Perkembangan zaman menuntut adanya
perubahan dan mobilitas yang tinggi. Perkembangan zaman tak lepas dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang. Muncullah
berbagai alat dari hasil pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dimaksudkan untuk memudahkan dan mempercepat kinerja manusia. Keberadaan media massa,
terutama televise tidak lepas dari kehidupan sehari-hari kita.
Televisi adalah
suatu media massa yang menyuguhkan tampilan melalui bentuk
audio visual (suara dan gambar). Karena dapat dinikmati dalam bentuk suara dan
gambar gerak sekaligus itulah orang lebih tertarik kepda televisi daripada media
massa lainnya.
Pada zaman sekarang ini, televisi
merupakan media massa elektronik yang mampu menyebarkan informasi secara cepat
dan mampu mencapai pemirsa dalam jumlah banyak dalam waktu bersamaan. Televisi
dengan berbagai acara yang ditampilkan telah mampu menarik minmat pemirsanya ,
dan mampu membius pemirsanya untuk selalu manyaksikan berbagai tayangan yang
disiarkan televisi. Mulai dari infotainment, entertainment, iklan, hingga
sinetron dan film-film yang sesungguhnya tidak pantas ditayangkan.
Kehadiran televisi sesungguhnya telah
menimbulkan berbagai fenomena. Televisi memang mampu menayangkan acara-acara
yang begitu menarik karena telah ditambahi dengan aksesori-aksesori sehingga
membuat pemirsanya begitu mengagumi televisi. Walaupun tanpa mereka sadari,
televisi mampu mengubah mereka sedikit demi sedikit. Segala sesuatu diciptakan
pasti ada dua dampak yang mengiringinya, yaitu dampak negatif dan positif.
Begitu pula dengan hadirnya televisi. Dengan adanya media massa elektronik ini,
banyak sekali manfaat yang dapat diambil.
Dengan menyaksikan televisi, seseorang
dapat memperoleh informasi-informasi aktual yang terjadi dimanapun secara cepat
dan lebih jelas. Selain itu, televisi juga mempermudah suatu perusahaan atau
badan usaha untukmempromosikan produk-produknya .
Namun televisi juga mempunyai dampak
negatif dalam kehidupan. Hal ini sangat terasa pada anak-anak yang jiwanya
masih sangat labil dan masih dalam proses pencarian jati diri. Anak-anak ibarat
kertas kosong yang dapat dengan mudah digambari sesuka hati. Apa yang mereka
lihat, dengar dan rasakan sering mereka telan mentah-mentah. Televisi dan anak
adalah dua komponen yang sangat sulit dipisahkan. Anak-anak adalah penggemar
nomor satu media televisi. Rata-rata anak menggunakan hampir sebagian besar
waktunya untuk menonton acara televisi, tanpa memikirkan pantaskah acara yang
sedang mereka tonton saat itu. Padahal anak adalah usia yang rentan. Mereka
belum dapat menentukan yang baik dan yang buruk. Mereka biasa meniru atau
mengimitasi kebiasaan yang sering mereka temui.
Sebagai media audio visual, TV mampu merebut 94% saluran masuknya pesan –
pesan atau informasi ke dalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan telinga. TV
mampu membuat orang pada umumnya mengingat 50% dari apa yang mereka lihat dan
dengar dilayar televisi walaupun hanya sekali ditayangkan. Atau secara umum
orang akan ingat 85% dari apa yang mereka lihat di TV setelah 3 jam kemudian
dan 65% setelah 3 hari kemudian. Dengan demikian terutama bagi anak-anak yang
pada umumnya selalu meniru apa yang mereka lihat, tidak menutup kemungkinan
perilaku dan sikap anak tesebut akan mengikuti acara televisi yang ia tonton.
Apabila yang ia tonton merupakan acara yang lebih kepada edukatif, maka akan
bisa memberikan dampak positif tetapi jika yang ia tonton lebih kepada hal yang
tidak memiliki arti bahkan yang mengandung unsur-unsur negatif atau
penyimpangan bahkan sampai kepada kekerasan, maka hal ini akan memberikan
dampak yang negatif pula terhadap perilaku anak yang menonton acara televisi
tersebut.
Temperamen
Temperamen
adalah gaya-perilaku karakteristik individu dalam merespon. Ahli-ahli
perkembangan sangat tertarik mengenai temperamen bayi. Sebagian bayi sangat
aktif menggerak-gerakkan tangan, kaki dan mulutnya dengan keras, sebagian lagi
lebih tenang, sebagian anak menjelajahi lingkungannya dengan giat parta vvaktu
yang lama dan sebagian lagi tidak demikian. Slebagian bayi merejpons orang Iain
dengan hangat, sebagai lagi pasif. Gaya-gaya perilaku tersebut menunjukkan
temperamen seseorang.
Menurut Thomas &
Chess (1991) ada tiga tipe dasar temperamen yaitu mudah, sulit, dan lambat
untuk dibangkitkan:
a. Anak yang mudah umumnya mempunyai suasana hati yang
positif dan dapat dengan cepat
membentuk kebiasaan yang teratur, serta dengan mudah pula menyesuaikan diri dengan pengalaman baru.
b. Anak yang sulit cenderung untuk bereaksi secara
negatif serta sering menangis dan
lambat untuk menerima pengalaman-pengalaman baru.
c. Anak yang lambat untuk dibangkitkan mempunyai
tingkat kegiatan yang rendah,
kadang-kadang negatif, dan penyesuaian diri yang rendah dengan lingkungan atau pengalaman baru.
Dengan singkat
dapat dikatakan bahwa keturunan mempengaruhi temperamen. Tingkat pengaruh ini
bergantung pada respons orang tua terhadap anak-anaknya dengan
pengalaman-pengalaman masa kecil yang ditemui dalam lingkungan.
Pengaruh Televisi
Televisi
merupakan media massa elektronik yang sangat digemari oleh masyarakat. Karena
televisi menyampaikan informasi melalui suara dan gambar sekaligus. Televisi
dengan berbagai acara yang ditayangkannya mampu menarik minat pemirsanya dan
membuat pemirsanya terbius untuk selalu menyaksikan acara-acara yang
ditayangkan. Dengan berbagai acara yang ditayangkan seperti sinetron,
entertainment, infotainment, iklan, dan sebagainya.
Televisi
hadir sebagai sarana untuk hubungan dan komunikasi antar manusia. Sebenarnya
televisi memiliki beberapa fungsi, yaitu :
Fungsi rekreatif
Pada
dasarnya fungsi televisi adalah memberikan hiburan yang sehat kepada
pemirsanya, karena manusia adalah makhluk yang membutuhkan hiburan.
Fungsi educatif
Selain
untuk menghibur, televisi juga berperan memberikan pengetahuan kepada
pemirsanya lewat tayangan yang ditampilkan.
Fungsi
informatif
Televisi
dapat mengerutkan dunia dan menyebarkan berita sangat cepat. Dengan adanya
media televisi manusia memperoleh kesempatan untuk memperoleh informasi yang
lebih baik tentang apa yang terjadi di daerah lain. Dengan menonton televisi
akan menambahkan wawasan.
Ironisnya
kini yang sering kita jumpai, acara-acara televisi lebih mementingkan pada
fungsi informatif dan rekreatif saja, sedangkan fungsi educatif yang merupakan
fungsi yang sangat penting untuk disampaikan sangat jarang ditemui.
Anak-anak dan televisi adalah dua
komponen yang susah dipisahkan. Mereka adalah perpaduan yang sangat kuat. Tak
banyak hal lain dalam kebudayaan manusia yang mampu menandingi kemampuan
televisi dalam menyentuh anak-anak dan mempengaruhi cara berpikir serta
perilaku mereka.
Begitu pula minat mereka dengan
televisi. Mereka menganggap televisi lebih menyenangkan dari pada belajar dan
mendengarkan nasehat orang tua. Mereka merasa terlayani dengan adanya televisi.
Dengan adanya televisi anak-anak akan melupakan kesulitannya, dengan adanya
televisi mereka gunakan untuk mengisi waktu, mempelajari sesuatu, memberikan
rangsangan, bersantai, mencari persahabatan dan sekedar kebiasaan. Kebiasaan
menonton televisi bagi anak sebenarnya kurang baik. Banyak sekali tayangan yang
disajikan oleh stasiun televisi yang tidak mendidik. Bahkan tak jarang ditemui
acara-acara yang berbahaya bagi anak. Sering sekali ditayangkan dalam televisi acara
yang berbau kekerasan, adegan pacaran yang mestinya belum pantas ditonton oleh
anak, tidak hormast kepada orang tua, gaya hidup yang hura-hura.
Konflik dengan orang tua, perkelahian
sesama anak, dan kejahatan remaja ternyata erat hubungannya dengan jumlah jam
menonton televisi. Bagi anak yang sejak usia dini telah menonton tayangan
mistis, kelak akan tumbuh menjadi orang yang penakut dan dan ia akan mengambil
keputusan berdasarkan emosi. Menonton televisi juga dapat mengurangi
kemampuannya untuk menyenangkan diri sendiri dan melumpuhkan kemampuannya untuk
mengemukakan pendapatnya secara logis dan sensitif.
Dibawah ini dicantumkan data mengenai fakta tentang pertelevisian Indonesia :
Tahun 2002 jam tonton televisi anak-anak 30-35 jam/hari
atau 1.560 – 1.820 jam/tahun, sedangkan jam belajar SD umumnya kurang dari
1.000jam/tahun. 85% acara televisi tidak aman untuk anak, karena banyak
mengandung adegan kekerasa, seks dan mistis yang berlebihan dan terbuka.
saat ini ada 800 judul acara anak, dengan 300 kali tayang
selama 170jam/minggu padahal satu minggu hanya ada 24 jam X 7 hari = 168 jam. 40
% waktu tayang diisi iklan yang jumblahnya 1.200 iklan/minggu, jauh diatas
rata-rata dunia 561 iklan/minggu.
Berdasarkan data diatas, dapat dibayangkan apabila anak-anak yang merupakan
aset-aset bangsa yang akan meneruskan perjuangan bangsa ini serta yang akan
memajukan bangsa ini, sejak kecil telah terbiasa dengan hal yang tidak
bermanfaat, maka negara ini yang sudah tertinggal dan terpuruk ini akan semakin
terpuruk dan tertinggal dan akhirnya akan menjadi negara yang akan di lecehkan
oleh negara lain. Inilah fakta yang bukan hanya untuk kita perhatikan tetapi
perlu dilakukan tindakan nyata untuk mengantisipasinya. Yang pastinya
diperlukan satu-kesatuan tekat dalam setiap diri orang tua dan anggota
masyarakat untuk bisa mengatisipasi dampak yang akan terjadi serta bisa menjadi
kontrol bagi pihak penyiar televisi terhadap acara-acara yang ditayangkan oleh
setiap stasiun televisi.
Jika kita kaji lebih jauh, dampak negatif dari menonton televisi berlebihan
yaitu:
1.
Anak 0–4 tahun,
menggangu pertumbuhan otak, menghambat pertumbuhan berbicara, kemampuan herbal
membaca maupun maupun memahaminya, menghambat anak dalam mengekspresikan
pikiran melalui tulisan.
2.
Anak 5-10 tahun,
meningkatkan agresivitas dan tindak kekerasan, tidak mampu membedakan antara
realitas dan khayalan. Anak
kecil belum mampu membedakan dunia yang ia lihat di TV dengan kenyataan yang
sebenarnya. Seorang anak kecil belum dapat mengenal dan mengetahui apakah itu
acting, efek film, atau tipuan kamera. Bagi mereka, dunia di luar rumah adalah
dunia seperti yang mereka lihat di televisi.
3.
Berperilaku
konsumtif karena rayuan iklan. Iklan merupakan salah satu bentuk promosi untuk
menawarkan produk kepada masyarakat. Sekarang ini semakin banyak iklan yang
menawarkan berbagai produk dari mainan anak, jajanan, minuman, dan sebagainya.
Iklan-iklan tersebut memberikan janji yang sangat menarik bagi sebagian besar
anak. Sehingga anak selalu berusaha memiliki produk yang ditawarkan oleh iklan
tersebut.
4.
Mengurangi
kreativitas, kurang bermain dan bersosialisasi, menjadi manusia individualis
dan sendiri. Saat menonton televisi, anak kurang beraktivitas, hanya duduk di
depan televisi dan melihat apa yang ditayangkan televisi. Baik secara fisik
maupun mental, anak menjadi pasif. Kemampuan berpikir dan kreativitas anak
tidak terasah, karena ia tidak perlu membayangkan atau berimajinasi layaknya
ketika ia sedang membaca buku atau mendengar musik. Kecanduan menonton TV akan
bermasalah ketika ini mengakibatkan anak menjadi tidak bermain ke luar rumah
dengan lingkungan sekitar. Ia menjadi tidak bersosialisasi da dunianya tidak
bertambah luas.
5.
Televisi menjadi
pelarian dari setiap keborosan yang dialami, seolah tidak ada pilihan lain.
6.
Meningkatkan
kemungkinan obesitas (kegemukan) kaena kurang berkreativitas dan berolahraga.
Menonton televisi kebanyakn merupakan kegiatan yang pasif dimana anak hanya
duduk, melihat dan mendengarkan. Hal ini tidak menutup kemungkinan anak dapat
menjadi gemuk karena mereka biasanya menonton televisi disertai dengan makan
cemilan.
7.
Merenggangkan
hubungan antar anggota keluarga, waktu berkumpul dan bercengkrama dengan
anggota keluarga tergantikan dengan nonton TV, yang cenderung berdiam diri
karena asyik dengan jalan pikiran masing-masing
8.
Matang secara
seksual lebih cepat. Asupan gizi yang bagus, adegan seks yang sering dilihat
menjadikan anak lebih cepat matang secara seksual, ditambah rasa ingin tahu
pada anak dan keinginan untuk mencoba adegan di TV semakin menjerumuskan anak.
9.
Penambahan kosakata
pada anak. Anak cenderung meniru adegan atau ucapan yang sering mereka jumpai
di televisi. Padahal saat ini banyak sekali bahasa dan umpatan yang tidak
disensor dan ditirukan oleh anak. Ironisnya, bahasa dalam film atau sinetron
malah dijadikan trend.
Saat ini, anak bukan hanya menjadi penikmat televisi, tetapi juga menjadi
pemeran dalam tayangan di televisi. Marak sekali film atau sinetron yang
menjadikan seorang anak kecil menjadi pemeran utama. Anak kecil yang seharusnya
masih bermanja-manja pada orang tua dan bermain malah dipaksa untuk berakting
siang malam. Banyak kata-kata dan adegan-adegan yang seharusnya belum dapat
diterapkan kepada anak usia tersebut. Hal ini sangat berpengaruh pada
perkembangan anak di kemudian hari.
Upaya Meminimalisasi
Orang tua adalah sosok yang sangat
penting dalam perkembangan anak. Orang tua adalah guru terpenting bagi
anak-anak. Mereka harus mampu memberikan yang terbaik untuk anaknya. Hal
sekecil apapun harus diantisipasi oleh orang tua mengenai dampak positif dan
negatif yang dapat diterima anak. Begitu juga dengan adanya televisi yang bukan
hanya memberikan dampek positif, namun juga dampak negatif. Untuk menghindari
dampak negatif dari televisi bukan dengan cara membuang dan menjauhkan anak
dari televisi. Hanya saja perlu pengontrolan dari orang tua sebagai orang yang
paling dekat dengan anak. Sebagaimana kata Kahlil Gibran kalau orang tua itu
adalah busur dari anak panah kehidupan putra-putrinya untuk melesat ke masa
depan. Karena anak-anak juga mendambakan kehidupannya sendiri.
Ada
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi pengaruh buruk media
televisi terhadap perkembangan anak, khususnya yang harus diperhatikan oleh
orang tua, antara lain :
1.
Orang
tua harus dapat memilih acara yang sesuai dengan usia anak. Jangan biarkan anak
menonton acara yang tidak sesuai dengan usianya. Walaupun ada acara yang memang
untuk anak-anak, perhatikan dan analisa apakah sesuai dengan anak-anak.
Maksudnya tidak ada unsur kekerasan atau hal lain yang tidak sesuai dengan usia
mereka.
2.
Orang
tua sebaiknya mendampingi anak saat menonton televisi. Tujuannya adalah agar
acara televisi yang ditonton oleh anak dapat terkontrol dan orangtua dapat
memperhatikan apakah acara tersebut layak ditonton atau tidak. Orangtua juga
dapat mengajak anak membahas apa yang ada di televisi dan membuatnya mengerti
bahwa apa yang ada di televisi tidak tentu sama dengan kehidupan yang
sebenarnya.
3.
Orang
tua harus mengetahui acara favorit anak dan bantu anak memahami pantas tidaknya
cara tersebut mereka tonton , ajak mereka menilai karakter dalam acar tersebut
secara bijaksana dan positif.
4.
Orangtua
sebaiknya tidak meletakkan televisi di kamar anak. Selain untuk mempermudah
orangtua mengontrol tontonan anak, juga tidak membuat aktivitas yang seharusnya
dilakukan di kamar seperti tidur dan belajar menjadi terganggudan beralih ke
televisi.
5.
Ajak
anak untuk melekukan banyak aktivitas lain selain hanya menonton televisi.
Orangtua dapat mengajak anak keluar rumah untuk menikmati alam dan lingkungan,
bersosialisasi secara positif dengan orang lain. Orang tua juga dapat
memperkenalkan dan mengajarkannya suatu hobi baru.
6.
Anak
untuk memperbanyak membaca buku yang bermanfaat. Letakkan buku di tempat yang
mudah dijangkau anak, ajak anak ke toko buku atau perpustakaan.
7.
Perbanyak
anak mendengar radio atau mendengar musik sebagai pengganti menonton televisi.
8.
Periksalah
jadwal acara televisi, sehingga orangtua dapat mengatur acara apa yang akan
ditonton bersama anak. Dengan mencari dan melihat resensi atau ulasan mengenai
film atau acara tersebut orangtua akan tahu garis besar isi acara tersebut
sehingga dapat menentukan pantas tidak acara tersebut disaksikan.
9.
Orangtua
harus membiasakan anak tidak menonton televisi di hari-hari sekolah. Ini
dimaksudkan untuk menghindari kurangnya waktu belajar anak karena terlalu
banyak menonton acara televisi. Di sini orangtua harus member contoh dengan
tidak banyak menonton televisi. Jika anak melihat orangtuanya sering menonton
televisi sedangkan ia tidak diperkenankan tentu anak akan menganggap itu tidak
adil.
10. Orangtua harus
membekali anak dengan pendidikan yang mengandung nilai-nilai agama yang harus
selalu diterapkan dan ditumbuhkan di rumah dengan cara mengikutsertakan anak ke
suatu pendidikan keagamaan di luar jam sekolah, agar anak-anak mampu berpikir
jernih, punya rencana dan masa depan yang baik. Yupiter Sulifan, disarikan dari
berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar