Rabu, 21 Maret 2012

Desain Pelatihan Psikologi Meningkatkan Kepercayaan Diri pada Remaja


Latar Belakang
Pada kehidupan remaja, kom­petensi sosial selain merupakan indeks dan prediktor bagi penyesuaian diri yang sehat, juga me-rupakan suatu dimensi dari evaluasi diri (Allen dkk, 1989). Kom­petensi sosial adalah suatu kemam­puan atau kecakapan seseorang untuk ber­hubungan dengan orang lain dan untuk ter­libat dalam situasi – situasi sosial dengan memuaskan (Hurlock, 2000). Kompetensi so­sial merupakan suatu sarana untuk dapat di­terima dalam masyarakat.
De­ngan me­miliki kom­petensi sosial seseorang men­jadi peka terhadap berbagai situasi sosial yang dihadapi. Remaja akhir yang berhasil menghadapi tiap-tiap permasalahan sehubungan dengan tugas-tugas perkembangan, tuntutan ma­syarakat dan kejadian-kejadian hidup yang dialaminya, dengan cara-cara yang kom­peten akan meng­hasilkan bentuk pe­nyelesaian masalah atau tingkah laku koping matang yang akan mem­berikan konsekuensi untuk seluruh ke­hidupan­nya ke­lak setelah dewasa, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang­-orang di de­katnya (Allen dkk, 1989). Hal ini sangat penting dan menentukan sekali bagi tercapainya ke­puasan dan kebahagiaan hidup seseorang dan orang -orang di­sekitarnya. Dalam kehidupan sehari-hari se­ring dijumpai bahwa orang-orang yang mem­punyai kompetensi sosial yang baik akan cen­derung mempunyai penyesuaian diri yang baik pula.
Dalam suatu penelitiannya, Tentra­wanti (1989), mengemukakan bah­wa sese­orang yang mem­punyai kom­petensi sosial ada­lah orang – orang yang mampu melakukan dua hal, yaitu: (1). Mampu menghadapi kondisi – kondisi yang penuh dengan ketegangan, dan (2). Mampu menarik dan mem-pertahankan du-kungan sosial. Selanjutnya dalam su-atu penelitiannya, Tentrawati (1989), juga menge­mukakan bahwa se-seorang yang berkompetisi sosial, memiliki ciri – ciri: (a) Pengetahuan sosial, yaitu pengetahuan mengenai keadaan emosi yang memadai de­ngan konteks sosial tertentu, (b) Ke­percayaan diri untuk memulai suatu tin­dakan dan adanya usaha untuk me­mecahkan masalah sendiri, (c) Empati, yaitu kemam­puan meng-hargai perasaan orang lain sekalipun orang ter­sebut tidak dikenalnya atau tidak ada hubungan de­ngannya, juga mampu memberikan respon-respon emosional, mampu mengen­dalikan emosi dan tulus dalam men­jalin hubungan dengan orang – orang yang ber­masalah, (d) Sensitivitas sosial, yaitu kemam­puan emosional untuk menangkap ke­butuhan – kebutuhan ling­kungannya.
Kepercayaan diri atau keyakinan diri diartikan sebagai suatu kepercayaan terhadap diri sendiri yang dimiliki setiap in­dividu dalam kehidupannya, serta ba­gaimana individu ter­sebut memandang dirinya secara utuh dengan meng­acu pada konsep diri (Rakhmat, 2000). Lauster (da­lam Fasikhah, 1994), menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan diri sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan-tindakan­nya, dapat merasa bebas untuk melakukan hal – hal yang di­sukainya dan bertanggung jawab atas per­buatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi de­ngan orang lain, dapat mene­rima dan meng­hargai orang lain, memiliki do­ro­ngan untuk berprestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangannya.
Menurut Lauster (dalam Fasikhah, 1994), terdapat beberapa karakteristik untuk menilai kepercayaan diri individu, diantara­nya: (a) Percaya kepada ke­mampuan sendiri, yaitu suatu keyakinan atas diri sendiri terhadap segala fenomena yang terjadi yang ber­hubungan de­ngan kemampuan individu untuk mengevaluasi serta mengatasi fenomena yang terjadi tersebut, (b) Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, yaitu dapat ber­tindak dalam meng­ambil keputusan ter­hadap apa yang dilakukan se­cara mandiri tan­pa adanya keterlibatan orang lain. Se­lain itu, mempunyai kemampuan untuk me­­yakini tindakan yang diambilnya ter­sebut, (c) Memiliki konsep diri yang positif, yaitu adanya penilaian yang baik dari dalam diri sendiri, baik dari pan­dangan maupun tindakan yang dilaku­kan yang menim­bulkan rasa positif terhadap diri sendiri, (d). Berani mengungkapkan pendapat, yaitu ada­nya suatu sikap untuk mampu meng­utarakan sesuatu dalam diri yang ingin diung­kap­kan kepada orang lain tanpa adanya paksaan atau hal yang dapat menghambat pengungkapan pera­saan ter­sebut.

Tujuan Pelatihan
Pelatihan ini bertujuan untuk:
  1. Melatih remaja untuk menimbulkan konsep diri yang positif terhadap diri sendiri.
  2. Melatih remaja untuk berani mengungkapkan pendapatnya.
  3. Melatih remaja untuk percaya pada kemampuan diri sendiri.
  4. Melatih remaja untuk bertindak mandiri dalam mengambil keputusan.

Sasaran Pelatihan
  1. Remaja menyadari bahwa kemampuan dirinya tidak kalah dengan kemampuan orang lain.
  2. Remaja menyadari pentingnya konsep diri yang positif dalam berkomunikasi dengan orang lain.
  3. Remaja mampu bertindak sendiri dalam mengambil keputusan.
  4. Remaja tidak segan dalam mengungkapkan pendapatnya ketika berada dalam lingkungan social.

Peserta Pelatihan
Peserta pelatihan ini adalah siswa SMA (laki-laki dan perempuan dengan rentang umur 15-17 tahun) dengan jumlah peserta 36 orang.

Waktu dan Materi Pelatihan
Pelatihan dilaksanakan pada hari Sabtu (5 Mei 2012) di lingkungan SMAN 1 Taman Sidoarjo, dan jadwal tertera pada tabel berikut ini:
No
Pukul 
Materi Pelatihan
1
08.00-08.30
Opening seremonial
2
08.30-09.30
Perkenalan trainer dengan peserta pelatihan
3
09.30-13.30
Games/outbond
4


















Metode Pelatihan
  1. Ceramah, diskusi, dan games in door  
  2. Games (outbond) yang diadakan di luar ruangan dengan games terlampir.

Peralatan
Peralatan yang digunakan selama pelatihan adalah:
Peralatan yang digunakan pada materi in door:
  1. Spidol, papan tulis, penghapus
  2. Laptop, LCD, layar LCD
  3. Peralatan tulis (bolpoin/pensil dan kertas)
Peralatan yang digunakan pada materi out door:
  1. …..

Desain Materi/Games

Materi I
Materi
Remaja dan Pembentukan percaya diri akan kemampuan
Tujuan
Untuk meningkatkan rasa percaya diri akan kemampuan yang dimiliki remaja. Meminimalisir rasa ragu-ragu ketika akan bertindak atau memutuskan sesuatu.
Jumlah peserta
36 orang
Waktu
1 jam
Tempat
Out door (lapangan basket sekolah)
Alat dan bahan
Sound
Langkah-langkah pelaksanaan
Materi diberikan di ruang terbuka/lapangan. Peserta berpasangan (2 orang)  berdiri seperti posisi berbaris dan menghadapa depan semua (depan belakang). Peserta yang didepan, merentangkan kedua lengan tangan ke depan dan posisi kedua telapak tangan menghadap luar. Lalu telapak tangan ini disilangkan/saling menggenggam. Genggaman tangan ini ditarik dan ditempel erat-erat ke dada. Dengan posisi tubuh terbujur kaku, peserta yang didepan menjatuhkan diri (dengan syarat kedua kaki tidak boleh menekuk) ke peserta yang ada di belakangnya. Dan tugas peserta belakang adalah menahan jatuhnya peserta depan dengan posisi 30° selama 5 menit. Hal ini dilakukan secara bergantian, peserta yang tadinya posisi depan bertukar tempat di belakang. 

Didesain: Yupiter Sulifan
Peserta depan menjatuhkan diri kebelakang dan peserta dibelakang menahannya. (foto:Yupiter)

Tidak ada komentar: