Juni Eko
Sulistianingari, Komite Sekolah SDN Pepelegi I Waru
Biaya Pendidikan
Diminimalisir
Setiap kali terjadi pergantian tahun baru, selalu banyak
harapan yang diinginkan banyak pihak, tak terkecuali harapan dalam dunia
pendidikan. Termasuk di tahun 2012 ini, pada intinya harapannya kualitas
pendidikan di Sidoarjo harus semakin baik dari tahun 2011 yang lalu.
Semakin baik dari berbagai segi terutama dalam melayani
masyarakat. Terlebih setelah ada sertifikasi guru ini, masyarakat banyak
berharap kualitas guru dalam memberikan pelayanan pendidikan ke anak didik juga
harus semakin baik.
Baik itu guru kelas, guru bidang studi ataupun guru
pembimbing ekstrakurikuler. Khusus untuk guru pembimbing ekstrakurikuler,
sedapat mungkin dicarikan tenaga yang benar-benar profesioanl dan kompeten
dibidangnya bukan sekedar ada guru yang bisa dibidang itu. Kalaupun ada guru
yang memang benar-benar kompeten dibidang tertentu itu kesungguhan dalam
mengajarnya juga harus ada. Misalnya, perihal ketepatan waktu mengajarnya bukan
sekedar sebagai ‘sambilan’.
Harapan sebagai komite, memang tidak banyak dan tidak muluk-muluk.
Yang diinginkan komite sekolah itu agar bisa berkarya dan bekerja seiring
sejalan dengan pihak sekolah. Bukankah keberadaan komite sekolah itu sebagai
mitra sejalan dengan pihak sekolah dalam mensukseskan program-program kerjanya.
Juga suara komite sekolah itu sesekali disampaikan ke diknas perihal usulan
untuk kemajuan pendidikan.
Karena tidak sedikit keluhan wali murid yang disampaikan ke
komite sekolah yang sejatinya esensi dari keluhan ini sangat baik bahkan
sebagai koreksi dari program-program yang dijalankan baik dari pihak sekolah
maupun diknas.
Keberhasilan program itu bisa terlihat manakala sudah
dilaksanakan dan mendapat respon posistif serta membawa manfaat bagi semua
pihak. Dengan adanya laporan dari wali murid yang disampaikan melalui komite
sekolah ini berarti ada kepedulian dari masyarakat tentang program
sekolah/pendidikan.
Melaporkan keluhan bukan berarti tidak suka, mengkritik
bukan sama dengan tidak senang melainkan ini program kerja ini berjalan lebih
baik dan berdaya guna.
Justru kalau tidak ada keluhan atau usulan, kritikan dari
wali murid, hal ini sangat membahayakan terutama pada keadaan peserta didik. Untuk
itulah komite sekolah bahu membahu dengan pihak sekolah demi untuk kesuksesan
program kerjanya.
Tahun baru juga diharapkan menjadi pijakan awal bagi peserta
didik untuk lebih bisa memahami potensi kemampuan yang dimilikinya. Life skill,
kecakapan hidup yang dimiliki peserta didik seharusnya bisa secara dini
dideteksi guru-gurunya. Sehingga kegiatan pengembangan diri atau ekstrakurikuler
yang diberikan ke peserta didik tidak sia-sia malah akan menjadikan peserta
didik lebih kreatif. Terlebih didukung oleh pembina yang sangat professional dibidangnya
tadi, lengkap sudah.
Bantuan BOS dari pemerintah kalau bisa jumlahnya lebih besar
karena dari tahun ke tahun kebutuhan untuk kesuksesan pendidikan peserta didik
makin bertambah. Selain itu mekanisme pencairannya dipermudah dengan
konsekuensi monitoring dan evaluasi tentang penggunaan dana BOS juga
diperketat. Ini akan bisa mencegah penyalahgunaan dana BOS bukan pada bagian
yang semestinya.
Harapan
masyarakat agar biaya pendidikan dapat diminimalisir ini sangatlah besar. Apalagi
pihak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh berjanji akan mengeluarkan
Peraturan Menteri yang khusus mengatur pembiayaan di tingkat pendidikan dasar
sampai tingkat pendidikan tinggi. Peraturan tersebut rencananya akan mulai
diberlakukan pada tahun 2012.
Bila pembiayaan
pendidikan diminimalisir ini merupakan jawaban atas banyaknya aksi pungutan
yang terjadi di satuan pendidikan. Hasil survey yang dilakukan Kemendikbud
menyatakan bahwa masih banyak sekolah sekolah yang melakukan pungutan, meskipun
sudah menerima Dana BOS. Hal ini akhirnya berujung meresahkan masyarakat luas. YUS
Choirul Anam, S.Pd,
Guru SDN Sedati Gedhe II Sedati
Tambah Pengalaman dan
Wawasan
Karena kualitas pendidikan tidak kunjung meningkat secara
signifikan setelah lebih satu dekade otonomi daerah maka pemerintah berencana
melakukan sentralisasi penempatan guru. Pemerintah berencana mengembalikan
sistem distribusi guru secara sentralisasi.
Resentralisasi distribusi guru bukanlah persoalan sederhana
karena tidak hanya menyangkut individu, tetapi juga keluarga guru yang
bersangkutan.
Jika pemerintah menetapkan seorang guru harus pindah ke daerah lain, maka
seharusnya keluarga guru tersebut diperhatikan juga. Sebab memindahkan guru
yang sudah berkeluarga, berarti memindahkan satu keluarga utuh. Dan ini tidak
mudah.
Sentralisasi distribusi guru sebenarnya diterapkan ketika masa orde baru.
Kemudian, pada masa reformasi, sistem desentralisasi pun diterapkan. Resentralisasi
distribusi guru juga tidak mudah karena terkait dengan penerapan Undang-undang
Otonomi Daerah.
Apalagi pendistribusian guru saat
ini sendiri diatur melalui surat keputusan bersama (SKB) lima menteri yakni
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Menteri Dalam Negeri (Mendagri),
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN RB), Menteri
Keuangan, dan Menteri Agama yang isinya mengatur kembalinya pengelolaan guru ke
pemerintah provinsi dan pemerintah pusat mulai tahun 2012.
Mulai 2012 pemerintah akan
memberlakukan penataan dan pemerataan guru pegawai negeri sipil (PNS) di
Indonesia. Pasalnya, selama ini guru ”bertumpuk” di kota-kota besar sehingga di
daerah terpencil kekurangan guru.
Apa pun model distribusi guru yang
akan diterapkan, ada tiga hal yang sebaiknya diperhatikan. Pertama, sebaran
guru harus sesuai kebutuhan tiap daerah. Kedua, ada jaminan kualitas guru
sama di tiap wilayah. Dan ketiga, ada jaminan kesejahteraan bagi para guru,
terutama bagi mereka yang mengabdi di tempat terpencil.
Jumlah guru yang ditempatkan di
daerah terpencil ada baiknya diperbanyak. Hal ini dilakukan untuk mengatasi
ketertinggalan dan pemerataan tenaga pendidikan karena selama ini ada
ketimpangan dengan jumlah guru yang ditugaskan di kota.
Dengan penambahan jumlah guru di
daerah terpencil ini, permasalahan pendidikan yang terjadi di daerah terpencil
diharapkan dapat terselesaikan. Permasalahan tersebut seperti kekurangan tenaga
guru dan tingginya angka putus sekolah.
Idealnya, model distribusi terbaru nantinya diterapkan kepada
para guru muda yang akan diangkat. Jadi, ada perjanjian hukum sejak awal, bahwa
mereka yang diangkat menjadi guru bersedia ditempatkan di daerah mana pun di
Indonesia. Sebaliknya, model ini tidak berlaku bagi para guru yang kini sudah
mengajar. Tapi bukan tidak mungkin bagi guru-guru yang sudah lama mengajar dan
diangkat, rotasi tempat tugas juga cukup baik. Selain sebagai bentuk pengalaman
di tempatkan di wilayah yang baru juga akan menambah wawasan. Memang ada beda
antara mengajar di daerah terpencil yang minim fasilitasnya dengan mengajar di
wilayah perkotaan yang berjibun fasilitasnya.
Guru yang mengajar di wilayah berfasilitas lengkap cenderung
dinina bobokkan keadaan dan semangat mengajarnya biasa saja. Tapi kalau tempat
tugas mengajarnya berfasilitas yang minim maka akan termotivasi untuk
memberikan pengajaran yang terbaik bagi muridnya.
Model penempatan guru diberbagai wilayah ini, juga berlaku
bagi guru honorer. Para guru honorer yang bersedia menandatangani dan
menjalankan perjanjian untuk ditempatkan di mana pun, akan diberi insentif
berupa pengangkatan sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Bila hal ini diterapkan,
maka akan mampu mengatasi dua masalah sekaligus, yakni sebaran guru, dan
masalah pengangkatan guru honorer.
Menempati tugas mengajar diwilayah
lain sebenarnya bisa juga untuk mengatasi kekurangan jumlah jam mengajar yang
minimal 24 jam. Daripada guru repot mengajar di sekolah lain untuk memenuhi minimal
waktu mengajarnya lebih baik taat pada aturan ini. YUS
Class Meet dan Hari
Ibu di Smanita
 |
Futsal berdaster yang banyak membuat penonton
tertawa. (foto:YUS)
|
Setelah seminggu bergelut dengan soal Ulangan Akhir Semester
Gasal, OSIS SMAN 1 Taman (Smanita) menggelar turnamen antar kelas yang diberi
nama Class Meet 2011. Turnamen yang berlangsung mulai tanggal 17 Desember
hingga 19 Desember 2011 ini mempertandingkan tujuh perlombaan. Diantaranya futsal
berdaster, bola voli, tarik tambang, merias teman tanpa berkaca, lomba dakwah,
fotografi dan menulis berita.
Peserta dari turnamen ini siswa kelas X hingga XII, selama
acara berlangsung wajah-wajah serius hingga paduan gelak tawa membahana. Seperti
terlihat di lomba futsal berdaster, hampir semua pemainnya laki-laki yang
memakai daster aneka ukuran, warna dan corak ini jatuh bangun mengejar bola
karena langkah kaki yang tidak leluasa.
Penonton juga emngumbar tawa ketika melihat lomba merias
wajah teman tanpa berkaca. Dengan syarat si perias harus wanita dan yang dirias
laki-laki. Sewajarnya, seseorang yang dirias akan menurut dan diam tapi dilomba
yang berlangsung dihalaman sekolah ini malah sebaliknya. Seorang siswa yang
akan dirias selalu menolak saat teman wanitanya akan menorehkan lipstick atau
bedak. Alhasil, karena sering menolak sang perias sedikit memaksa dan hasil
yang didapat wajah siswa ini jadi coreng moreng kena make up.
Penonton juga dibuat tersenyum manakala melihat hasil lomba
fotografi dan menulis berita tentang turnamen Class Meet ini. “Kami ingin
mengisi kekosongan waktu menjelang penerimaan rapport dengan mengadakan
turnamen antar kelas ini sehingga kalah menang bukan tujuan utamanya,” tutur Laras,
salah seorang panitia Class Meet yang sekaligus pengurus OSIS Smanita kepada
PENA.
Bagi-bagi Bunga
Momen hari Ibu, 22 Desember tidak dilewatkan berlalu begitu
saja oleh pengurus OSIS Smanita. Mereka menggelar bagi-bagi bunga kepada
ibu-ibu guru dan karyawan Smanita. Haru, bangga, senang dan air mata mengiringi
acara pembagian bunga ini. Setidaknya, acara pembagian bunga ini mengingatkan
kepada siswa bahwa keberadaan ibu akan selalu dikenang sepanjang kehidupan
manusia. YUS