Jumat, 27 Januari 2012

Berita PENA Februari


Ana Christanti, M.Pd., Kepala SMP Al Falah Delta Sari Waru:
Punya Pangsa Pasar Sendiri
Genderang penerimaan siswa baru di beberapa sekolah swasta sudah mulai ditabuh. Walau pemerintah belum menetapkan waktu penerimaan siswa baru tapi beberapa sekolah swasta sudah membuka pendaftaran siswa baru bahkan beberapa diantaranya sudah menutup untuk gelombang satu.
Pendaftaran siswa baru (PSB) bagi sebagian besar sekolah swasta adalah satu kesempatan untuk mendapatkan siswa sebanyak-banyaknya. Dengan asumsi, jumlah siswa yang banyak bisa menyokong kelanjutan pendidikan di sekolah swasta. Tak mengherankan kalau sekolah swasta membuka pendaftaran siswa baru mendahului sekolah negeri.
Adanya anggapan bahwa sekolah swasta sudah curi start dalam hal penerimaan siswa baru, hal ini ditanggapi wajar oleh kalangan sekolah swasta. Wajar karena mereka mempunyai pangsa pasar sendiri. Meskipun sekolah negeri belum dibuka pendaftaran siswa barunya dan calon siswa ini termasuk anak yang pandai tapi karena sudah mempunyai minat untuk sekolah di sekolah swasta.
Didahuluinya membuka pendaftaran siswa baru bagi sekolah swasta ini juga dijadikan sarana untuk menjaring wali murid yang benar-benar militan. Wali murid akan tahu dengan sendirinya bahwa sekolah yang akan dijadikan tempat untuk mendidik anaknya ini berkualitas atau tidak. Bukan masuk sekolah swasta karena sudah tidak diterima di sekolah negeri melainkan sudah menjadi keinginan mereka untuk masuk ke sekolah swasta.
Jadi ada anggapan kalau sekolah swasta yang mencuri start membuka pendaftaran siswa baru ini diasumsikan dengan merebut jatah sekolah negeri adalah tidak benar. Karena sekolah swasta dan negeri adalah beda dan pangsa pasarnya juga beda. Tanpa promosi, sekolah negeri sudah banyak diminati calon siswa sebaliknya sekolah swasta harus berpromosi agar bisa menjaring  calon siswa sebanyak-banyaknya.
Sekolah negeri, calon siswa yang mencari tapi kalau sekolah swasta, sekolah yang mencari muridnya. Untuk itulah, sekolah swasta sangat gencar mengadakan promosi ke masyarakat luas agar bersedia menyekolahkan anaknya ke sekolah swasta ini. Tak kenal maka tak sayang, oleh karena itulah publikasi digiatkan.
Tentu saja yang dipromosikan ke masyarakat adalah keunggulan-keunggulan yang dimiliki sekolah swasta yang bersangkutan. Baik dari segi sarana prasarana, cara mengajar dan belajar siswa, bidang akademis dan non akademis, hingga prestasi yang diraihnya. Semua dipaparkan dalam aktifitas publikasi. Bagaimana bisa masyarakat luas mengetahui sekolah swasta ini kalau tidak lewat publikasi.
Pembukaan pendaftaran siswa baru yang diawali dan penutupannya diakhiri, ini untuk menampung limpahan dari sekolah negeri yang sudah penuh kuotanya. Ini juga merupakan ‘berkah’ tersendiri bagi sekolah swasta. Dan bukan berarti, siswa yang dari limpahan sekolah negeri ini kualitasnya kurang bagus. Tidak jarang mereka ini memiliki kelebihan bidang non akademis. Seringkali kuota sekolah negeri ini berubah sehingga membuat sekolah swasta kelimpungan. Walau begitu, sekolah swasta akan terus berusaha untuk menjadi sekolah yang diperhitungkan calon siswa serta mengarah pada sekolah yang ‘terhormat’. YUS
Caption: Ana Christanti, M.Pd., Kepala SMP Al Falah Delta Sari Waru

Achmad Farich, ST., M.Pd., Kepala SMK YPM 1 Taman:
Mengejar Otomatisasi Dunia Industri
Gelegar keunggulan sekolah menengah kejuruan (SMK) beberapa waktu ini sedang melejit. Apalagi dukungan iklan promosi tentang keunggulan SMK di televise. Iklan yang dibawakan Tantowi Yahya yang mengunggulkan SMK. Iklan yang menggambarkan bahwa siswa dari lulusan SMK berpotensi siap kerja dengan kemampuan yang diperolehnya dari bangku sekolah. Baik itu SMK teknik, SMK pertanian, dan lain sebagainya. Dengan ilmu dan kemampuan yang di perolehnya di harapkan lulusan dari SMK siap diterjunkan dalam dunia kerja sesuai dengan spesifikasi kemampuannya. Iklan tersebut juga disponsori oleh Dinas Pendidikan Nasional.
Memang ada beberapa hal yang memungkinkan lulusan SMK bisa diharapkan lebih siap kerja daripada lulusan SMA. Misalkan saja siswa lulusan SMK jurusan otomotif, siswa tersebut langsung bisa bekerja pada pabrik perakitan sepeda motor.
Terlebih akhir-akhir ini banyak SMK yang unjuk gigi dengan memamerkan hasil kerja mereka misalnya mobil, pesawat terbang ringan, perahu, TV layar datar, mesin pencacah sampah hingga pembuatan miniature lift. Praktis sorotan masyarakat saat ini terfokus pada performance siswa SMK.
Kita tahu bahwa kalau sebuah SMK memerlukan fasilitas lebih banyak dibanding dengan sebuah SMA. Sebuah SMK yang memiliki jurusan otomotif dan elektro selain memerlukan ruang belajar juga memerlukan berbagai ruang lainnya, misalnya saja sebuah bengkel dan lain sebagainya. SMK tersebut juga harus mempunyai peralatan dan perlengkapan yang cukup untuk menunjang dalam kegiatan praktik siswa tersebut. Namun bagaimanakah jika semua fasilitas tersebut tidak dipenuhi atau dengan kata lain SMK yang minim fasilitas?
Apalagi tuntutan dunia industry juga beragam dan membutuhkan kecepatan. Ini yang seringkali tidak terkejar oleh pihak SMK. Sekolah sering tertinggal dalam mengikuti kemauan dunia usaha dan dunia industry (DUDI). Keterbatasan fasilitas praktek di sekolah menjadi salah satu penyebab ketertinggalan ini.
Hal ini didukung trend dunia industry yang serba otomatisasi. Ini mendorong pihak sekolah memberikan ketrampilan yang lebih kepada peserta didiknya. Tentu ketrampilan tambahan ini yang masih berkaitan dan kompeten dengan jurusan yang diambilnya. Bahkan dengan diberikan tambahan legalitas dari ketrampilan tambahan yang mereka dapatkan, misalnya sertifikat.
Semangat untuk inovasi dan memodifikasi inilah yang dijadikan keunggulan local dari SMK terutama SMK swasta. Semangat inilah yang ingin ditunjukkan peserta didik SMK dengan memberikan kerja nyata mereka sesuai dengan bidang keahlihannya. Tentu,hal-hal yang bersifat kebaruan yang belum pernah ada diciptakan orang ataupun memodifikasi dari penemuan orang lain. Ini bagi SMK yang memiliki fasilitas yang tergolong lengkap.
Kalau SMK yang favorit dan berada di kota besar bukan tidak mungkin semua fasilitas kelengkapan penunjang sebuah SMK dipenuhi. Tapi dalam kenyataanya masih banyak SMK-SMK di pelosok yang masih minim fasilitas, gedung saja masih ndompleng di sekolah lain. Kalau para siswa yang diluluskan dengan hasil dari minimnya fasilitas, kemungkinan tidak laik kerja. Berbeda jika SMK tersebut sebuah SMK favorit yang berfasilitas lengkap. Lulusan SMK favorit dan berfasilitas lengkap besar kemungkinan laik kerja. Namun yang menjadi persoalannya adalah biaya masuk ke SMK favorit tersebut dan biaya-biaya lainnya selama rentang waktu belajar. Untuk bisa masuk di sekolah favorit dan berfasilitas lengkap biasanya memerlukan biaya yang lebih. Dalam hal ini pemerintah setidaknya memberikan kebijakan-kebijakan tertentu untuk memberikan solusi yang terbaik bagi kelanjutan SMK beserta lulusannya. YUS

Tidak ada komentar: