana.
Pihak sekolah memberikan jalan seluas-luasnya bagi para siswa untuk mengikuti berbagai macam lomba dan mengeksplorasi bakat siswa. Misalnya, tidak mempersulit siswa dalam mendapatkan izin untuk tidak mengikuti beberapa jam pelajaran guna mengikuti lomba. Selain itu, guru-guru juga selalu memberikan dukungan moril yang besar.
Seberapa besar dukungan sekolah bagi siswa yang akan mengikuti lomba memang tentunya cukup berpengaruh secara signifikan bagi sang siswa. Baik secara psikologis maupun teknis.
Secara psikologis, dengan dukungan dari pihak guru-guru misalnya, maupun teman-teman sekolah yang selalu memberikan semangat, maka sang siswa pun tentunya akan lebih termotivasi dalam memberikan usaha ynag terbaik agar dapat mencapai hasil maksimal dalam mengikuti sebuah perlombaan. 
Secara teknis, mengikui lomba kadang memang bukan sebuah perkara mudah. Apalagi jika lombanya diadakan pada jam sekolah. Tentu saja, sang siswa membutuhkan izin dari sekolah untuk tidak mengikuti beberapa jam pelajaran. Nah, disinilah peran dukungan pihak sekolah untuk memudahkan siswa agar bisa mengikuti lomba, tentu saja dengan keterangan resmi bahwa siswa yang bersangkutan sedang mewakili sekolah dalam sebuah perlombaan.
Dukungan sekolah sangat besar. Apalagi support moril. Merupakan kewajiban bagi pihak sekolah termasuk guru-guru untuk menghadiri setiap perlombaan yang diikuti oleh siswanya dalam membawa nama sekolah. Dalam hal ini guru pendamping ataupun pembimbingnya.
kalaupun ada pihak sekolah yang tidak member dukungan kepada siswa saat mengikuti perlombaan, mungkin saja ada pertimbangan tersendiri yang dipegang sekolah. Misalnya, perlombaan yang diikuti siswa tidak atas nama sekolah melainkan atas nama klub. Atau karena factor lainnya.
Siswa bertanding atas nama sekolah maka kewajiban sekolah bukan sekedar dukungan moriil saja melainkan juga soal pendanaan,walau besarnya tidak seberapa tapi ini harus diberikan ke siswa yang bersangkutan.
Juga kepada siswa ketika bertanding dan bersamaan dengan ujian sekolah maka siswa ini harus mau mengikuti ujian susulan, ini konsekuensinya. Jadi antara sekolah dan siswa juga harus sama-sama berkorban yang muaranya untuk kesuksesan siswa baik bidang akademis maupun prestasi non akademisnya.
Penghargaan dari sekolah kepada siswa yang berprestasi memang harus ada walau itu berupa uang yang tak seberapa besar ataupun pemberian piagam atau sertifikat dari sekolah. Berbagai bentuk dukungan ini sangat penting.
Dukungan ini merupakan salah satu bentuk penghargaan pihak sekolah terhadap siswanya yang berprestasi dan telah membawa nama baik sekolah dalam berbagai bidang perlombaan. Selain itu, apabila sang siswa berhasil menyabet gelar juara, kebanggaan pun akan menjadi sebuah kepuasan tersendiri baik bagi sang siswa, keluarga dan pihak sekolah. YUS

Herry Supriyanto, S.Si., Kepala SMP Al Falah Tropodo Waru:
Mengkodusifkan Siswa Siap UNAS

Sistem Penerimaan Siswa Baru (PSB) di Kabupaten Sidoarjo  untuk tahun  ajaran 2011/2012 dengan menerapkan sistem baru yang disebut PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru). Sistem ini tidak lagi menggunakan testing tetapi berdasarkan Nilai Ujian Nasional (NUN).
Kebijakan baru ini akan mengubah kebijakan lama,  sebelumnya penerimaan siswa baru menggabungkan nilai ujian nasional dan hasil tes. Namun sudah dua tahun ini, hanya mengandalkan nilai NUN (Nilai Ujian Nasional) saja.  
Dengan perubahan sistem ini, maka anak didik harus berjuang maksimal agar nilai NUN-nya  baik.  Nilai NUN ini akan menjadi tolak ukur jika mereka hendak masuk ke sekolah favorit di Sidoarjo. Mereka tak lagi harus di tes ulang untuk bisa masuk ke sekolah negeri favorit, namun cukup dengan bersaing nilai tertinggi dari hasil NUN.
Tak mengherankan kalau banyak sekolah yang berlomba untuk meraih nilai tertinggi bagi muridnya. Tentu saja penerapan cara ini ada plus minusnya. Segi positif PPDB yang memakai tes adalah bisa memetakan kemampuan yang dimiliki siswa secara nyata. Bila siswa ini tergolong mampu kemampuannya maka dia berhak mendapatkan sekolah favorit yang diinginkannya. Segi negatifnya, bila dalam pelaksanaan tes penyaringan ini terjadi ‘permainan’ maka akan memupuskan harapan siswa yang benar-benar berkemampuan untuk menikmati sekolah favorit.
PPDB yang memakai nilai UN saja segi positifnya adalah mengkondusifkan siswa untuk benar-benar menyiapkan diri menghadapi UN. Juga memberikan waktu istirahat yang cukup kepada siswa bahwa ujian tidak berakali-kali melainkan cukup sekali dan ini untuk dua peristiwa, UN dan PPDB. Karena mengandalkan nilai NUN murni, diharapkan pelaksanaan UN diawasi secara ketat.
Segi negatifnya juga ada terutama bila proses selama menuju nilai akhir ini diwarnai dengan ‘kecurangan’ yakni saat UN maka akan kesulitan untuk memetakan kemampuan siswa yang sebenarnya. Sistem ini tidak akan mampu menutup kecurangan. Sekolah SD dan SMP dengan berbagai cara akan berlomba untuk mendongkrak NUN siswanya.
Bila NUN siswa rata-rata tinggi itu akan dapat mengangkat reputasi sekolahnya karena banyak diterima masuk sekolah negeri/sekolah favorit. Para guru tersebut tidak peduli lagi terhadap dampak psikologi terhadap siswa yang kelak tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolahan yang  baru nanti.
Guna menyongsong UN berhiaskan kejujuran serta PPDB yang hanya menggunakan NUN, pihak sekolah sudah mempersiapkan muridnya jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan UN. Diantaranya dengan melakukan penelusuran modalitas belajar siswa yakni dengan mengetahui learning style (gaya belajar), kecerdasan  majemuk (multiple intelligences) dan tipologi kepribadian.
Adanya penetapan target prestasi pribadi siswa yakni siswa menentukan target nilai yang harus dicapai setiap bulan pada setiap bidang studi utamanya bidang studi UN. Serta mengadakan bimbingan belajar atau klinik mata pelajaran UN.
Ada tiga hal yang menjadi perhatian utama pihak sekolah yakni kemampuana dasar siswa, keterampilan belajar dan motivasi belajar dan berprestasi. Kemampuan dasar siswa ini dengan mengelompokkan kemampuan siswa yaitu kelompok C (bagi siswa yang rata-rata atas), B (bagi siswa yang rata-rata menengah) dan A (bagi siswa yang kurang). Dan pelaksanaannya dilakukan tiga kali dalam seminggu dalam program regular dan dilanjutkan setiap hari Sabtu ada try out/pembahasan satu bidang studi UN serta pemberian reward bagi siswa yang berprestasi/terbaik nilai rata-rata try outnya.
Program intensif diantaranya merubah jadwal dengan cara menambah jam pelajaran UN, mengikuti ujian pra UNAS di berbagai tempat. Dan program super intensif, ini akan  dilaksanakan bila PPDB menggunakan system tes masuk.
Guna meningkatkan ketrampilan belajar siswa yakni dengan mind mapping, super memori, menulis efektif serta menghafal kreatif. Serta memberikan motivasi belajar serta hidup bagi siswa melalui program AMT (Achievement Motivation Training) dan Jalasah Ruhiyah. Semua dilakukan sekolah dalam rangka membekali muridnya untuk lebih siap dalam menghadapi UNAS maupun PPDB tahun ini. YUS

Lensa PENA
Tari Topeng

Pelestarian tari topeng dilakukan oleh Museum Mpu Tantular Sidoarjo, 25 Maret 2012 dengan mengadakan pergelaran tari topeng dari Malang dengan mengambil lakon Jenggolo Mbangun Candi yang menampilkan kelompok tari topeng Asmoro Bangun dari Malang. (Yupiter Sulifan)


Sosok
Djumingan dan Arif, Duo ‘Polisi Cepek’ dari MI Ma’arif Taman:
Mengharap Pengertian Pemakai Jalan


Pagi, tatkala kabut dan embun masih menari-nari diangkasa raya, dua sosok pria ini memanggul bendera warna merah berdiri tegar di pinggir jalan raya Taman, depan SPBU Taman Sepanjang. Sambil menggenggam peluit kuning dengan gantungan ekor domba, sesekali cengkrama mereka meledakkan tawa riang, ya Djumingan dan Arif, dua sosok pria yang setiap harinya bekerja sebagai petugas penyeberang anak-anak sekolah.
MI Ma’arif Taman Sepanjang adalah institusi yang menaungi kerja mereka. “Kalau ditanya mulai kapan saya kerja di madrasah ini, wah saya sampai lupa karena sudah sangat lama sekali saya kerja disini,” ujar Djumingan, pria berusia 71 tahun ini. Bapak seorang anak dan dua cucu ini masih terlihat tegar dan cekatan tatkala membantu murid MI Ma’arif Taman menyeberang jalan Surabaya-Krian dan sebaliknya jalan Krian-Surabaya.
Ruas jalan yang tergolong jalur luar kota ini tidak bisa dibilang sepi kendaraan,hamper tiap detik puluhan kendaraan yang didominasi bus luar kota dan trek besar lalu lalang disini. “Kami berdua mencari sela dari kendaraan yang melintas, bila ada kosong kendaraan kami secepatnya menyeberangkan anak-anak,” tutur Arif, pria mitra kerja Djumingan yang berusia 44 tahun kepada PENA disela-sela aktifitas kerjanya pagi itu.
Arif, bapak berputra dua orang ini bercerita panjang lebar tentang profesi ‘polisi cepek’ yang telah bertahun-tahun dijalaninya ini. Soal jam kerja, kalau pagi mulai jam 06.00 hingga 07.00 dan siang hari jam 12.30 hingga 13.00.
“Tak peduli bila ada satu anak yang akan menyeberang ya kami akan menyeberangkannya, pokoknya berapapun yang ada kami akan antar hingga seberang sana,” kata Djumingan sambil menunjuk sebuah mulut gang yang didalamnya terletak gedung MI Ma’arif Taman. Masih menurut Djumingan, sebenarnya yang ada di gang itu hanya murid kelas 5 dan 6 sedangkan siswa kelas 1 hingga 4 ada di gedung sekolah yang lain gang. “karena di gedung sekolah yang lainnya itu masih dibangun jadi dua kelas dipindah sementara kesini. Tapi sampai kapan disini,ya semua nunggu dana untuk menyelesaikan pembangunan di gedung yang utama sana,” urai Djumingan tentang madrasah tempatnya bekerja.
Bekerja dengan Senyum
Selama bekerja sebagai polisi cepek ini, baik Djumingan maupun Arif mengaku tidak pernah mengalami masalah. “Alhamdulillah, selama kami disini tidak pernah terjadi tabrakan atau hal-hal gak enak lainnya. Ini yang selalu kami syukuri, meskipun ada kata-kata kotor atau umpatan dari pengemudi kendaraan yang diarahkan kepada kami, kami tetap menanggapinya dengan senyum. Tujuan kami cuma membantu anak-anak menyeberang jalan sehingga sekolahnya tidak terlambat dan selamat, itu saja,” ungkap Arif sembari tertawa kecil dan diikuti anggukan kepala Djumingan.
Mereka berdua sebenarnya sangat berharap para pengemudi ini mengerti kalau ada murid sekolah yang akan menyeberang dan mengurangi kecepatan kendaraannya. “Bila pagi hari ya seperti ini, berapapun ada murid yang mau menyeberang ya kami seberangkan. Beda dengan siang hari, mereka sudah bergerombol jadi sekali menyeberangkan, selesai sudah. Apapun keadaannya kami siap menunaikan tugas ini dengan sebaik-baiknya,” kata Arif.
Ketika disinggung soal honor, mereka berdua malah menjawab dengan senyuman. “Alhamdulillah, lumayan dan cukup untuk membiayai kehidupan kami sekeluarga,” tutur Djumingan dan diamini Arif.
Disela antara pagi hingga siang, Djumingan masih menyempatkan diri menjadi pengurus masjid Jami’ Taman. Dan sepulang jadi polisi cepek, Djumingan dan Arif bekerja sebagai tukang bangunan untuk merenovasi gedung madrasah ini.
Djumingan dan Arif, dua sosok yang mengabdi pada dunia pendidikan, hanya saja peran mereka tersamar dan jarang yang memberikan perhatian.
Narasi dan foto-foto:Yupiter Sulifan
Caption:
1 – 3. Sembari menunggu sepinya kendaraan yang lalu lalang juga menunggu berkumpulnya murid yang akan menyeberang. Disela kendaraan yang melaju, Djumingan dan Arif bergegas menyeberangkan murid madrasah hingga seberang jalan.
4. Walau hanya seorang anak, Arif dengan sabar dan telaten membantu menyeberangkan.
5. Djumingan dengan ‘senjata andalannya’ peluit warna kuning dan bendera merah dipanggul mengamati sepinya kendaraan yang lewat.
6. Arif dengan memanggul bendera merahnya berniat menyeberang.
7. Djuminagn dan Arif, duo polisi cepek yang terlupakan dari perhatian kita.

COVER

Foto-foto diambil ketika ujian akhir sekolah di SMAN 1 Taman.

Tidak ada komentar: