Drs. H. Panoyo,
M.Pd., Kepala SMAN 1 Taman:
Sama-sama Mau
Berkorban
Menorehkan prestasi bagi pelajar tentu saja bukan
hanya membanggakan bagi sang siswa dan orang-orang terdekatnya, namun juga
tentu saja pihak sekolah. Terlepas dari kemampuan sang siswa meraih prestasi
tersebut, kontribusi berupa dukungan dari berbagai pihak termasuk sekolah tentu
saja memegang peranan penting sebagai salah satu kunci keberhasilannya. Nah,
kontribusi yang diberikan oleh pihak sekolah ini tentu tergantung pada kondisi
dan kebijakan sekolah masing-masing. Bentuknya pun bermacam-macam, mulai dari
dukungan moril yang sangat penting, sampai bantuan dana.
Pihak sekolah memberikan jalan seluas-luasnya bagi para siswa untuk mengikuti berbagai macam lomba dan mengeksplorasi bakat siswa. Misalnya, tidak mempersulit siswa dalam mendapatkan izin untuk tidak mengikuti beberapa jam pelajaran guna mengikuti lomba. Selain itu, guru-guru juga selalu memberikan dukungan moril yang besar.
Seberapa besar dukungan sekolah bagi siswa yang akan mengikuti lomba memang tentunya cukup berpengaruh secara signifikan bagi sang siswa. Baik secara psikologis maupun teknis.
Secara psikologis, dengan dukungan dari pihak guru-guru misalnya, maupun teman-teman sekolah yang selalu memberikan semangat, maka sang siswa pun tentunya akan lebih termotivasi dalam memberikan usaha ynag terbaik agar dapat mencapai hasil maksimal dalam mengikuti sebuah perlombaan.
Secara teknis, mengikui lomba kadang memang bukan sebuah perkara mudah. Apalagi jika lombanya diadakan pada jam sekolah. Tentu saja, sang siswa membutuhkan izin dari sekolah untuk tidak mengikuti beberapa jam pelajaran. Nah, disinilah peran dukungan pihak sekolah untuk memudahkan siswa agar bisa mengikuti lomba, tentu saja dengan keterangan resmi bahwa siswa yang bersangkutan sedang mewakili sekolah dalam sebuah perlombaan.
Dukungan sekolah sangat besar. Apalagi support moril. Merupakan kewajiban bagi pihak sekolah termasuk guru-guru untuk menghadiri setiap perlombaan yang diikuti oleh siswanya dalam membawa nama sekolah. Dalam hal ini guru pendamping ataupun pembimbingnya.
kalaupun ada pihak sekolah yang tidak member dukungan kepada siswa saat mengikuti perlombaan, mungkin saja ada pertimbangan tersendiri yang dipegang sekolah. Misalnya, perlombaan yang diikuti siswa tidak atas nama sekolah melainkan atas nama klub. Atau karena factor lainnya.
Pihak sekolah memberikan jalan seluas-luasnya bagi para siswa untuk mengikuti berbagai macam lomba dan mengeksplorasi bakat siswa. Misalnya, tidak mempersulit siswa dalam mendapatkan izin untuk tidak mengikuti beberapa jam pelajaran guna mengikuti lomba. Selain itu, guru-guru juga selalu memberikan dukungan moril yang besar.
Seberapa besar dukungan sekolah bagi siswa yang akan mengikuti lomba memang tentunya cukup berpengaruh secara signifikan bagi sang siswa. Baik secara psikologis maupun teknis.
Secara psikologis, dengan dukungan dari pihak guru-guru misalnya, maupun teman-teman sekolah yang selalu memberikan semangat, maka sang siswa pun tentunya akan lebih termotivasi dalam memberikan usaha ynag terbaik agar dapat mencapai hasil maksimal dalam mengikuti sebuah perlombaan.
Secara teknis, mengikui lomba kadang memang bukan sebuah perkara mudah. Apalagi jika lombanya diadakan pada jam sekolah. Tentu saja, sang siswa membutuhkan izin dari sekolah untuk tidak mengikuti beberapa jam pelajaran. Nah, disinilah peran dukungan pihak sekolah untuk memudahkan siswa agar bisa mengikuti lomba, tentu saja dengan keterangan resmi bahwa siswa yang bersangkutan sedang mewakili sekolah dalam sebuah perlombaan.
Dukungan sekolah sangat besar. Apalagi support moril. Merupakan kewajiban bagi pihak sekolah termasuk guru-guru untuk menghadiri setiap perlombaan yang diikuti oleh siswanya dalam membawa nama sekolah. Dalam hal ini guru pendamping ataupun pembimbingnya.
kalaupun ada pihak sekolah yang tidak member dukungan kepada siswa saat mengikuti perlombaan, mungkin saja ada pertimbangan tersendiri yang dipegang sekolah. Misalnya, perlombaan yang diikuti siswa tidak atas nama sekolah melainkan atas nama klub. Atau karena factor lainnya.
Siswa bertanding atas nama sekolah maka kewajiban
sekolah bukan sekedar dukungan moriil saja melainkan juga soal pendanaan,walau
besarnya tidak seberapa tapi ini harus diberikan ke siswa yang bersangkutan.
Juga kepada siswa ketika bertanding dan bersamaan
dengan ujian sekolah maka siswa ini harus mau mengikuti ujian susulan, ini
konsekuensinya. Jadi antara sekolah dan siswa juga harus sama-sama berkorban
yang muaranya untuk kesuksesan siswa baik bidang akademis maupun prestasi non
akademisnya.
Penghargaan dari sekolah kepada siswa yang
berprestasi memang harus ada walau itu berupa uang yang tak seberapa besar
ataupun pemberian piagam atau sertifikat dari sekolah. Berbagai bentuk dukungan
ini sangat penting.
Dukungan ini merupakan salah satu bentuk
penghargaan pihak sekolah terhadap siswanya yang berprestasi dan telah membawa
nama baik sekolah dalam berbagai bidang perlombaan. Selain itu, apabila sang
siswa berhasil menyabet gelar juara, kebanggaan pun akan menjadi sebuah
kepuasan tersendiri baik bagi sang siswa, keluarga dan pihak sekolah. YUS
Herry Supriyanto, S.Si., Kepala SMP Al Falah Tropodo Waru:
Mengkodusifkan Siswa Siap UNAS
Sistem Penerimaan Siswa Baru (PSB) di Kabupaten
Sidoarjo untuk tahun ajaran 2011/2012 dengan menerapkan sistem baru
yang disebut PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru). Sistem ini tidak lagi
menggunakan testing tetapi berdasarkan Nilai Ujian Nasional (NUN).
Kebijakan baru ini akan mengubah kebijakan lama, sebelumnya penerimaan siswa baru menggabungkan nilai ujian nasional dan hasil tes. Namun sudah dua tahun ini, hanya mengandalkan nilai NUN (Nilai Ujian Nasional) saja.
Dengan perubahan sistem ini, maka anak didik harus berjuang maksimal agar nilai NUN-nya baik. Nilai NUN ini akan menjadi tolak ukur jika mereka hendak masuk ke sekolah favorit di Sidoarjo. Mereka tak lagi harus di tes ulang untuk bisa masuk ke sekolah negeri favorit, namun cukup dengan bersaing nilai tertinggi dari hasil NUN.
Tak mengherankan kalau banyak sekolah yang berlomba untuk meraih nilai tertinggi bagi muridnya. Tentu saja penerapan cara ini ada plus minusnya. Segi positif PPDB yang memakai tes adalah bisa memetakan kemampuan yang dimiliki siswa secara nyata. Bila siswa ini tergolong mampu kemampuannya maka dia berhak mendapatkan sekolah favorit yang diinginkannya. Segi negatifnya, bila dalam pelaksanaan tes penyaringan ini terjadi ‘permainan’ maka akan memupuskan harapan siswa yang benar-benar berkemampuan untuk menikmati sekolah favorit.
Kebijakan baru ini akan mengubah kebijakan lama, sebelumnya penerimaan siswa baru menggabungkan nilai ujian nasional dan hasil tes. Namun sudah dua tahun ini, hanya mengandalkan nilai NUN (Nilai Ujian Nasional) saja.
Dengan perubahan sistem ini, maka anak didik harus berjuang maksimal agar nilai NUN-nya baik. Nilai NUN ini akan menjadi tolak ukur jika mereka hendak masuk ke sekolah favorit di Sidoarjo. Mereka tak lagi harus di tes ulang untuk bisa masuk ke sekolah negeri favorit, namun cukup dengan bersaing nilai tertinggi dari hasil NUN.
Tak mengherankan kalau banyak sekolah yang berlomba untuk meraih nilai tertinggi bagi muridnya. Tentu saja penerapan cara ini ada plus minusnya. Segi positif PPDB yang memakai tes adalah bisa memetakan kemampuan yang dimiliki siswa secara nyata. Bila siswa ini tergolong mampu kemampuannya maka dia berhak mendapatkan sekolah favorit yang diinginkannya. Segi negatifnya, bila dalam pelaksanaan tes penyaringan ini terjadi ‘permainan’ maka akan memupuskan harapan siswa yang benar-benar berkemampuan untuk menikmati sekolah favorit.
PPDB yang memakai nilai UN saja segi positifnya adalah
mengkondusifkan siswa untuk benar-benar menyiapkan diri menghadapi UN. Juga
memberikan waktu istirahat yang cukup kepada siswa bahwa ujian tidak berakali-kali
melainkan cukup sekali dan ini untuk dua peristiwa, UN dan PPDB. Karena
mengandalkan nilai NUN murni, diharapkan pelaksanaan UN diawasi secara ketat.
Segi negatifnya juga ada terutama bila proses selama menuju
nilai akhir ini diwarnai dengan ‘kecurangan’ yakni saat UN maka akan kesulitan
untuk memetakan kemampuan siswa yang sebenarnya. Sistem ini tidak akan mampu
menutup kecurangan. Sekolah SD dan SMP dengan berbagai cara akan berlomba untuk mendongkrak NUN siswanya.
Bila NUN siswa rata-rata tinggi itu akan dapat mengangkat
reputasi sekolahnya karena banyak diterima masuk sekolah negeri/sekolah favorit.
Para guru tersebut tidak peduli lagi terhadap dampak psikologi terhadap siswa
yang kelak tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolahan yang baru nanti.
Guna menyongsong UN berhiaskan kejujuran serta PPDB yang
hanya menggunakan NUN, pihak sekolah sudah mempersiapkan muridnya jauh-jauh
hari sebelum pelaksanaan UN. Diantaranya dengan melakukan penelusuran modalitas
belajar siswa yakni dengan mengetahui learning style (gaya belajar),
kecerdasan majemuk (multiple
intelligences) dan tipologi kepribadian.
Adanya penetapan target prestasi pribadi siswa yakni siswa
menentukan target nilai yang harus dicapai setiap bulan pada setiap bidang
studi utamanya bidang studi UN. Serta mengadakan bimbingan belajar atau klinik
mata pelajaran UN.
Ada
tiga hal yang menjadi perhatian utama pihak sekolah yakni kemampuana dasar
siswa, keterampilan belajar dan motivasi belajar dan berprestasi. Kemampuan
dasar siswa ini dengan mengelompokkan kemampuan siswa yaitu kelompok C (bagi
siswa yang rata-rata atas), B (bagi siswa yang rata-rata menengah) dan A (bagi
siswa yang kurang). Dan pelaksanaannya dilakukan tiga kali dalam seminggu dalam
program regular dan dilanjutkan setiap hari Sabtu ada try out/pembahasan satu
bidang studi UN serta pemberian reward bagi siswa yang berprestasi/terbaik
nilai rata-rata try outnya.
Program
intensif diantaranya merubah jadwal dengan cara menambah jam pelajaran UN,
mengikuti ujian pra UNAS di berbagai tempat. Dan program super intensif, ini
akan dilaksanakan bila PPDB menggunakan
system tes masuk.
Guna
meningkatkan ketrampilan belajar siswa yakni dengan mind mapping, super memori,
menulis efektif serta menghafal kreatif. Serta memberikan motivasi belajar
serta hidup bagi siswa melalui program AMT (Achievement Motivation Training)
dan Jalasah Ruhiyah. Semua dilakukan sekolah dalam rangka membekali muridnya
untuk lebih siap dalam menghadapi UNAS maupun PPDB tahun ini. YUS
Lensa PENA
Tari Topeng
Pelestarian
tari topeng dilakukan oleh Museum Mpu Tantular Sidoarjo, 25 Maret 2012 dengan
mengadakan pergelaran tari topeng dari Malang dengan mengambil lakon Jenggolo
Mbangun Candi yang menampilkan kelompok tari topeng Asmoro Bangun dari Malang. (Yupiter Sulifan)
Sosok
Djumingan dan
Arif, Duo ‘Polisi Cepek’ dari MI Ma’arif Taman:
Mengharap
Pengertian Pemakai Jalan
Pagi,
tatkala kabut dan embun masih menari-nari diangkasa raya, dua sosok pria ini
memanggul bendera warna merah berdiri tegar di pinggir jalan raya Taman, depan
SPBU Taman Sepanjang. Sambil menggenggam peluit kuning dengan gantungan ekor
domba, sesekali cengkrama mereka meledakkan tawa riang, ya Djumingan dan Arif,
dua sosok pria yang setiap harinya bekerja sebagai petugas penyeberang
anak-anak sekolah.
MI
Ma’arif Taman Sepanjang adalah institusi yang menaungi kerja mereka. “Kalau
ditanya mulai kapan saya kerja di madrasah ini, wah saya sampai lupa karena
sudah sangat lama sekali saya kerja disini,” ujar Djumingan, pria berusia 71
tahun ini. Bapak seorang anak dan dua cucu ini masih terlihat tegar dan cekatan
tatkala membantu murid MI Ma’arif Taman menyeberang jalan Surabaya-Krian dan
sebaliknya jalan Krian-Surabaya.
Ruas
jalan yang tergolong jalur luar kota ini tidak bisa dibilang sepi
kendaraan,hamper tiap detik puluhan kendaraan yang didominasi bus luar kota dan
trek besar lalu lalang disini. “Kami berdua mencari sela dari kendaraan yang
melintas, bila ada kosong kendaraan kami secepatnya menyeberangkan anak-anak,”
tutur Arif, pria mitra kerja Djumingan yang berusia 44 tahun kepada PENA
disela-sela aktifitas kerjanya pagi itu.
Arif,
bapak berputra dua orang ini bercerita panjang lebar tentang profesi ‘polisi
cepek’ yang telah bertahun-tahun dijalaninya ini. Soal jam kerja, kalau pagi
mulai jam 06.00 hingga 07.00 dan siang hari jam 12.30 hingga 13.00.
“Tak
peduli bila ada satu anak yang akan menyeberang ya kami akan menyeberangkannya,
pokoknya berapapun yang ada kami akan antar hingga seberang sana,” kata Djumingan
sambil menunjuk sebuah mulut gang yang didalamnya terletak gedung MI Ma’arif
Taman. Masih menurut Djumingan, sebenarnya yang ada di gang itu hanya murid
kelas 5 dan 6 sedangkan siswa kelas 1 hingga 4 ada di gedung sekolah yang lain
gang. “karena di gedung sekolah yang lainnya itu masih dibangun jadi dua kelas
dipindah sementara kesini. Tapi sampai kapan disini,ya semua nunggu dana untuk
menyelesaikan pembangunan di gedung yang utama sana,” urai Djumingan tentang
madrasah tempatnya bekerja.
Bekerja dengan
Senyum
Selama
bekerja sebagai polisi cepek ini, baik Djumingan maupun Arif mengaku tidak
pernah mengalami masalah. “Alhamdulillah, selama kami disini tidak pernah
terjadi tabrakan atau hal-hal gak enak lainnya. Ini yang selalu kami syukuri,
meskipun ada kata-kata kotor atau umpatan dari pengemudi kendaraan yang
diarahkan kepada kami, kami tetap menanggapinya dengan senyum. Tujuan kami cuma
membantu anak-anak menyeberang jalan sehingga sekolahnya tidak terlambat dan
selamat, itu saja,” ungkap Arif sembari tertawa kecil dan diikuti anggukan
kepala Djumingan.
Mereka
berdua sebenarnya sangat berharap para pengemudi ini mengerti kalau ada murid
sekolah yang akan menyeberang dan mengurangi kecepatan kendaraannya. “Bila pagi
hari ya seperti ini, berapapun ada murid yang mau menyeberang ya kami
seberangkan. Beda dengan siang hari, mereka sudah bergerombol jadi sekali
menyeberangkan, selesai sudah. Apapun keadaannya kami siap menunaikan tugas ini
dengan sebaik-baiknya,” kata Arif.
Ketika
disinggung soal honor, mereka berdua malah menjawab dengan senyuman. “Alhamdulillah,
lumayan dan cukup untuk membiayai kehidupan kami sekeluarga,” tutur Djumingan
dan diamini Arif.
Disela
antara pagi hingga siang, Djumingan masih menyempatkan diri menjadi pengurus
masjid Jami’ Taman. Dan sepulang jadi polisi cepek, Djumingan dan Arif bekerja
sebagai tukang bangunan untuk merenovasi gedung madrasah ini.
Djumingan
dan Arif, dua sosok yang mengabdi pada dunia pendidikan, hanya saja peran
mereka tersamar dan jarang yang memberikan perhatian.
Narasi dan
foto-foto:Yupiter Sulifan
Caption:
1 – 3. Sembari menunggu sepinya
kendaraan yang lalu lalang juga menunggu berkumpulnya murid yang akan
menyeberang. Disela kendaraan yang melaju, Djumingan dan Arif bergegas
menyeberangkan murid madrasah hingga seberang jalan.
4. Walau hanya seorang anak, Arif dengan
sabar dan telaten membantu menyeberangkan.
5. Djumingan dengan ‘senjata andalannya’
peluit warna kuning dan bendera merah dipanggul mengamati sepinya kendaraan
yang lewat.
6. Arif dengan memanggul bendera
merahnya berniat menyeberang.
7. Djuminagn dan Arif, duo polisi cepek
yang terlupakan dari perhatian kita.
COVER
Foto-foto
diambil ketika ujian akhir sekolah di SMAN 1 Taman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar