Selasa, 29 November 2011

Facebook, Jejaring atawa Jerat Sosial?

Oleh: Yupiter Sulifan Latar Belakang Kemajuan di dunia telekomunikasi dekade terakhir ini melesat begitu cepat. Terutama ketika telepon genggam mulai merambah semua lapisan masyarakat kita. Dengan puluhan fitur yang dimiliki memudahkan bagi siapapun yang menggunakannya. Terlebih harga kartu perdana seluler yang dipakai sangat begitu murah dengan bonus dan fasilitas yang menggiurkan, tak berlebihan kalau telepon genggam begitu sangat memasyarakat. Bukan hanya kalangan dewasa yang menggunakannya, anak seusia TK sudah begitu terampil menggunakan telepon genggam ini. Tanpa melihat tuts huruf yang ada, anak-anak ini dengan begitu lincahnya memainkan jari jemarinya menulis pesan. Apalagi muncul jejaring social, facebook yang begitu membahana. Siapapun, kapanpun dan dimanapun bisa saling berhubungan. Facebook banyak digemari oleh berbagai kalangan masyarakat karena memiliki banyak fitur istimewa yang tidak dimiliki jejaring sosial sebelumnya. Fitur-fitur istimewa tersebut antara lain chatting, game, mempublikasikan blog pribadi, dan yang paling digemari penggunanya yaitu tag foto atau video tertentu. Tak heran, Facebook dengan mudahnya mampu menarik banyak masyarakat menjadi pengguna atau memberikan rasa kecanduan terhadap penggunanya, seperti tiada hari tanpa Facebook. Dua Kutub Dan kemunculan jejaring sosial yang ini langsung banyak mendapat sorotan, terkait pengaruh positif dan negatifnya. Dengan facebook seseorang dapat berkomunikasi kembali dengan teman lamanya yang mungkin saja sudah lama tidak bertemu. Dengan facebook juga dapat membentuk suatu obrolan antar teman yang tentu saja hal ini dapat menjaga hubungan silaturahmi seseorang. Dalam dunia pendidikan tidak sedikit kalangan guru yang memanfaatkannya menjadi sebuah media pembelajaran untuk peserta didiknya. Misalnya dalam grup mata pelajaran tertentu , guru bisa menempatkan atau menulis status dengan soal-soal dan peserta didiknya mengomentarinya dengan isi jawaban soal-soal tadi. Bahkan, beberapa guru bimbingan konseling memanfaatkan situs pertemanan ini untuk tempat bimbingan dan konseling dengan konseli/anak bimbingannya. Tentu saja bila materi bimbingan atau konseling ini sifatnya umum atau tidak rahasia maka ditulis di dinding facebook guru yang bersangkutan. Ini biasanya berupa bimbingan atau konseling kelompok. Untuk materi bimbingan atau konseling pribadi seringkali dilakukan di inbox facebook. Karena sifatnya yang sangat rahasia maka yang wajib mengetahui konseli atau peserta didik dengan guru pembimbingnya. Untuk itulah bimbingan atau konseling semacam ini disebut bimbingan/konseling pribadi. Selain dunia pendidikan, dunia usaha atau wiraswasta juga merasakan nikmatnya jejaring social ini. Memperbarui status dengan memampang foto barang hasil usahanya plus dengan harganya maka transaksi jual beli akan berlangsung dengan sendirinya. Walau begitu, pengaruh negative dari facebook juga muncul diantaranya aksi kejahatan. Bila kita ketikkan kejahatan lewat facebook di mesin pencari Google maka akan kita dapatkan sederet berita tentang akibat facebook dan utamanya dengan korban remaja putri. Korban berjatuhan akibat menggunakan situs pertemanan Facebook. Sejumlah remaja hilang atau bahkan dibunuh karena berhubungan dengan orang "asing" di dunia maya via Facebook. Media yang disebut-sebut sebagai situs jejaring sosial pun kini seolah berubah menjelma situs jerat sosial. Awal Februari silam, remaja berusia 14 tahun Marieta Nova Triani kabur dari rumah kerabatnya di Serpong, Tangerang, Banten. Belakangan diketahui, Nova kabur bersama teman lelaki yang dikenalnya di Facebook dengan nama panggilan Arie Power. Di halaman Facebook pribadi Arie, terpampang foto Nova yang disebutnya Bundaqw. Keluarga Nova kemudian melapor ke polisi. Tim Kejahatan dengan Kekerasan Kepolisian Daerah Metro Jaya akhirnya mengendus keberadaan Nova di rumah Arie di kawasan Jatiuwung, Tangerang. Arie pun dibekuk. Mirip dengan kasus Nova, beberapa remaja perempuan juga menghilang dibawa kabur teman Facebook. Stefani Abelina, 15 tahun, menghilang dari rumahnya di Sidoarjo, Jawa Timur, setelah berkenalan dengan seorang pemuda lewat Facebook. Abel akhirnya ditemukan orangtuanya di sebuah warung internet di kawasan Jakarta Timur. Seorang pria di Tangerang juga ditangkap polisi setelah menculik enam remaja perempuan yang dikenalnya dari Facebook. Nasib Ainun Nimah lebih nahas lagi. Warga Desa Kuawaron, Kecamatan Gubug, Grobogan, Jawa Tengah, itu ditemukan tewas di Jambi, setelah menemui seorang teman Facebook. Menurut keluarga, almarhum sempat bercerita tentang calon suaminya yang dikenal lewat Facebook. bahkan dunia esek-esek alias prostitusi juga seolah mendapat tempat yang pas di Facebook. Dengan situs mesin pencari, mudah ditemukan grup Facebook yang menyediakan jasa pemuas napsu syahwat. Tak hanya melalui grup, pekerja seks komersial dunia maya pun memasang halaman pribadi Facebook untuk menjaring konsumen. Bila diinventarisir ada beberapa pengaruh negative facebook yang sudah diketahui, diantaranya: Pertama , menurunkan kinerja . Ditengarai bahwa sebagian besar pegawai, karyawan, dosen mahasiswa menggunakan Facebook pada saat jam kerja sedang berlangsung, karena alasan jenuh, refreshing, mendinginkan otak dan lain sebagainya. Artinya, telah terjadi pengurangan waktu untuk bekerja dan menyelesaikan kewajibannya. Maka konsekuensi logisnya adalah produktivitas menjadi berkurang. Kedua , perhatian terhadap keluarga berkurang . Kerapkali para pengguna membuka Facebook pada saat bercengkrama dengan keluarga. Sebuah riset di Inggris menunjukkan, waktu orang tua bersama anak-anak semakin sedikit, karena berbagai alasan, salah satunya karena Facebook . Kemungkinan dapat terjadi, seorang suami sedang menulis wall, si istri sedang membuat koment di foto, sementara anak-anak diurus pembantu. Sebuah reduksi pencapaian keluarga sakinah, mawaddah warohmah. Ketiga , terjadinya jaringan kehidupan sosial . Berkelana dengan Facebook sangat nyaman dan mengasyikkan. Maka, sebagian orang merasa cukup membangun berinteraksi sosial melalui Facebook saja, sehingga mengurangi frekuensi bertemu muka. Momentum bertemu muka membuahkan pembicaraan, tatapan mata, ekspresi wajah, tangis, canda dan tawa. Hal tersebut tidak dapat digantikan dengan pertemuan di dunia maya, tidak bisa ditukar oleh rentetan kata-kata bahkan video sekalipun. Ironisnya, menurut sosiolog dari Universitas Indonesia Kahardityo, jangkauan pertemanan yang meluas melampaui batas ruang dan waktu via Facebook justru cenderung membuat pengguna menjadi antisosial dengan lingkungan sosial terdekat. Banyak waktu tersita menjalin pertemanan dengan seseorang yang jauh secara geografis. Sementara hubungan dengan keluarga dan tetangga justru kian menjauh. Keempat , batasan ranah pribadi dan sosial menjadi kabur . Para Facebooker memiliki kebebasan untuk menuliskan ide, gagasan, pemikiran, bahkan perasaannya sekalipun, tanpa disadari hal tersebut tidak terlalu pantas, bahkan tidak memenuhi kelayakan etika dan estetika untuk disampaikan pada lingkup sosial. Kadang persoalan rumah tangga seseorang tanpa sadar bisa diketahui orang lain, cukup dengan hanya memperhatikan status dari orang tersebut. Kelima , bocornya data rahasia pada khalayak. Tak jarang Facebooker tidak menyadari bahwa beberapa data penting yang tidak semestinya ditampilkan secara terbuka, namun karena default dari info kita terlupakan untuk menutup. Kalau memang ada yang perlu baru dibuka satu per satu sesuai kebutuhan. Keenam , terjadinya pornografi . Tak dapat dihindari, sebagaimana situs jejaring sosial lainnya, tentu ada saja para pihak yang memanfaatkan situs tersebut untuk kegiatan yang berbau pornografi dan pemberitaan pada berbagai media massa, banyak yang memaparkan kejadian asusila tersebut. Ketujuh , pemanfaatan untuk kegiatan negatif . Meskipun dalam klausul kesepakatan penggunaan Facebook telah melarang hal ini, tetap ada pihak yang memanfaatkan Facebook untuk kegiatan negatif melalui group ataupun pages. Berita paling aktual adalah terbukanya jaringan prostitusi dan traficking melalui Facebook . Kedelapan , dapat terjadi kesalahpahaman . Facebook merupakan jaringan sosial yang sifatnya terbuka antara user dan jejaringnya, sebagaimana layaknya pada kehidupan nyata, maka gosip atau informasi miring dapat berkembang dengan sangat cepat melebihi batas ruang dan waktu. Harus disadari sepenuhnya bahwa ketika menulis pada status, wall (dinding) dan komentar di berbagai aplikasi sama saja seperti obrolan pada kehidupan nyata, bahkan efeknya mungkin lebih parah karena bahasa tulisan terkadang menimbulkan multi tafsir. Banyak terjadi kasus pemecatan seorang karyawan gara-gara menulis yang tidak semestinya di Facebook . Terjadi pula penuntutan ke pengadilan gara-gara kesalahpahaman di Facebook . Bahkan, kasus terbaru adalah pengeluaran empat siswa oleh oknum kepala sekolah. Tragis! Kesembilan , mempengaruhi kesehatan . Tentang pengaruh tersebut masih dalam perdebatan sebab belum didukung oleh argumentasi ilmiah, meski dalam sebuah artikel di media Inggris menyebutkan bahwa Facebook dapat meningkatkan stroke dan penyakit lainnya. Hal itu bukan disebabkan oleh Facebook -nya, tetapi karena kebiasaan duduk berlama-lama di depan komputer. Kesepuluh , penipuan . Seperti media online lainnya, Facebook juga rentan dimanfaatkan untuk tujuan penipuan. Kita tidak akan tahu sebenarnya siapa dibalik account Facebook . Setiap orang dapat dengan mudah membuat account baru untuk keperluan yang tidak baik. Ada yang menggunakan modus berkenalan dan akhirnya menjadi akrab di dunia maya, namun ternyata ujung-ujungnya digunakan untuk melakukan penipuan atau tindakan kriminal lainnya. Kecanggihan dunia teknologi informasi dan komunikasi selalu membawa pengaruh positif dan negatif, tergantung dari sudut mana melihatnya. Termasuk keberadaan facebook tadi, seperti sebilah pisau yang tajam, bila berada ditangan seorang ahli masak yang handal maka akan bisa menciptakan menu masakan yang lezat. Tapi bila pisau ini berada ditangan orang jahat maka dengan sebilah pisau ini bisa menghabisi nyawa beberapa orang. Penggunaan facebook sangat kecil kemungkinan untuk dicegah dengan pantauan dan pendampingan yang rutin baik oleh keluarga, masyarakat, guru hingga berbagai pihak maka penyalahgunaannya semaksimal mungkin bisa dicegah. Sehingga facebook bukan sebagai jerat sosial melainkan benar-benar menjadi jejaring sosial. Semoga. Penulis adalah guru Bimbingan Konseling SMAN 1 Taman Sidoarjo

Tidak ada komentar: